1.300 Batang Bambu Jadi Panggung Kubah di Kongres Kebudayaan Indonesia  04 Desember 2018  ← Back



Jakarta, Kemendikbud --- Ada yang berbeda dari halaman Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam beberapa hari ini. Di lapangan yang biasa dipakai sebagai tempat upacara itu kini berdiri sebuah panggung kubah bambu. Sebanyak 1.300 lebih batang bambu dari Yogyakarta dirangkai menjadi sebuah panggung kubah yang artistik untuk Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018. Pemilihan bambu tersebut bukan tanpa alasan. Bambu dinilai akrab dengan budaya dan kehidupan masyarakat Indonesia sehari-hari.

Seniman instalasi bambu dari Yogyakarta, Novi Kristinawati Sunoto menuturkan, dirinya ingin mengembalikan bambu ke panggung budaya Indonesia. “Bambu sudah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sejak dulu. Dari proses kelahiran sejak kematian, masyarakat kita sering menggunakan bambu, misalnya memotong tali pusat, membangun rumah, hingga proses kematian, yaitu menggunakan bambu untuk menutup liang lahat. Material bambu telah menjadi bagian dari kebudayaan Indonesia,” katanya dalam jumpa pers tentang Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018 di Kantor Kemendikbud, Jakarta, Senin (3/12/2018).

Sebagai arsitek dan desainer, Novi tertantang untuk mengeksplor bambu sebagai material utama dalam membuat sebuah instalasi seni. Kali ini, dalam KKI 2018, Novi membuat panggung kubah bambu dengan memadukan gaya tradisi dan modern, yakni menggunakan bambu dan material industri seperti logam dan plastik. “Jadi berdampingan. Tidak bisa hanya tradisi atau modern saja. Jadi bagaimana keduanya bisa dipadukan dalam konteks yang sekarang,” katanya.

Panggung KKI 2018 dibangun berbentuk kubah dengan atap transparan menggunakan plastik. Novi memilih bentuk kubah karena dianggap lebih kuat dengan konstruksi pijakan dan bentangan yang lebar dari bambu. Panggung kubah bambu memiliki lebar 20 meter dan tinggi 10 meter, dengan desain yang simpel.

“Dibuat simpel, tidak rumit, karena di (jalan) Sudirman banyak gedung bertingkat dan tinggi, serta bermain pada garis tegas yang masif. Jadi saya pakai garis yang fleksibel dan lentur serta transparan. Atap juga dibuat transparan karena kita membutuhkan ruang yang transparan untuk bisa berinteraksi dan berdialog,” tutur Novi menjelaskan filosofi panggung kubah bambu untuk KKI 2018.

Ia menjelaskan, proses membuat instalasi bambu tidak sederhana. Panggung kubah bambu merupakan karya seni dengan skala besar yang dikerjakan secara manual. Lebih dari 1.300 batang bambu dari Yogyakarta dicuci secara manual agar jamurnya hilang, dan tidak membuat tangan gatal saat pengerjaan instalasi. Novi menggunakan metode panas untuk membuat bambu melengkung sempurna. Menurutnya, meskipun bambu fleksibel dan lentur, tetap tidak bisa dipaksakan untuk melengkung. Cara yang digunakan adalah dengan memanaskan sedikit demi sedikit sesuai dengan ukuran lengkung yang diharapkan.

Novi mengatakan, dibutuhkan 17 pekerja untuk mengangkat satu lengkung bambu, serta menggunakan katrol untuk mengangkatnya. Selain itu, dari Yogyakarta Novi juga sudah menyiapkan 7.000 pasak untuk menyambungkan atau mengaitkan bambu-bambu. Untuk proses desainnya, Novi menggunakan maket atau mock up berukuran kecil sebagai alat komunikasi dengan para pekerja. Dengan maket itulah pekerja mengeksekusi konsep panggung kubah bambu yang didesain Novi. Novi menuturkan, dalam proses membuat maket pun berlangsung proses belajar, karena harus memikirkan bagian mana yang akan dibuat lebih dahulu, hingga mengukur kekuatan bambu dan panggung. Secara umum, panggung kubah bambu menjadi simbol kekuatan budaya dan transparansi dialog dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1396 kali