Indonesia-Prancis Perkuat Kerja Sama Bidang Pendidikan 20 September 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Pemerintah Indonesia dan Prancis memperkuat kerja sama bidang pendidikan. Kerja sama tersebut mencakup tiga sektor pendidikan, yaitu pendidikan vokasi, pendidikan anak usia dini (PAUD), dan peningkatan kerja sama penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa Prancis. Sebagai rangkaian dari kerja sama tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Nasional Republik Prancis menggelar joint working group (JWG).
Kegiatan ini dilakukan untuk memetakan kerja sama yang potensial untuk diimplementasikan sesuai prioritas kedua negara berdasarkan asas resiprokal.
Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi, menjelaskan, Indonesia dan Prancis telah menjalin kerja sama bilateral yang erat, khususnya di bidang pendidikan. Selanjutnya, forum JWG ini merefleksikan upaya bersama kedua negara untuk berkolaborasi menguatkan kerja sama untuk mempersiapkan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. “Kita (Indonesia dan Perancis) sudah lama bekerja sama di bidang teknologi, pada dua tahun yang lalu kita mempunyai kerjasama dengan Prancis di bidang teknologi di mana pemerintah Prancis membentuk training center dan ini akan berpihak di bidang otomasi,” jelas Sesjen Didik, saat membuka Indonesia-France JWG on Education, di Jakarta, Jumat (20/09).
Lingkup kerja sama pendidikan vokasi, menurut Sesjen Didik, akan dibicarakan secara lebih mendetail, terutama untuk penggunaan alih teknologi, pengajaran teknologi bagi para guru dan siswa, pertukaran pelajar dan pendidik antar kedua negara.
Pada kesempatan yang sama, Hervé Tilly, perwakilan Kementerian Pendidikan Republik Perancis, menjelaskan, kerja sama layanan pendidikan prasekolah dasar menjadi sektor potensial. Layanan ini, menurutnya, telah diwajibkan di Prancis, sebagai persiapan mendasar bagi generasi penerus. "Sekolah pendidikan dini atau prasekolah diwajibkan bagi anak usia tiga tahun di Prancis, sebagai persiapan pengetahuan dasar, yaitu membaca, menghitung, dan menghargai sesama manusia," jelas Hervé.
Menguatkan penjelasan tersebut, Didik mengatakan bahwa dalam forum ini juga akan dibahas mengenai layanan Pra Sekolah yang dapat digunakan untuk pengembangan PAUD di Indonesia. "Terkait PAUD, Indonesia sudah punya Standar Pelayanan Minimum, yaitu sebelum usia sekolah harus mengikuti pra Sekolah Dasar. Dalam JWG Indonesia-Prancis akan membicarakan mengenai teknis pengelolaan layanan pendidikan pra sekolah. Kita akan banyak belajar dari Prancis untuk pengelolaan layanan pendidikan pra Sekolah Dasar," jelas Sesjen Didik.
Terkait materi kerja sama PAUD, Sesjen Didik menggarisbawahi tidak menerapkan tuntutan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bagi para siswa PAUD. Hal ini, menurutnya, karena para siswa PAUD seharusnya berada di usia bermain bukan diberikan tuntutan memiliki kemampuan calistung, sebagai persiapan memasuki jenjang sekolah dasar.
Kerja sama bidang bahasa berupa pertukaran guru dan siswa antar kedua negara. Hal ini untuk mendorong peningkatan penggunaan bahasa. Sesjen Didik menjelaskan, kerja sama bidang bahasa telah dilakukan melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), yaitu pengiriman guru ke luar negeri untuk pembelajaran berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan) bagi penutur asing. "Tahun ini ada empat orang guru Indonesia dikirim ke Prancis untuk mengajarkan bahasa Indonesia di empat universitas yang mengajarkan bahasa Indonesia di Prancis," ujar Didik. Kerja sama ini, nantinya, berupaya untuk menambah jumlah penutur bahasa Perancis untuk mempelajari bahasa Indonesia di Prancis. "Diharapkan jumlah pelajar bahasa Prancis di sana lebih banyak, sehingga dapat saling mengenal bahasa, budaya, dan pendidikan masing-masing," jelasnya. Sesjen Didik menargetkan untuk mendorong lebih banyak jumlah anak Indonesia yang dapat menguasai bahasa internasional.
Pertemuan JWG, menurut Didik, juga akan membahas peluang kerja sama untuk meningkatkan penguasaan bahasa Prancis di kalangan siswa, agar dapat mendukung komunikasi yang lebih baik pada kerja sama Indonesia-Prancis di masa mendatang.
"Banyak juga anak-anak di Indonesia dan sekolah-sekolah di Indonesia memang belajar bahasa Prancis, kemarin kita sudah diskusi kecil, sudah menyampaikan bahwa ada keinginan untuk meningkatkan agar anak Indonesia bisa belajar bahasa Prancis, sehingga harapannya ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara Indonesia dengan Prancis sehingga kerjasama kita akan semakin meluas," jelasnya.
Hasil dari pertemuan ini akan dirangkum dalam dokumen Rencana Aksi Bersama – Joint Action Plan, yang akan ditandatangani pimpinan delegasi kedua negara. Selain itu, program promosi bahasa akan diatur dalam Rencana Aksi Bersama – Joint Action Plan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Institut Francais Indonesia (IFI), Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia di Jakarta. Kedua naskah kerja sama ini akan berlaku selama tiga tahun ke depan (2020-2022) . *
Jakarta, 20 September 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 304/Sipers/A5.3/IX/2019
Kegiatan ini dilakukan untuk memetakan kerja sama yang potensial untuk diimplementasikan sesuai prioritas kedua negara berdasarkan asas resiprokal.
Sekretaris Jenderal Kemendikbud, Didik Suhardi, menjelaskan, Indonesia dan Prancis telah menjalin kerja sama bilateral yang erat, khususnya di bidang pendidikan. Selanjutnya, forum JWG ini merefleksikan upaya bersama kedua negara untuk berkolaborasi menguatkan kerja sama untuk mempersiapkan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. “Kita (Indonesia dan Perancis) sudah lama bekerja sama di bidang teknologi, pada dua tahun yang lalu kita mempunyai kerjasama dengan Prancis di bidang teknologi di mana pemerintah Prancis membentuk training center dan ini akan berpihak di bidang otomasi,” jelas Sesjen Didik, saat membuka Indonesia-France JWG on Education, di Jakarta, Jumat (20/09).
Lingkup kerja sama pendidikan vokasi, menurut Sesjen Didik, akan dibicarakan secara lebih mendetail, terutama untuk penggunaan alih teknologi, pengajaran teknologi bagi para guru dan siswa, pertukaran pelajar dan pendidik antar kedua negara.
Pada kesempatan yang sama, Hervé Tilly, perwakilan Kementerian Pendidikan Republik Perancis, menjelaskan, kerja sama layanan pendidikan prasekolah dasar menjadi sektor potensial. Layanan ini, menurutnya, telah diwajibkan di Prancis, sebagai persiapan mendasar bagi generasi penerus. "Sekolah pendidikan dini atau prasekolah diwajibkan bagi anak usia tiga tahun di Prancis, sebagai persiapan pengetahuan dasar, yaitu membaca, menghitung, dan menghargai sesama manusia," jelas Hervé.
Menguatkan penjelasan tersebut, Didik mengatakan bahwa dalam forum ini juga akan dibahas mengenai layanan Pra Sekolah yang dapat digunakan untuk pengembangan PAUD di Indonesia. "Terkait PAUD, Indonesia sudah punya Standar Pelayanan Minimum, yaitu sebelum usia sekolah harus mengikuti pra Sekolah Dasar. Dalam JWG Indonesia-Prancis akan membicarakan mengenai teknis pengelolaan layanan pendidikan pra sekolah. Kita akan banyak belajar dari Prancis untuk pengelolaan layanan pendidikan pra Sekolah Dasar," jelas Sesjen Didik.
Terkait materi kerja sama PAUD, Sesjen Didik menggarisbawahi tidak menerapkan tuntutan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung (calistung) bagi para siswa PAUD. Hal ini, menurutnya, karena para siswa PAUD seharusnya berada di usia bermain bukan diberikan tuntutan memiliki kemampuan calistung, sebagai persiapan memasuki jenjang sekolah dasar.
Kerja sama bidang bahasa berupa pertukaran guru dan siswa antar kedua negara. Hal ini untuk mendorong peningkatan penggunaan bahasa. Sesjen Didik menjelaskan, kerja sama bidang bahasa telah dilakukan melalui program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA), yaitu pengiriman guru ke luar negeri untuk pembelajaran berbahasa Indonesia (berbicara, menulis, membaca, dan mendengarkan) bagi penutur asing. "Tahun ini ada empat orang guru Indonesia dikirim ke Prancis untuk mengajarkan bahasa Indonesia di empat universitas yang mengajarkan bahasa Indonesia di Prancis," ujar Didik. Kerja sama ini, nantinya, berupaya untuk menambah jumlah penutur bahasa Perancis untuk mempelajari bahasa Indonesia di Prancis. "Diharapkan jumlah pelajar bahasa Prancis di sana lebih banyak, sehingga dapat saling mengenal bahasa, budaya, dan pendidikan masing-masing," jelasnya. Sesjen Didik menargetkan untuk mendorong lebih banyak jumlah anak Indonesia yang dapat menguasai bahasa internasional.
Pertemuan JWG, menurut Didik, juga akan membahas peluang kerja sama untuk meningkatkan penguasaan bahasa Prancis di kalangan siswa, agar dapat mendukung komunikasi yang lebih baik pada kerja sama Indonesia-Prancis di masa mendatang.
"Banyak juga anak-anak di Indonesia dan sekolah-sekolah di Indonesia memang belajar bahasa Prancis, kemarin kita sudah diskusi kecil, sudah menyampaikan bahwa ada keinginan untuk meningkatkan agar anak Indonesia bisa belajar bahasa Prancis, sehingga harapannya ini bisa menjadi jembatan komunikasi antara Indonesia dengan Prancis sehingga kerjasama kita akan semakin meluas," jelasnya.
Hasil dari pertemuan ini akan dirangkum dalam dokumen Rencana Aksi Bersama – Joint Action Plan, yang akan ditandatangani pimpinan delegasi kedua negara. Selain itu, program promosi bahasa akan diatur dalam Rencana Aksi Bersama – Joint Action Plan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Institut Francais Indonesia (IFI), Kedutaan Besar Prancis untuk Indonesia di Jakarta. Kedua naskah kerja sama ini akan berlaku selama tiga tahun ke depan (2020-2022) . *
Jakarta, 20 September 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 304/Sipers/A5.3/IX/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 17054 kali
Editor :
Dilihat 17054 kali