Wujudkan Pemerataan Layanan Pendidikan, Kemendikbud Kirim 94 Guru ke Malaysia 19 Oktober 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak Indonesia untuk mendapatkan layanan pendidikan yang bermutu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengirimkan sebanyak 94 guru ke Malaysia. Guru-guru tersebut akan ditempatkan di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) atau Community Learning Center (CLC) yang tersebar di wilayah Sabah dan Sarawak. Hingga saat ini terdapat 160 PKBM di dua wilayah tersebut, dengan rincian 115 pada jenjang Sekolah Dasar (SD) dan 45 pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
“Saya mohon untuk bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berikanlah yang terbaik untuk anak-anak Indonesia yang ada di sana dan saudara merupakan duta Indonesia yang mewakili Pemerintah dan Negara Indonesia sebagai wujud kepedulian Pemerintah terhadap nasib anak-anak Indonesia yang ada di luar negeri, khususnya di Malaysia,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, saat memberikan arahan dalam acara pelepasan 94 guru, yang merupakan pengiriman tahap ke-10, ke Sabah dan Sarawak di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis (17/10).
“Ini merupakan bentuk komitmen dari Bapak Presiden Jokowi, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Sedangkan ini bukan hanya pinggir melainkan jauh di luar pinggiran. Jadi ini pekerjaan yang menantang dan berat dan harus anda lakukan dengan sebaik-baiknya,” imbuh Mendikbud.
Dalam mengajar, kata Mendikbud, membutuhkan kreativitas tinggi dalam metode dan strategi pembelajaran agar bisa memberikan dorongan bagi anak untuk semangat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). “Jangan hanya kegiatan rutin, melainkan betul-betul guru yang kreatif yang mencoba memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Jadi tidak hanya transfer pengetahuan melainkan juga memberi mimpi-mimpi yang besar, karena mereka umumnya berasal dari keluarga petani. Rata-rata (dalam diri) mereka tertanam perasaan rendah diri dan ini harus dibangkitkan karena ternyata setelah mereka dibina dengan baik, banyak sekali di antara mereka yang bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus,” terang Mendikbud.
Mendikbud berharap para guru yang dikirim ke Malaysia bisa memainkan multi peran sehingga bukan hanya sekadar menjadi guru melainkan juga peran-peran lain termasuk memberikan inspirasi kepada anak-anak serta menanamkan nasionalisme kepada mereka. “Karena bagaimanapun mereka tetap anak Indonesia dan mereka ditunggu baktinya buat Indonesia. Memang target kita, mereka harus bisa pulang ke Indonesia dan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Itu yang penting sekali. Oleh karena itu, saudara di sana akan berpartner dengan guru-guru lokal yang asli dari Malaysia yang memang kita pekerjakan. Tolong agar mereka juga dibimbing, jangan sampai mereka mengajar dengan standar-standar Malaysia terutama dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah keindonesiaan,” pungkas Mendikbud.
Sementara itu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, mengungkapkan bahwa belum semua anak usia sekolah bisa bersekolah. Hal ini disebabkan anak-anak tersebut ikut bekerja bersama dengan orang tua mereka di perkebunan. “Jumlah anak usia sekolah yang ada di perkebunan Malaysia itu ada sekitar 50.000 anak, sedangkan yang bisa kita dorong ke sekolah ada sekitar 18.000 anak. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dengan orang tuanya dan harus ada keinginan anak itu untuk belajar. Alhamdulillah, yang lulus dari sekolah di Malaysia ini ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, contohnya UI, ITB, IPB, UGM. Artinya, anak-anak kita ini walaupun posisinya di mana, kalau diintervensi dengan pendidikan yang baik, dia juga punya kemampuan,” ujar Supriano.
Supriano mengemukakan bahwa program ini menjadi salah satu upaya Pemerintah untuk pemerataan pendidikan di tingkat SD, SMP. “Untuk jenjang SMA kita dekatkan dengan kota terdekat, misalnya Nunukan atau bahkan ke Jakarta. Untuk setiap periode, para guru ini kita kontrak selama 2 tahun. Kemudian kita evaluasi lagi. Tahun lalu yang kita seleksi ke sana ternyata ada 48 orang yang lulus CPNS. Jadi guru-guru sekarang yang akan diberangkatkan ini merupakan pengganti guru yang lulus CPNS tadi,” terang Supriano.
Ia menerangkan, proses penyeleksian guru tersebut dilakukan oleh 8 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK), di mana para guru yang lulus memiliki latar belakang pendidikan S1 maupun D4. “Jadi guru-guru yang kita kirimkan ini memang punya panggilan jiwa untuk mengajar karena perjuangan di sana membutuhkan fisik dan mental yang baik,” kata Supriano.
“Para guru ini setelah lulus seleksi, kita karantina dulu untuk diberi pelatihan. Yang pertama tentunya berkaitan dengan pendidikan karakter yang di dalamnya ada nasionalisme, religius, mandiri, gotong royong dan integritas,” imbuh Supriano.
Dalam kesempatan ini, Supriano juga mengungkapkan bahwa gaji yang diterima para guru tersebut disesuaikan dengan tingkat upah di Malaysia yaitu sebesar Rp 19,5 juta per bulan. “Itu sudah termasuk biaya untuk tempat tinggal dan makan. Setelah 2 tahun, guru akan kita evaluasi lagi. Jika memang kompetensinya baik maka akan diperpanjang. Jumlah guru yang sekarang ada di sana sebanyak 225 guru dan nanti akan ditambah 94 guru yang baru ini,” pungkas Supriano.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 334/Sipres/A5.3/X/2019
“Saya mohon untuk bisa melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Berikanlah yang terbaik untuk anak-anak Indonesia yang ada di sana dan saudara merupakan duta Indonesia yang mewakili Pemerintah dan Negara Indonesia sebagai wujud kepedulian Pemerintah terhadap nasib anak-anak Indonesia yang ada di luar negeri, khususnya di Malaysia,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, saat memberikan arahan dalam acara pelepasan 94 guru, yang merupakan pengiriman tahap ke-10, ke Sabah dan Sarawak di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Kamis (17/10).
“Ini merupakan bentuk komitmen dari Bapak Presiden Jokowi, yaitu membangun Indonesia dari pinggiran. Sedangkan ini bukan hanya pinggir melainkan jauh di luar pinggiran. Jadi ini pekerjaan yang menantang dan berat dan harus anda lakukan dengan sebaik-baiknya,” imbuh Mendikbud.
Dalam mengajar, kata Mendikbud, membutuhkan kreativitas tinggi dalam metode dan strategi pembelajaran agar bisa memberikan dorongan bagi anak untuk semangat dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). “Jangan hanya kegiatan rutin, melainkan betul-betul guru yang kreatif yang mencoba memberikan pengalaman belajar yang optimal kepada anak-anak Indonesia yang ada di Malaysia. Jadi tidak hanya transfer pengetahuan melainkan juga memberi mimpi-mimpi yang besar, karena mereka umumnya berasal dari keluarga petani. Rata-rata (dalam diri) mereka tertanam perasaan rendah diri dan ini harus dibangkitkan karena ternyata setelah mereka dibina dengan baik, banyak sekali di antara mereka yang bisa masuk ke perguruan tinggi yang bagus,” terang Mendikbud.
Mendikbud berharap para guru yang dikirim ke Malaysia bisa memainkan multi peran sehingga bukan hanya sekadar menjadi guru melainkan juga peran-peran lain termasuk memberikan inspirasi kepada anak-anak serta menanamkan nasionalisme kepada mereka. “Karena bagaimanapun mereka tetap anak Indonesia dan mereka ditunggu baktinya buat Indonesia. Memang target kita, mereka harus bisa pulang ke Indonesia dan bisa mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara. Itu yang penting sekali. Oleh karena itu, saudara di sana akan berpartner dengan guru-guru lokal yang asli dari Malaysia yang memang kita pekerjakan. Tolong agar mereka juga dibimbing, jangan sampai mereka mengajar dengan standar-standar Malaysia terutama dalam aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah keindonesiaan,” pungkas Mendikbud.
Sementara itu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, mengungkapkan bahwa belum semua anak usia sekolah bisa bersekolah. Hal ini disebabkan anak-anak tersebut ikut bekerja bersama dengan orang tua mereka di perkebunan. “Jumlah anak usia sekolah yang ada di perkebunan Malaysia itu ada sekitar 50.000 anak, sedangkan yang bisa kita dorong ke sekolah ada sekitar 18.000 anak. Karena itu, dibutuhkan kerja sama dengan orang tuanya dan harus ada keinginan anak itu untuk belajar. Alhamdulillah, yang lulus dari sekolah di Malaysia ini ada yang melanjutkan ke perguruan tinggi, contohnya UI, ITB, IPB, UGM. Artinya, anak-anak kita ini walaupun posisinya di mana, kalau diintervensi dengan pendidikan yang baik, dia juga punya kemampuan,” ujar Supriano.
Supriano mengemukakan bahwa program ini menjadi salah satu upaya Pemerintah untuk pemerataan pendidikan di tingkat SD, SMP. “Untuk jenjang SMA kita dekatkan dengan kota terdekat, misalnya Nunukan atau bahkan ke Jakarta. Untuk setiap periode, para guru ini kita kontrak selama 2 tahun. Kemudian kita evaluasi lagi. Tahun lalu yang kita seleksi ke sana ternyata ada 48 orang yang lulus CPNS. Jadi guru-guru sekarang yang akan diberangkatkan ini merupakan pengganti guru yang lulus CPNS tadi,” terang Supriano.
Ia menerangkan, proses penyeleksian guru tersebut dilakukan oleh 8 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK), di mana para guru yang lulus memiliki latar belakang pendidikan S1 maupun D4. “Jadi guru-guru yang kita kirimkan ini memang punya panggilan jiwa untuk mengajar karena perjuangan di sana membutuhkan fisik dan mental yang baik,” kata Supriano.
“Para guru ini setelah lulus seleksi, kita karantina dulu untuk diberi pelatihan. Yang pertama tentunya berkaitan dengan pendidikan karakter yang di dalamnya ada nasionalisme, religius, mandiri, gotong royong dan integritas,” imbuh Supriano.
Dalam kesempatan ini, Supriano juga mengungkapkan bahwa gaji yang diterima para guru tersebut disesuaikan dengan tingkat upah di Malaysia yaitu sebesar Rp 19,5 juta per bulan. “Itu sudah termasuk biaya untuk tempat tinggal dan makan. Setelah 2 tahun, guru akan kita evaluasi lagi. Jika memang kompetensinya baik maka akan diperpanjang. Jumlah guru yang sekarang ada di sana sebanyak 225 guru dan nanti akan ditambah 94 guru yang baru ini,” pungkas Supriano.
Jakarta, 17 Oktober 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 334/Sipres/A5.3/X/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2965 kali
Editor :
Dilihat 2965 kali