Milenial SMK Indonesia Pamerkan Karya di Young Technopreneur Expo 2019 22 Februari 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud—Industri kreatif menjadi peluang menjanjikan bagi para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di era Revolusi Industri 4.0. Oleh karena itu, para milenial SMK Indonesia diharapkan dapat berkontribusi menciptakan karya unik untuk memenuhi kebutuhan pasar, dibandingkan menjadi tenaga pabrik. Hal ini dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, saat membuka Young Technopreneur Expo 2019, di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
“Sebetulnya ada peluang di industri kreatif karena ada industri yang tidak ada tandingannya. Manusia yang haus perbedaan jadi pasar potensial untuk anak muda,” ujar Menteri Muhadjir.
Young Technopreneur Expo 2019 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan ini, berlangsung selama dua hari pada tanggal 22 s.d. 23 Februari 2019, di Jakarta. Kegiatan ini diikuti sebanyak 30-an Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di pulau Jawa, dengan memamerkan hasil karya kewirausahaan yang dimiliki masing-masing sekolah. Bidang wirausaha yang dipamerkan, diantaranya, farmasi, tata boga, dan otomotif. Kegiatan yang mengangkat tema Optimisme Indonesia, juga diisi dengan pembekalan kewirausahaan.
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi penyelenggaraan expo ini, sebagai bentuk dukungan bagi anak-anak kita di SMK,” ujar Menteri Muhadjir. Hasil karya yang ditampilkan, menurut Muhadjir, merupakan teladan dalam keberanian melakukan eksperimen menjadi pengusaha.
“Apa yang ditampilkan adalah suri tauladan bahwa yang dicapai harus melewati kegagalan-kegagalan adalah keberanian melakukan eksprimen untuk menjadi pengusaha,” jelas Muhadjir.
Ketua Harian Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Agung Sujatmoko, selaku penyelenggara mengungkapkan penyelenggaraan pameran ini sebagai usaha menciptakan ekosistem berkreasi dan berinovasi bagi siswa SMK. “Bagaimana masa depan negeri ini dalam menghadapi era digitalisasi industri 4.0. Kami ingin memotret dinamika yang ada di anak muda dan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi anak muda untuk terus berkreasi dan berinovasi,” ujarnya. Sehingga, lanjutnya, prestasi yang dipamerkan dapat menjadi energi optimisme bagi anak muda lain.
Potensi Badan Layanan Umum untuk SMK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengungkapkan optimismenya untuk penerapan Badan Layanan Umum Daerah(BLUD) bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penerapan SMK sebagai BULD, menurut Mendikbud, untuk mendukung semangat kewirausahaan bagi peserta didik SMK.
Badan Layanan Umum Daerah (BULD) diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Permendagri ini menyebutkan BULD sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
“Itu (penerapan BLUD) sudah ada yang memulai, ada lebih dari 10 SMK di Jawa Timur,” ujar Mendikbud usai membuka Pameran Young Technopreneur 2019, di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Rencana ini, menurut Muhadjir, memerlukan dukungan dari pemerintah daerah dan saat ini dalam tahap pengkajian. “Sementara ini, kami serahkan sepenuhnya kepada provinsi, dan akan kita lihat perkembangannya. Memang sudah optimis maka kita akan atur dengan peraturan yang lebih tinggi,” ujarnya.
Produk yang dihasilkan menyesuaikan dengan keahlian bidang masing-masing SMK. Produk bisa dihasilkan sendiri atau bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. Hasilnya bisa menjadi income generating bagi sekolah. Dengan demikian, semangat untuk berpacu menjadi lebih tinggi karena tidak akan diambil oleh Pemerintah.
Selama ini, menurut Muhadjir, mereka tidak berani (enterpreneurship) di sekolah karena melanggar. Mereka (sekolah) merupakan satuan kerja (satker). Jadi, kalau ada _income_harus disetorkan kepada negara.
Muhadjir mencontohkan untuk jurusan tata boga, para siswa SMK sudah bisa memproduksi dan men-supply berbagai macam makanan untuk restoran dan hotel. Sedangkan, mereka yang berada di jurusan otomotif, sudah bisa bekerjasama dengan pabrik otomotif untuk memproduksi suku cadang bahkan bisa bekerjasama dengan partner dari dealer perusahaan itu.
“Bagi sekolah yang teaching factory- nya sudah bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri, maka mereka dapat segera membentuk BLUD,” tegas Muhadjir.
Mendikbud Muhadjir berpesan kepada para lulusan SMK agar fokus menyiapkan mental untuk memasuki dunia kerja. “Penyiapan tenaga SMK ini bukan sekedar keterampilan tapi juga soal mental untuk masuk ke dunia kerja,” pungkas Muhadjir. * (GG)
Jakarta, 23 Februari 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 063/Sipres/A5.3/HM/II/2019
“Sebetulnya ada peluang di industri kreatif karena ada industri yang tidak ada tandingannya. Manusia yang haus perbedaan jadi pasar potensial untuk anak muda,” ujar Menteri Muhadjir.
Young Technopreneur Expo 2019 yang untuk pertama kalinya diselenggarakan ini, berlangsung selama dua hari pada tanggal 22 s.d. 23 Februari 2019, di Jakarta. Kegiatan ini diikuti sebanyak 30-an Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di pulau Jawa, dengan memamerkan hasil karya kewirausahaan yang dimiliki masing-masing sekolah. Bidang wirausaha yang dipamerkan, diantaranya, farmasi, tata boga, dan otomotif. Kegiatan yang mengangkat tema Optimisme Indonesia, juga diisi dengan pembekalan kewirausahaan.
“Saya sangat mendukung dan mengapresiasi penyelenggaraan expo ini, sebagai bentuk dukungan bagi anak-anak kita di SMK,” ujar Menteri Muhadjir. Hasil karya yang ditampilkan, menurut Muhadjir, merupakan teladan dalam keberanian melakukan eksperimen menjadi pengusaha.
“Apa yang ditampilkan adalah suri tauladan bahwa yang dicapai harus melewati kegagalan-kegagalan adalah keberanian melakukan eksprimen untuk menjadi pengusaha,” jelas Muhadjir.
Ketua Harian Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin), Agung Sujatmoko, selaku penyelenggara mengungkapkan penyelenggaraan pameran ini sebagai usaha menciptakan ekosistem berkreasi dan berinovasi bagi siswa SMK. “Bagaimana masa depan negeri ini dalam menghadapi era digitalisasi industri 4.0. Kami ingin memotret dinamika yang ada di anak muda dan menciptakan ekosistem yang kondusif bagi anak muda untuk terus berkreasi dan berinovasi,” ujarnya. Sehingga, lanjutnya, prestasi yang dipamerkan dapat menjadi energi optimisme bagi anak muda lain.
Potensi Badan Layanan Umum untuk SMK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, mengungkapkan optimismenya untuk penerapan Badan Layanan Umum Daerah(BLUD) bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penerapan SMK sebagai BULD, menurut Mendikbud, untuk mendukung semangat kewirausahaan bagi peserta didik SMK.
Badan Layanan Umum Daerah (BULD) diatur oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 61/2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Permendagri ini menyebutkan BULD sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan. Dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
“Itu (penerapan BLUD) sudah ada yang memulai, ada lebih dari 10 SMK di Jawa Timur,” ujar Mendikbud usai membuka Pameran Young Technopreneur 2019, di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Rencana ini, menurut Muhadjir, memerlukan dukungan dari pemerintah daerah dan saat ini dalam tahap pengkajian. “Sementara ini, kami serahkan sepenuhnya kepada provinsi, dan akan kita lihat perkembangannya. Memang sudah optimis maka kita akan atur dengan peraturan yang lebih tinggi,” ujarnya.
Produk yang dihasilkan menyesuaikan dengan keahlian bidang masing-masing SMK. Produk bisa dihasilkan sendiri atau bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri. Hasilnya bisa menjadi income generating bagi sekolah. Dengan demikian, semangat untuk berpacu menjadi lebih tinggi karena tidak akan diambil oleh Pemerintah.
Selama ini, menurut Muhadjir, mereka tidak berani (enterpreneurship) di sekolah karena melanggar. Mereka (sekolah) merupakan satuan kerja (satker). Jadi, kalau ada _income_harus disetorkan kepada negara.
Muhadjir mencontohkan untuk jurusan tata boga, para siswa SMK sudah bisa memproduksi dan men-supply berbagai macam makanan untuk restoran dan hotel. Sedangkan, mereka yang berada di jurusan otomotif, sudah bisa bekerjasama dengan pabrik otomotif untuk memproduksi suku cadang bahkan bisa bekerjasama dengan partner dari dealer perusahaan itu.
“Bagi sekolah yang teaching factory- nya sudah bekerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri, maka mereka dapat segera membentuk BLUD,” tegas Muhadjir.
Mendikbud Muhadjir berpesan kepada para lulusan SMK agar fokus menyiapkan mental untuk memasuki dunia kerja. “Penyiapan tenaga SMK ini bukan sekedar keterampilan tapi juga soal mental untuk masuk ke dunia kerja,” pungkas Muhadjir. * (GG)
Jakarta, 23 Februari 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 063/Sipres/A5.3/HM/II/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 554 kali
Editor :
Dilihat 554 kali