Festival Janadriyah Perkuat Hubungan Indonesia dan Arab Saudi 10 Januari 2019 ← Back
Riyadh-Arab Saudi, Kemendikbud --- Antusiasme yang tinggi dari masyarakat Arab Saudi terhadap budaya Indonesia di Festival Janadriyah menjadi peluang bagi Indonesia untuk mengembangkan program diplomasi budaya di Arab Saudi. Direktur Warisan dan Diplomasi Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Najamuddin Ramly mengatakan, Festival Janadriyah merupakan bentuk diplomasi budaya yang sangat dahsyat bagi Indonesia. Kesuksesan Indonesia sebagai tamu kehormatan Festival Janadriyah ke-33 menjadi sebuah pemicu untuk membuka bentuk kerja sama lain di bidang kebudayaan dengan Arab Saudi.
"Festival Janadriyah ini jadi stepping stone untuk kita bekerja sama apa saja. Kemarin kami sudah ke Museum Nasional King Abdul Aziz. Kami merencanakan agar seluruh museum di Arab Saudi bisa digelar pameran dan seminar sejarah tentang risalah Islam datang ke Indonesia, dengan berbagai macam budaya yang mengiringinya," ujar Najamuddin Ramly, di Riyadh, Arab Saudi, Selasa (8/1/2019).
Di Festival Janadriyah, lanjutnya, Indonesia membawa pertunjukan seni yang beririsan dengan kultur Islam, seperti Saman, Zapin, Gambus, hingga Wayang yang mencerminkan bagaimana penyebaran agama Islam di Indonesia. Ia melihat, Festival Janadriyah telah membuka pandangan masyarakat Arab Saudi tentang Indonesia.
"Selama ini Indonesia hanya dikenal sebagai negara penyedia tenaga kerja. Setelah dikenalkan budaya Indonesia di Festival Janadriyah, mereka jadi kagum dan respek. Kita pun memiliki -dignity,- kewibawaan," tuturnya.
Karena itulah, Indonesia tidak akan melewatkan peluang untuk terus mengembangkan program diplomasi budaya di Arab Saudi. Apalagi Arab Saudi merupakan negara terkuat di antara negara-negara teluk lainnya, yaitu Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain, Qatar, dan Kuwait. Arab Saudi juga berperan besar dalam keanggotaannya di Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). "Peran Arab Saudi sangat signifikan dalam OKI. Arab Saudi juga menjadi negara yang disegani oleh Amerika maupun negara-negara Eropa," ujar Najamuddin.
Ia menuturkan, setelah melakukan kunjungan ke Museum Nasional King Abdul Aziz, Indonesia akan bekerja sama dengan Arab Saudi untuk menggelar pameran di museum-museum. Pameran akan difokuskan kepada sejarah dan diskusi sejarah tentang bagaimana hubungan Indonesia dengan Arab Saudi sejak dulu hingga sekarang.
Direktur Sejarah Kemendikbud, Triana Wulandari mengatakan, Kemendikbud dan KBRI Riyadh di Arab Saudi melihat antusiasme masyarakat Riyadh terhadap budaya Indonesia. Hal tersebut semakin memperkuat keinginan untuk meningkatkan diplomasi budaya melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat akademis. "Seperti seminar dan pameran yang mengangkat substansi sejarah Islam," ujarnya.
Kemendikbud juga menerima permintaan dari otoritas pengelola Kota Madinah dan Mekkah agar mereka bisa mengadakan pameran di masjid-masjid raya di Indonesia. Rencananya, pameran akan digelar di Masjid Istiqlal di Jakarta, di Makassar, dan Sumatera Utara.
Triana menuturkan, Direktorat Sejarah Kemendikbud juga telah menerbitkan buku tentang sejarah Islam yang sudah dialihbahasakan ke bahasa Inggris. Kemudian ada permintaan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Riyadh agar buku tersebut juga dialihbahasakan ke bahasa Arab. Rencananya, kegiatan alih bahasa tersebut akan dilakukan bekerja sama dengan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Riyadh.
"Supaya mereka yang sudah sekolah dan punya potensi kita berikan ruang dalam kebahasaan. Mencoba menerjemahkan ke bahasa Arab, bagaimana sejarah Islam di Indonesia, agar diketahui juga oleh masyarakat Arab," tutur Direktur Sejarah.
Menurutnya, Festival Janadriyah merupakan strategi kebudayaan yang luar biasa. Sebelumnya, Arab Saudi hanya tahu Indonesia sebagai negara penyedia tenaga kerja, atau dari jamaah haji. "Lewat Festival Janadriyah, masyarakat Arab Saudi smakin paham tentang Indonesia. Ada pameran sejarah hubungan diplomasi Indonesia dengan Arab Saudi, dari Presiden Soekarno sampai Presiden Jokowi. Jadi mereka tahu sejak dulu hubungan kita dekat. Lalu ada batik, kriya, sketsa, dan keramik. Mereka sangat antusias dan tertarik. Begitu juga dengan permainan tradisional. Ini sebuah langkah yang luar biasa. Mudah-mudahan ke depan semakin sinergi," dijelaskan Triana Wulandari.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Riyadh, Ahmad Ubaedillah mengatakan, KBRI Riyadh sedang memprogramkan kegiatan atau event kebudayaan dengan skala lebih kecil untuk di lingkungan perguruan tinggi.
"Mungkin penampilan Saung Angklung Mang Udjo di ruangan indoor di kampus. Jadi tidak yang besar. Misalnya untuk kalangan khusus, kelas menengah, atau akademisinya," tutur Ubaedillah.
Selain itu, lanjut Ubaedillah, KBRI Riyadh juga akan lebih aktif dalam Edu Expo atau pameran pendidikan dengan mengundang sekolah-sekolah dan kampus-kampus terbaik di Indonesia. (*)
Riyadh-Arab Saudi, 9 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 004/Sipres/A5.3/HM/I/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1665 kali
Editor :
Dilihat 1665 kali