Percepatan Operasionalisasi LSP-P1 Dibahas pada RNPK 2019 13 Februari 2019 ← Back
Depok, Kemendikbud --- Pengembangan Sertifikasi dalam Revitalisasi Pendidikan Vokasi dibahas secara khusus pada sidang komisi Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019. Para peserta membahas percepatan operasionalisasi LSP-P1 (Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu implementasi amanat Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad menyampaikan Kemendikbud terus mendorong peningkatan jumlah LSP-P1 dari SMK agar peningkatan revitalisasi pendidikan vokasi dapat berjalan optimal. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan SMK, saat ini terdapat 64 skema sertifikasi level 2 dan 3 yang digunakan oleh LSP-P1 SMK. Dan sejak tahun 2016, tercatat 184.816 siswa SMK telah memperoleh sertifikasi dari BNSP.
"Itu semua untuk memfasilitasi anak-anak kita untuk memperoleh sertifikasi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri," demikian disampaikan Dirjen Dikdasmen pada Taklimat Media RNPK 2019, di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
Dirjen Dikdasmen menyatakan bahwa sertifikasi menjadi sangat penting untuk mendorong tingkat kebekerjaan lulusan SMK. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Sementara itu, Kunjung Masehat, Ketua Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa sebanyak 840 SMK telah menjadi LSP-P1. Sebanyak 125.482 sertifikasi dilakukan oleh SMK dan 489.906 dilakukan LSP Non-SMK.
Saat ini terdapat 73.116 asesor. Namun, yang aktif teregistrasi di laman BSNP sebanyak 17.680 orang asesor dengan 109 master asesor. Ketua BNSP menyarankan agar master asesor dipilih juga dengan pertimbangan pembiayaan.
"Misalnya SMK di Papua meminta master asesor, maka berikan master asesor dari Makasar untuk mempermudah mobilisasi," ujar Kunjung saat membuka sesi Diskusi Praktik Baik Revitalisasi Vokasi RNPK 2019.
Waras Kamdi, Guru Besar Universitas Negeri Malang, sekaligus Ketua Kelompok Kerja Revitalisasi SMK menyatakan pentingnya harmonisasi sistem sertifikasi BSNP dengan DUDI untuk pengakuan sertifikasi. Selain itu, juga harmonisasi sistem sertifikasi antara SMK, Sekolah Menengah Atas-Luar Biasa (SMA-LB), Paket C Vokasi, serta lembaga kursus dan pelatihan (LKP).
"Kalau yang pertama kelembagaannya, yang kedua ini adalah sistemnya," jelas Waras dalam laporannya pada sidang pleno penutupan RNPK 2019, Rabu (13/2/2019).
Beberapa rekomendasi lain sebagai hasil diskusi di antaranya penuntasan kekurangan lisensi untuk skema sesuai kompetensi keahlian pada 840 LSP-P1 SMK terlisensi oleh BSNP pada tahun 2019 dan penambahan LSP-P1 SMK terlisensi baru oleh BSNP. "Kita targetkan selama 4 tahun, (sampai) 2019 dan disertai dengan penambahan 360 LSP-P1 SMK terlisensi yang baru oleh BNSP. Sehingga totalnya bisa mencapai 1.200 LSP-P1," ujar Waras.
Kemudian juga perluasan jejaring kerja LSP-P1 SMK dengan SMK yang memiliki kompetensi keahlian sejenis. Serta sinkronisasi sertifikasi uji kompetensi untuk lembaga pendidikan formal dan nonformal melalui Komite Nasional Kualifikasi Indonesia (KNKI). Dan rekomendasi terakhir dari diskusi kelompok Revitalisasi SMK adalah pemenuhan jumlah dan kualitas asesor dan Tempat Uji Kompetensi (TUK).
Laporan diskusi kelompok tiga RNPK 2019 tersebut diserahkan oleh Waras Kamdi kepada Sekretaris Jenderal selaku ketua panita Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaaan 2019. (*)
Depok, 13 Februari 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
#ProgramKerja
#KerjaBerdampak
#RevitalisasiSMK
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 049/A5.3/Sipres/II/2019
Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad menyampaikan Kemendikbud terus mendorong peningkatan jumlah LSP-P1 dari SMK agar peningkatan revitalisasi pendidikan vokasi dapat berjalan optimal. Berdasarkan data Direktorat Pembinaan SMK, saat ini terdapat 64 skema sertifikasi level 2 dan 3 yang digunakan oleh LSP-P1 SMK. Dan sejak tahun 2016, tercatat 184.816 siswa SMK telah memperoleh sertifikasi dari BNSP.
"Itu semua untuk memfasilitasi anak-anak kita untuk memperoleh sertifikasi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri," demikian disampaikan Dirjen Dikdasmen pada Taklimat Media RNPK 2019, di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Pegawai, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Depok, Jawa Barat, Selasa (12/2/2019).
Dirjen Dikdasmen menyatakan bahwa sertifikasi menjadi sangat penting untuk mendorong tingkat kebekerjaan lulusan SMK. Hal tersebut terkait dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Sementara itu, Kunjung Masehat, Ketua Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) menyatakan bahwa sebanyak 840 SMK telah menjadi LSP-P1. Sebanyak 125.482 sertifikasi dilakukan oleh SMK dan 489.906 dilakukan LSP Non-SMK.
Saat ini terdapat 73.116 asesor. Namun, yang aktif teregistrasi di laman BSNP sebanyak 17.680 orang asesor dengan 109 master asesor. Ketua BNSP menyarankan agar master asesor dipilih juga dengan pertimbangan pembiayaan.
"Misalnya SMK di Papua meminta master asesor, maka berikan master asesor dari Makasar untuk mempermudah mobilisasi," ujar Kunjung saat membuka sesi Diskusi Praktik Baik Revitalisasi Vokasi RNPK 2019.
Waras Kamdi, Guru Besar Universitas Negeri Malang, sekaligus Ketua Kelompok Kerja Revitalisasi SMK menyatakan pentingnya harmonisasi sistem sertifikasi BSNP dengan DUDI untuk pengakuan sertifikasi. Selain itu, juga harmonisasi sistem sertifikasi antara SMK, Sekolah Menengah Atas-Luar Biasa (SMA-LB), Paket C Vokasi, serta lembaga kursus dan pelatihan (LKP).
"Kalau yang pertama kelembagaannya, yang kedua ini adalah sistemnya," jelas Waras dalam laporannya pada sidang pleno penutupan RNPK 2019, Rabu (13/2/2019).
Beberapa rekomendasi lain sebagai hasil diskusi di antaranya penuntasan kekurangan lisensi untuk skema sesuai kompetensi keahlian pada 840 LSP-P1 SMK terlisensi oleh BSNP pada tahun 2019 dan penambahan LSP-P1 SMK terlisensi baru oleh BSNP. "Kita targetkan selama 4 tahun, (sampai) 2019 dan disertai dengan penambahan 360 LSP-P1 SMK terlisensi yang baru oleh BNSP. Sehingga totalnya bisa mencapai 1.200 LSP-P1," ujar Waras.
Kemudian juga perluasan jejaring kerja LSP-P1 SMK dengan SMK yang memiliki kompetensi keahlian sejenis. Serta sinkronisasi sertifikasi uji kompetensi untuk lembaga pendidikan formal dan nonformal melalui Komite Nasional Kualifikasi Indonesia (KNKI). Dan rekomendasi terakhir dari diskusi kelompok Revitalisasi SMK adalah pemenuhan jumlah dan kualitas asesor dan Tempat Uji Kompetensi (TUK).
Laporan diskusi kelompok tiga RNPK 2019 tersebut diserahkan oleh Waras Kamdi kepada Sekretaris Jenderal selaku ketua panita Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaaan 2019. (*)
Depok, 13 Februari 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
#ProgramKerja
#KerjaBerdampak
#RevitalisasiSMK
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 049/A5.3/Sipres/II/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1598 kali
Editor :
Dilihat 1598 kali