Musik Tradisional Jagai Posampevusu Mewarnai Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah 27 April 2019 ← Back
Palu, Kemendikbud — Jagai Posampevusu, musik tradisional Suku Kaili, di Sulawesi Tengah (Sulteng), yang ditampilkan oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 15 Palu, mewarnai pembukaan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Jagai Posampevusu bercerita tentang cara Suku Kaili menjaga semangat persaudaraan dan gotong royong di tengah-tengah kekacauan yang terjadi di masyarakat. Uniknya, musik ini tak hanya menghasilkan suara yang indah tetapi juga dikombinasikan dengan tarian adat oleh para pemain musiknya.
Suku Kaili merupakan suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar wilayah Sulteng, khususnya Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu. Kekerabatan dan kerja sama masyarakat Suku Kaili terlihat pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan, dan kegiatan bertani.
Kelompok musik tradisional itu tampil di hadapan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola, yang membuka kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah. “Kegiatan ini dapat memotivasi bangkitnya pendidikan di Sulawesi Tengah, pascabencana 28 September 2018 lalu,” ujar Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulteng, Muhammad Askari, di kantornya, di Kota Palu, Sulteng, Kamis (25/4/2019).
Kelompok musik tradisional SMPN 15 Kota Palu, telah menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan. Tahun lalu mereka meraih juara pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SMP di Bangka Belitung. Sebelumnya mereka juga menjuarai Konser Karawitan Anak Indonesia 2017 di Jakarta.
Memperkenalkan anak-anak terhadap musik tradisional merupakan praktik baik dalam pendidikan karakter, khususnya satu dari lima nilai utama pendidikan karakter, yakni nasionalisme. Anak-anak diajak untuk memiliki rasa cinta terhadap budaya, seni, dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi insan yang cerdas dan berkarakter.
Selain penampilan musik tradisional, satu dari siswa berbakat di Kota Palu mampu menarik perhatian penonton melalui baca puisi dan menyanyi. Dia adalah Ahmad Sidratul Araf, siswa kelas 2 Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Kota Palu, Sulteng. Dengan apik, Araf membaca puisi berjudul “Aku” dan menyanyikan lagu berjudul “Mamah”.
Di tengah keterbatasannya sebagai tunadaksa, Araf mampu menghibur dan memukau penonton di acara pembukaan kegiatan tersebut. Kedua kakinya memang tidak dapat berfungsi dengan baik dan ia berjalan dengan kedua tangannya, tetapi kemampuan berpikirnya sama seperti anak-anak lain seusianya. “Di sekolah dia aktif bahkan ikut bermain bola dengan teman-temannya, dia juga bisa menggambar dengan bagus,” tutur Sitti Amina, guru Araf di sekolahnya.
Longki Djanggola mengapresiasi kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng yang merupakan kerja sama Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Sulteng untuk bangkit dari pascabencana 28 September 2018 lalu, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan. “Kita harus terus berikhtiar memajukan pendidikan yang beriringan dengan kebudayaan di Sulawesi Tengah,” katanya.
Dalam kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng diselenggarakan berbagai acara yang menarik untuk dikunjungi. Di antaranya, bagi siswa, ada lomba ranking 1, lomba menggambar, dan lomba mewarnai. Sedangkan bagi guru, ada lomba inovasi pembelajaran dan lomba mendongeng. Selain itu, ada lomba permainan tradisional meliputi lomba bakiak, lari tempurung, enggrang, dan pasang tenda, serta kegiatan sosial dan olahraga lainnya.
Seluruh rangkaian kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng dapat dihadiri oleh masyarakat umum dan tidak dipungut biaya. Acara tersebut akan berlangsung sampai 29 April 2019. Ayo bangkit dan berpartisipasi pada Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng 2019! (AB)
Palu, 25 April 2019,
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 160/Sipres/A5.3/HM/IV/2019
Suku Kaili merupakan suku bangsa di Indonesia yang mendiami sebagian besar wilayah Sulteng, khususnya Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu. Kekerabatan dan kerja sama masyarakat Suku Kaili terlihat pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan, dan kegiatan bertani.
Kelompok musik tradisional itu tampil di hadapan Gubernur Sulteng, Longki Djanggola, yang membuka kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tengah. “Kegiatan ini dapat memotivasi bangkitnya pendidikan di Sulawesi Tengah, pascabencana 28 September 2018 lalu,” ujar Kepala Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sulteng, Muhammad Askari, di kantornya, di Kota Palu, Sulteng, Kamis (25/4/2019).
Kelompok musik tradisional SMPN 15 Kota Palu, telah menorehkan beberapa prestasi yang membanggakan. Tahun lalu mereka meraih juara pada Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SMP di Bangka Belitung. Sebelumnya mereka juga menjuarai Konser Karawitan Anak Indonesia 2017 di Jakarta.
Memperkenalkan anak-anak terhadap musik tradisional merupakan praktik baik dalam pendidikan karakter, khususnya satu dari lima nilai utama pendidikan karakter, yakni nasionalisme. Anak-anak diajak untuk memiliki rasa cinta terhadap budaya, seni, dan tradisi masyarakat di sekitarnya. Dengan begitu, mereka akan tumbuh menjadi insan yang cerdas dan berkarakter.
Selain penampilan musik tradisional, satu dari siswa berbakat di Kota Palu mampu menarik perhatian penonton melalui baca puisi dan menyanyi. Dia adalah Ahmad Sidratul Araf, siswa kelas 2 Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) 2 Kota Palu, Sulteng. Dengan apik, Araf membaca puisi berjudul “Aku” dan menyanyikan lagu berjudul “Mamah”.
Di tengah keterbatasannya sebagai tunadaksa, Araf mampu menghibur dan memukau penonton di acara pembukaan kegiatan tersebut. Kedua kakinya memang tidak dapat berfungsi dengan baik dan ia berjalan dengan kedua tangannya, tetapi kemampuan berpikirnya sama seperti anak-anak lain seusianya. “Di sekolah dia aktif bahkan ikut bermain bola dengan teman-temannya, dia juga bisa menggambar dengan bagus,” tutur Sitti Amina, guru Araf di sekolahnya.
Longki Djanggola mengapresiasi kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng yang merupakan kerja sama Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah Sulteng untuk bangkit dari pascabencana 28 September 2018 lalu, khususnya di bidang pendidikan dan kebudayaan. “Kita harus terus berikhtiar memajukan pendidikan yang beriringan dengan kebudayaan di Sulawesi Tengah,” katanya.
Dalam kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng diselenggarakan berbagai acara yang menarik untuk dikunjungi. Di antaranya, bagi siswa, ada lomba ranking 1, lomba menggambar, dan lomba mewarnai. Sedangkan bagi guru, ada lomba inovasi pembelajaran dan lomba mendongeng. Selain itu, ada lomba permainan tradisional meliputi lomba bakiak, lari tempurung, enggrang, dan pasang tenda, serta kegiatan sosial dan olahraga lainnya.
Seluruh rangkaian kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng dapat dihadiri oleh masyarakat umum dan tidak dipungut biaya. Acara tersebut akan berlangsung sampai 29 April 2019. Ayo bangkit dan berpartisipasi pada Pekan Pendidikan dan Kebudayaan Sulteng 2019! (AB)
Palu, 25 April 2019,
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 160/Sipres/A5.3/HM/IV/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1107 kali
Editor :
Dilihat 1107 kali