Kemendikbud Sambut Revolusi Industri 4.0 Melalui Praktik Baik STEM dan HOTS 13 Desember 2018 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Pendidikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari arus globalisasi karena berkaitan erat dengan ketersediaan serta penyiapan sumber daya manusia (SDM) di dalamnya. Revolusi Industri 4,0 sesungguhnya merupakan salah satu pemantik bagi pendidikan agar dapat lebih intensif dalam mencetak lulusan yang kompeten dan kompetitif menghadapi arus globalisasi yang telah nyata membawa perubahan di berbagai bidang.
“Kalau melihat judulnya STEM dan Revolusi Industri 4.0, ini jelas merupakan tema yang sangat futuristik. Pendidikan selalu bicara masa depan, berdasarkan pengalaman masa lampau dan masa kini", demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud), Totok Suprayitno, saat membuka Workshop Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM) dan Revolusi Industri 4.0, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12/2018).
"Kita melihat masa depan, karena kita ingin mendidik anak-anak kita untuk hidup di masa depan. Pendidikan sendiri ditujukan untuk hidup secara bermartabat, agar anak-anak kita bisa menjalani kehidupan secara bermartabat, dan sekaligus bisa memartabatkan kehidupan itu sendiri, serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Totok.
Selanjutnya, Totok menjelaskan, pendidikan science, technology, engineering, mathematics, memberikan peluang bagi guru untuk memperlihatkan kepada peserta didik bahwa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, kerekayasaan, dan matematika dapat digunakan secara terintegrasi, dan tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah. Tapi memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan profesi mereka nanti.
“Kalau kita ingin menyiapkan anak, maka kita perlu menyiapkan diri. Diri dan sekolah sebagai miniatur masyarakat masa depan. Kita perlu menyiapkan anak-anak itu untuk memilih perjalanan kehidupan yang unpredictable. Kehidupan yang membutuhkan creative thinking, serta critical thinking dalam memecahkan berbagai persoalan yang belum diprediksi sebelumnya dan itulah yang dinamakan high order thinking skills (HOTS). Jadi STEM memerlukan penalaran tingkat tinggi,” tutur Totok.
Totok menambahkan, upaya mendiseminasikan dan menginisiasi pendekatan STEM dalam pembelajaran telah dilakukan oleh berbagai pihak, hal ini tergambar pada praktik baik pendekatan dalam pembelajaran di sekolah.
Totok menyayangkan ketidaksiapan para siswa ketika menjawab soal Ujian Nasional (UN). “Anak anak kita didalam UN, biasanya lemah ketika menerjemahkan persoalannya apa, kemudian memecahkan dengan menggunakan konsep matematika. Kalau disajikan soal dengan matematika tersembunyi, susahnya banyak, jeblok. Yang bisa itu (hanya) 6%, 5%, tapi kalau sudah diketahui rumusnya, jago. Jadi pembelajaran kita tampaknya sangat rumus _oriented”, pungkas Totok.
Workshop sehari yang mengangkat tema "Praktik Baik Pembelajaran STEM dan HOTS dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0", bertujuan untuk menggali beragam praktik baik di sekolah, guna memetakan dan mengelaborasi ragam kriteria praktik pembelajaran yang dapat dinyatakan sebagai pendekatan STEM pada pembelajaran.
Jakarta, 13 Desember 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 263/Sipres/A5.3/HM/XII/2018
“Kalau melihat judulnya STEM dan Revolusi Industri 4.0, ini jelas merupakan tema yang sangat futuristik. Pendidikan selalu bicara masa depan, berdasarkan pengalaman masa lampau dan masa kini", demikian disampaikan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balitbang Kemendikbud), Totok Suprayitno, saat membuka Workshop Science, Technology, Engineering, Mathematics (STEM) dan Revolusi Industri 4.0, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis (13/12/2018).
"Kita melihat masa depan, karena kita ingin mendidik anak-anak kita untuk hidup di masa depan. Pendidikan sendiri ditujukan untuk hidup secara bermartabat, agar anak-anak kita bisa menjalani kehidupan secara bermartabat, dan sekaligus bisa memartabatkan kehidupan itu sendiri, serta mencerdaskan kehidupan bangsa,” ujar Totok.
Selanjutnya, Totok menjelaskan, pendidikan science, technology, engineering, mathematics, memberikan peluang bagi guru untuk memperlihatkan kepada peserta didik bahwa konsep, prinsip, dan teknik dari sains, teknologi, kerekayasaan, dan matematika dapat digunakan secara terintegrasi, dan tidak bermakna hanya penguatan praksis pendidikan dalam bidang-bidang STEM secara terpisah. Tapi memfokuskan proses pendidikan pada pemecahan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari maupun kehidupan profesi mereka nanti.
“Kalau kita ingin menyiapkan anak, maka kita perlu menyiapkan diri. Diri dan sekolah sebagai miniatur masyarakat masa depan. Kita perlu menyiapkan anak-anak itu untuk memilih perjalanan kehidupan yang unpredictable. Kehidupan yang membutuhkan creative thinking, serta critical thinking dalam memecahkan berbagai persoalan yang belum diprediksi sebelumnya dan itulah yang dinamakan high order thinking skills (HOTS). Jadi STEM memerlukan penalaran tingkat tinggi,” tutur Totok.
Totok menambahkan, upaya mendiseminasikan dan menginisiasi pendekatan STEM dalam pembelajaran telah dilakukan oleh berbagai pihak, hal ini tergambar pada praktik baik pendekatan dalam pembelajaran di sekolah.
Totok menyayangkan ketidaksiapan para siswa ketika menjawab soal Ujian Nasional (UN). “Anak anak kita didalam UN, biasanya lemah ketika menerjemahkan persoalannya apa, kemudian memecahkan dengan menggunakan konsep matematika. Kalau disajikan soal dengan matematika tersembunyi, susahnya banyak, jeblok. Yang bisa itu (hanya) 6%, 5%, tapi kalau sudah diketahui rumusnya, jago. Jadi pembelajaran kita tampaknya sangat rumus _oriented”, pungkas Totok.
Workshop sehari yang mengangkat tema "Praktik Baik Pembelajaran STEM dan HOTS dalam Menyongsong Revolusi Industri 4.0", bertujuan untuk menggali beragam praktik baik di sekolah, guna memetakan dan mengelaborasi ragam kriteria praktik pembelajaran yang dapat dinyatakan sebagai pendekatan STEM pada pembelajaran.
Jakarta, 13 Desember 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 263/Sipres/A5.3/HM/XII/2018
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 6252 kali
Editor :
Dilihat 6252 kali