Belajar Ilmu Padi dalam Pencak Silat  28 Agustus 2019  ← Back



Banda Aceh, Kemendikbud --- Pencak silat merupakan seni bela diri tradisional yang menjadi budaya Indonesia. Dalam Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN), Pencak Silat menjadi salah satu cabang olahraga yang diselenggarakan untuk melestarikan budaya Indonesia sekaligus menanamkan nilai-nilai karakter pada generasi bangsa. Salah satu juri Pencak Silat O2SN 2019, M Yunus Amansyah mengatakan, etika dan filosofis ilmu padi menjadi dua hal penting pendidikan karakter dalam mempelajari pencak silat.

"Ini kan kebudayaan khas indonesia. Jadi karakternya kalau kebudayaan khas timur itu adalah etika. Dalam persilatan itu etika yang diutamakan. Jadi makanya anak-anak yang telah berlatih atau berguru di pencak silat itu ibarat ilmu padi, di mana dia semakin tinggi ilmunya tapi semakin tunduk terhadap peraturan. Di situ karakternya," ujar M Yunus Amansyah di Hall Serba Guna Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, Selasa (27/8/2019).

Yunus mengatakan, ada tiga hal yang menjadi penilaian dalam cabang olahraga Pencak Silat kategori tunggal di O2SN, yaitu kemantapan gerak, kemantapan fisik, dan urutan gerakan. Jurus-jurus yang diuji dalam O2SN merupakan jurus baku yang diciptakan oleh Persekutuan Silat Antarabangsa (Persilat) atau Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

"Jadi harus sesuai dengan jurus baku, bukan jurus yang diciptakan perguruan masing-masing," ujar Yunus. Dalam memberikan penilaian, katanya, juri juga mengurangi nilai peserta apabila terdapat gerakan yang salah atau tidak sesuai dengan jurus baku.

Salah satu atlet O2SN 2019, Kevin Ferdiansyah Saputro menuturkan, ketertarikannya mempelajari pencak silat karena ingin melestarikan budaya Indonesia. Dengan mempelajari pencak silat, Kevin memperoleh kepercayaan diri untuk mampu menjaga diri dan kesehatan. Atlet yang mewakili Provinsi DKI Jakarta ini mengaku sudah memiliki persiapan menghadapi O2SN 2019 dengan latihan sekitar dua bulan.

Dalam cabang olahraga Pencak Silat di O2SN 2019 untuk kategori tunggal, peserta diberikan waktu selama tiga menit untuk memperlihatkan jurus-jurus baku dalam tiga tahap, yaitu tangan kosong, menggunakan toya, dan menggunakan golok. Bagi Kevin, jurus dengan tangan kosong merupakan bagian yang paling sulit. "Paling susah tangan kosong, karena harus menjaga keseimbangan. Terus kuda-kudanya juga sulit," tutur siswa SMK Budi Murni Jakarta itu. Namun ia optimis tetap menargetkan medali emas dalam perjuangannya di O2SN 2019. Semangat! (Desliana Maulipaksi)
 

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4404 kali