Persiapan Masuk Sekolah Dasar Bagi Anak Usia Dini 22 Agustus 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Banyak orang tua bingung memilih sekolah dasar (SD) yang tepat dan terbaik bagi anaknya. Belum banyak juga orang tua yang paham akan tahapan-tahapan pendidikan yang seharusnya diterima oleh anak sesuai dengan usianya. Meskipun anak telah mengikuti pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) atau Taman Kanak-kanak (TK), tentu proses belajar mengajar di SD akan berbeda.
Peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan, Nisa Felicia menilai, dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini diperlukan adanya tiga kesiapan saat anak akan masuk SD, yakni, anak yang siap, orang tua yang siap, dan sekolah yang siap. Menurutnya, anak yang siap adalah yang mampu menyesuaikan diri atau menjalankan transisi dengan lancar terhadap proses belajar yang lebih terstruktur ketika memasuki sekolah dasar.
Orang tua juga harus siap mendampingi, mempelajari, dan memantau dalam hal tahapan perkembangan sang anak karena orang tua lebih banyak berada di sisi anak. Sekolah (PAUD atau TK) juga memiliki tugas untuk mempersiapkan anak agar anak-anak siap bersekolah. Sedangkan SD adalah sekolah yang siap untuk menerima siswa dengan segala potensi di masing-masing anak usia dini tersebut.
“Sekolah dan orang tua perlu berjalan berdampingan dalam mendidik anak dengan komunikasi dan kerja sama yang selaras,” ujar dosen Sampoerna University itu saat menyampaikan paparan pada acara Seminar Serius Bermain, Serius Belajar: Studi Kasus Transisi PAUD ke SD di Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Rabu (21/8/2019).
Seiring dengan hal itu, Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Luar Negeri Kemendikbud, Suharti mengungkapkan, komitmen pemerintah Indonesia adalah bahwa semua anak dapat atau pernah mengikuti pendidikan pra sekolah setidaknya 1 tahun. PAUD memiliki peranan yang penting dalam program 5 tahun ke depan.
Suharti mengungkapkan, pembangunan PAUD yang benar adalah dengan membangun kesiapan anak untuk sekolah formal di SD. Jangan sampai kurikulum yang benar-benar disiapkan dengan asumsi-asumsi, kata dia, dianggap paling cocok untuk diterapkan di sistem pendidikan saat ini. Faktanya kurikulum itu akan berbeda dengan keadaan di lapangan.
“Untuk mewujudkan hal itu, Kemendikbud bersama Kementerian Desa memiliki program 1 Desa 1 TK/PAUD, tapi sampai sekarang masih ada 20 persen desa yang belum memiliki TK/PAUD,” tuturnya.
Di sisi lain, Manajer Program Keluarga Kita, Siti Nur Andini berpendapat, anak selalu mengalami tahapan perkembangan yang berbeda-beda sehingga orang tua perlu memiliki pedoman dalam menjamin perkembangan anaknya dan mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pedoman itu dia beri nama CINTA, yaitu, C (Cari cara), I (Ingat impian tinggi), N (meNerima tanpa drama yaitu menerima keadaan anak, sifat, dan keunikan serta tahapan perkembangan anak), T (Tidak takut salah berani mencoba), dan A (Aksi main bersama). (Dwi Lestari/Mahdi Shiddieqy/Agi Bahari)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 7426 kali
Editor :
Dilihat 7426 kali