Dirjen GTK: Pendidik Akan Terus Eksis dalam Revolusi Industri 4.0 03 Mei 2019 ← Back
Medan, Kemendikbud --- Perkembangan zaman dengan adanya revolusi industri 4.0 akan menggeser beragam jenis pekerjaan. Beberapa jenis pekerjaan yang ada segera tergantikan oleh teknologi, begitu pula dengan para pelakunya yang dapat digantikan oleh teknologi.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Supriano menyampaikan bahwa perubahahan tersebut hendaknya tidak hanya direspons pada sisi teknis saja, tetapi juga dalam perubahan karakter baik peserta didik maupun pendidik.
“Jika revolusi industri 4.0 tidak dibarengi dengan perubahan karakter maka akan menggangu proses pembelajaran," disampaikan Dirjen GTK, Supriano, pada pembukaan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) bidang Bangunan dan Listrik (BBL), Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/04/2019).
Disebutkan Supriano, proses pembelajaran yang baik tidak hanya bertumpu pada faktor teknis saja. Namun harus juga dibarengi dengan karakter guru sebagai pendidik yang baik. “Jangan sampai siswa belajar, guru asyik main HP. Ketika kita ramai membicarakan tentang revolusi industri, tetapi karakter tidak kita perbaiki, maka akan berat kita mencapai proses pembelajaran yang baik,” tuturnya.
Lebih lanjut, peranan guru sebagai pendidik akan membuatnya tetap eksis dan tak tergantikan oleh teknologi. "Guru tetap dibutuhkan, guru tetap eksis, walaupun model pembelajaran bisa berubah. Namun, peran sebagai pendidik tetap menjadi suatu kekuatan,” terang Supriano.
Supriano menegaskan bahwa apapun kurikulum dan model yang digunakan, proses pembelajaran harus mendorong pencapaian kompetensi yang wajib dimiliki peserta didik pada abad ke-21. Kompetensi tersebut disebutnya 4C, yakni kemampuan untuk berpikir kritis (critical thinking), komunikatif (communicative), kreatif (creative), dan kolaboratif (collaborative).
“Anak-anak dibuka pikirannya, tetapi rasional. Anak-anak milenial tidak bisa ditutup-tutupi. Berfikir kritis ini awal, kemudian diikuti kreativitas, membangun komunikasi, dan kolaborasi,” ungkap Dirjen GTK.
Kemampuan berkolaborasi sebagai salah satu kompetensi dalam PPK, ditampilkan oleh salah satu pengisi acara pada Pembukaan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) Kartika 1-1, Medan yaitu Richard Marcoviuslaoli, Bagus ilyas Perdana, dan Nasbi Auliyah menyemarakkan acara dengan pembacaan Puisi Bersambut. Siswa kelas IV dan V ini berlatih selama tiga hari dengan bimbingan Kepala Sekolah Rahmat Siswanto.
"Pembacaan puisi ini merupakan pengembangan bakat dari setiap anak, untuk mengeluarkan potensi anak yang berbakat pada seni. Selain itu juga melatih Keberanian dan percaya diri anak saat tampil di depan," kata Kepsek Rahmat Siswanto.
Dirjen Supriano menegaskan bahwa saat ini salah satu fokus pemerintah di bidang pendidikan adalah Pendidikan Karakter. Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan wujud komitmen Kemendikbud sebagai inisiator, untuk menunaikan Nawacita ke-8 dan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). (*)
Medan, 30 April 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 180/Sipres/A5.3/HM/V/2019
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Supriano menyampaikan bahwa perubahahan tersebut hendaknya tidak hanya direspons pada sisi teknis saja, tetapi juga dalam perubahan karakter baik peserta didik maupun pendidik.
“Jika revolusi industri 4.0 tidak dibarengi dengan perubahan karakter maka akan menggangu proses pembelajaran," disampaikan Dirjen GTK, Supriano, pada pembukaan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK) bidang Bangunan dan Listrik (BBL), Medan, Sumatra Utara, Selasa (30/04/2019).
Disebutkan Supriano, proses pembelajaran yang baik tidak hanya bertumpu pada faktor teknis saja. Namun harus juga dibarengi dengan karakter guru sebagai pendidik yang baik. “Jangan sampai siswa belajar, guru asyik main HP. Ketika kita ramai membicarakan tentang revolusi industri, tetapi karakter tidak kita perbaiki, maka akan berat kita mencapai proses pembelajaran yang baik,” tuturnya.
Lebih lanjut, peranan guru sebagai pendidik akan membuatnya tetap eksis dan tak tergantikan oleh teknologi. "Guru tetap dibutuhkan, guru tetap eksis, walaupun model pembelajaran bisa berubah. Namun, peran sebagai pendidik tetap menjadi suatu kekuatan,” terang Supriano.
Supriano menegaskan bahwa apapun kurikulum dan model yang digunakan, proses pembelajaran harus mendorong pencapaian kompetensi yang wajib dimiliki peserta didik pada abad ke-21. Kompetensi tersebut disebutnya 4C, yakni kemampuan untuk berpikir kritis (critical thinking), komunikatif (communicative), kreatif (creative), dan kolaboratif (collaborative).
“Anak-anak dibuka pikirannya, tetapi rasional. Anak-anak milenial tidak bisa ditutup-tutupi. Berfikir kritis ini awal, kemudian diikuti kreativitas, membangun komunikasi, dan kolaborasi,” ungkap Dirjen GTK.
Kemampuan berkolaborasi sebagai salah satu kompetensi dalam PPK, ditampilkan oleh salah satu pengisi acara pada Pembukaan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan. Tiga siswa Sekolah Dasar (SD) Kartika 1-1, Medan yaitu Richard Marcoviuslaoli, Bagus ilyas Perdana, dan Nasbi Auliyah menyemarakkan acara dengan pembacaan Puisi Bersambut. Siswa kelas IV dan V ini berlatih selama tiga hari dengan bimbingan Kepala Sekolah Rahmat Siswanto.
"Pembacaan puisi ini merupakan pengembangan bakat dari setiap anak, untuk mengeluarkan potensi anak yang berbakat pada seni. Selain itu juga melatih Keberanian dan percaya diri anak saat tampil di depan," kata Kepsek Rahmat Siswanto.
Dirjen Supriano menegaskan bahwa saat ini salah satu fokus pemerintah di bidang pendidikan adalah Pendidikan Karakter. Terbitnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merupakan wujud komitmen Kemendikbud sebagai inisiator, untuk menunaikan Nawacita ke-8 dan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM). (*)
Medan, 30 April 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 180/Sipres/A5.3/HM/V/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1320 kali
Editor :
Dilihat 1320 kali