Gempita Hardiknas Batam: Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Pembuatan Batik Gonggong  27 April 2019  ← Back

Batam, Kemendikbud --- Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) memiliki batik bermotif khas, yakni Batik Gonggong. Pembuatan Batik Gonggong kini mulai dipelajari di sekolah-sekolah di Kepri, termasuk di Kota Batam. SMP Negeri 25 Kota Batam merupakan salah satu sekolah yang mengajarkan siswanya membuat Batik Gonggong dalam mata pelajaran Seni dan Budaya. Proses pembuatan Batik Gonggong dapat menjadi wadah dalam menanamkan nilai-nilai karakter.

Batik Gonggong adalah batik yang bermotif unik, yaitu gonggong, sejenis hewan laut yang banyak ditemukan di wilayah Kepri. Gonggong merupakan hewan laut yang bentuknya mirip dengan keong atau siput. Motif inilah yang menjadi inspirasi munculnya Batik Gonggong sebagai batik khas Provinsi Kepri. Selain di Batam, daerah lain yang berbudaya kental Melayu juga memiliki motif yang sama, misalnya di ibukota Provinsi Kepri, Tanjungpinang.

Putri Aurelia, siswa kelas VIII SMP Negeri 25 Kota Batam, mengaku tertarik membuat Batik Gonggong karena diajarkan teorinya di sekolah oleh guru mata pelajaran Seni dan Budaya. Belajar teori saja ternyata tidak cukup bagi Putri dan teman-temannya. Mereka butuh praktik untuk ikut mencoba proses pembuatan Batik Gonggong. Sayangnya, bahan-bahan dan alatnya tidak tersedia di sekolah, sehingga sekolah bekerja sama dengan Sanggar Batik Pak Mahendra yang berada di bawah binaan Istri Walikota Batam, Marlin Agustina Rudi.

Putri menuturkan, tahap yang paling menarik dari proses pembuatan Batik Gonggong adalah penyantingan (memberikan motif di kain dengan menggunakan canting) dan pada saat pewarnaan. "Asyik, karena enggak bosen, bawaannya rileks," tuturnya saat ditemui di pameran pendidikan Gempita Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2019 di Lapangan Engku Putri, Kota Batam, Kamis (25/4/2019). Ia menambahkan, untuk menyelesaikan sehelai kain Batik Gonggong, diperlukan waktu sekitar 3-4 hari yang dikerjakan secara berkelompok. “Satu kain bisa dikerjakan oleh dua atau tiga orang,” ujarnya.

Guru Seni dan Budaya SMPN 25 Kota Batam, Sri Harse Hadyawati, mengatakan, Kota Batam sedang giat mempromosikan produk budayanya, yaitu Batik Gonggong. Karena itu, ia memilih kegiatan pembuatan Batik Gonggong sebagai muatan lokal di sekolahnya dalam seni karya. Para siswa ternyata banyak yang tertarik pada pembuatan Batik Gonggong. Ia pun mengajarkan teorinya di sekolah, lalu untuk praktiknya diarahkan ke Sanggar Batik Pak Mahendra. Selain untuk memberikan pengetahuan seni dan budaya kepada anak-anak, imbuhnya, pembuatan Batik Gonggong juga menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada siswa, antara lain nilai mandiri dan gotong royong.

"Di SMP kita arahkan supaya dia juga bisa berwirausaha. Mana tahu dia tidak bisa melanjutkan sekolah, jadi kita berikan bekal. Jadi anak-anak diarahkan membuat batik sekaligus bisa untuk bekerja, untuk mencari uang. Sekolah ini bukan mencari ilmu saja, tapi juga belajar untuk mandiri," katanya.

Selain itu, nilai gotong-royong juga tercermin dalam pembuatan Batik Gonggong di SMPN 25 Kota Batam. Para siswa harus bekerja dalam tim untuk menyelesaikan sehelai kain batik bermotif gonggong dalam waktu 3-4 hari. Dalam prosesnya, mereka dituntut untuk tekun, bersabar, dan menuangkan ide-ide kreatif mereka dalam membuat sebuah karya. Kemampuan berkolaborasi dan berkomunikasi dengan sesama juga diperlukan dalam proses ini.

Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengembangan Karakter, Arie Budhiman mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melaksanakan Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Menurutnya, Perpres tersebut mengamanatkan kepada Kemendikbud untuk melakukan restorasi pendidikan melalui tiga hal, yaitu reformasi sekolah, penguatan peran keluarga, dan peran aktif masyarakat dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkarakter baik, yaitu religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. "Selain itu, generasi Indonesia juga harus berbekal keterampilan literasi yang tinggi, dan memiliki kompetensi unggul abad 21, yaitu mampu berpikir kritis dan analitis, kreatif, komunikatif, serta kolaboratif," katanya saat membuka Gempita Hardiknas 2019 Provinsi Kepulauan Riau, di Lapangan Engku Putri, Kota Batam, Kamis (25/4/2019).

Gempita Hardiknas 2019 di Provinsi Kepulauan Riau berlangsung mulai hari ini, Kamis (24/4/2019) di dua lokasi, yakni di Lapangan Engku Putri di Kota Batam, dan di Kantor Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Kepulauan Riau di Kota Tanjungpinang. Kegiatan ini diselenggarakan bekerja sama antara unit pelaksana teknis (UPT) Kemendikbud di Provinsi Kepulauan Riau dengan pemerintah daerah setempat. UPT Kemendikbud tersebut adalah Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Kepulauan Riau, BPNB Kepulauan Riau, dan Kantor Bahasa Kepulauan Riau. Beragam acara meramaikan Gempita Hardiknas ini, antara lain pertunjukan seni, lomba mewarnai untuk anak PAUD/TK, pameran pendidikan, bazar buku (bekerja sama dengan IKAPI), dan pemutaran film Indonesia dengan menggunakan bioskop keliling. (Desliana Maulipaksi)

Batam, 25 April 2019

Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 159/Sipres/A5.3/HM/IV/2019

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 731 kali