Gombalindonesian, Tema Lomba Cipta Meme di Festival Literasi Sekolah 29 Juli 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Lomba Cipta Meme menjadi salah satu kegiatan dalam rangkaian Festival Literasi Sekolah (FLS) 2019 untuk jenjang SMA. Tema yang diangkat Lomba Cipta Meme tersebut adalah “Gombalindonesian”. Interprestasi terhadap kata ini menjadi tantangan tersendiri untuk menguji kreativitas peserta untuk melahirkan meme yang orisinal.
Juri FLS 2019 bidang Lomba Cipta Meme, Alvanov Zpalanzani mengatakan, kata ‘Gombalindonesian’ sebenarnya bisa dipecah ke dalam beberapa frase. “Gombal Indonesian yang bisa diartikan orang Indonesia yang gombal, atau juga gombalin Indonesian yang artinya menggombali orang Indonesia. Interprestasinya bisa luas dan ini kembali bagaimana anak-anak mengaitkannya ke tema besarnya yaitu Indonesia romanis,” kata Alvanov di sela Lomba Cipta Meme FLS 2019 di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (27/7/2019).
Menurut Alvanov, tema ini diangkat karena juri tidak ingin menggunakan tema yang kaku, formal, ataupun klise. Pemilihan tema yang kaku bisa membuat peserta menjadi kurang fleksibel untuk berpikir atau mencari ide. “Kita mencoba mencari tema-tema yang dekat, yang bisa mereka ucapkan, jadi kita berpikir bagaimana mereka agar tidak terbebani dengan tema,” tuturnya.
Lomba Cipta Meme diikuti 25 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia. Pelaksanaan lomba bidang meme ini berlangsung selama enam jam, dimulais ejak pukul 09.00 WIB. Peserta hanya diperbolehkan mengirimkan satu hasil karya kepada panitia. Menurut Alvanov, dengan rentang waktu selama enam jam untuk membuat satu karya meme, artinya tingkat kesulitannya sangatlah tinggi.
“Walaupun (hanya) satu (karya meme), tingkat kesulitannya menjadi sangat tinggi, karena mereka harus memilih alternatif dari beberapa ide yang mereka punyai, dan dari situ mereka harus memilih salah satu untuk di-submit,” kata Alvanov.
Ia menjelaskan, dalam membuat meme peserta menggunakan gawai untuk menghasilkan gambar-gambar yang mereka kumpulkan sendiri selama menjalani FLS. Lokasi pengambilan gambar berlangsung di Kebun Raya Bogor maupun di tempat penginapan.
Setelah mendapatkan gambar/foto, mereka kemudian memodifikasinya dengan teks menggunakan aplikasi yang biasa mereka gunakan, di antaranya photoshop ataupun aplikasi lain yang ada di gawai masing-masing. Pihak juri tidak menganjurkan mereka untuk menggunakan gambar dari pihak lain.
“Mereka harus menjadi orang yang meng-create sesuatu dan be proud of it, ini saya bikin sendiri, start from scratch bukan browsing meme generator lalu copy gambar, masukin kata-kata dan publish,” kata Alvanov.
Lomba Cipta Meme dibuat dengan konsepnya kolaboratif, tidak murni kompetitif. Alasannya, karena menghasilkan sebuah meme itu tidak murni hasil pemikiran sendiri tapi ada masukan dari berbagai pihak. Peserta boleh berkolaborasi dengan peserta lainnya untuk menghasilkan karya. Juri pun memperbolehkan peserta untuk meminta pendapat dari yang lain.
Namun, juri juga menguji kejujuran peserta bila nanti karya mereka yang terpilih ada campur tangan peserta lain. Alvanov mengatakan ada beberapa kriteria penilaian, di antaranya kesesuaian dengan tema, orisinalitas, dan pesan yang disampaikan.
Peserta dari SMAN 17 Makassar, Sulawesi Selatan, Andi Aulia Magfirah Mawladri mengatakan, strategi kolaboratif ini merupakan hal yang ia sukai. Di lomba ini, ia pun meminta bantuan dari peserta lain dalam pengambilan foto.
“Aku prefer-nya kerja sama dengan yang lain. Misalnya aku punya ide, lalu aku sampein ke mereka. Modelnya itu panggil temen-temen,” kata Aulia. Meski ia berkolaborasi terkait foto, namun konten meme ia ciptakan sendiri dari buah pikirannya.
Lomba meme juga menjadi tantangan tersendiri bagi peserta lainnya yakni Lathifah dari SMAN 7 Padang, Sumatra Barat. Tema ‘Gombalindonesian’ membuatnya harus berpikir kreatif dan berbeda dari yang lain. “Aku lihat tema ini dari perspektif lain, bukan cuma kata-kata manis, tapi buatnya sebagai sindiran terkait Pemilu,” ujarnya.
Terkait Lomba Cipta Meme dalam FLS 2019, Aulia menilai bahwa lomba meme sangat membantu mereka sebagai pelajar untuk membuat meme yang benar dan bermanfaat bagi sekitar. “Di sini kita dilatih untuk membuat meme yang bagus itu kayak gimana, bukan hanya selera humornya, atau dark jokes-nya, tapi kita di sini dilatih cara membuat meme yang bisa bermanfaat untuk Indonesia nantinya,” tutur Aulia. (Desliana Maulipaksi).
Sumber :
Editor :
Dilihat 5577 kali