Bagi Masyarakat Papua, Noken Memiliki Banyak Nilai 20 Juli 2021 ← Back
Jakarta, 20 Juli 2021 --- Bagi masyarakat Papua, noken mengandung banyak nilai filosofis. Noken bukan hanya sekadar tas untuk membawa barang, namun banyak nilai-nilai yang diajarkan nenek moyang Papua kepada generasi sekarang melalui noken.
"Kita harus kembali mendalami ilmu noken ini. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran," kata Titus Christoforus Pekei, ketua Yayasan Noken Papua, dalam dialog tentang Papua, (20/7).
Menurut Titus Pekei, awalnya noken yang dianggap sebuah benda yang remeh di mata orang. Namun sebenarnya di dalam noken, tersimpan banyak makna atau nilai, terutama bagi masyarakat Papua. "Karena itu, kita harus mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalam arti noken ini," kata tokoh yang turut memperjuangkan noken sebagai warisan budaya dunia takbenda tersebut.
Kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Titus berharap museum noken di Jayapura segera diselesaikan, agar menjadi tempat belajar tentang noken, terutama bagi generasi muda. Ia juga berharap, ilmu tentang noken menjadi pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah Papua.
Noken adalah tas tradisional Papua, yang biasanya dibuat dari serat kayu, daun, atau batang anggrek, dengan cara dianyam atau dirajut. Di Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.
Noken telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO. Penetapan tersebut dilakukan di Paris Prancis, tanggal 4 Desember 2012. Noken digolongkan dalam kategori 'in Need of Urgent Safeguarding' atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak. (Nur Widiyanto)
Sumber :
"Kita harus kembali mendalami ilmu noken ini. Noken mengajarkan kita tentang berbagi, demokrasi, dan kebenaran," kata Titus Christoforus Pekei, ketua Yayasan Noken Papua, dalam dialog tentang Papua, (20/7).
Menurut Titus Pekei, awalnya noken yang dianggap sebuah benda yang remeh di mata orang. Namun sebenarnya di dalam noken, tersimpan banyak makna atau nilai, terutama bagi masyarakat Papua. "Karena itu, kita harus mengedepankan nilai-nilai yang terkandung dalam arti noken ini," kata tokoh yang turut memperjuangkan noken sebagai warisan budaya dunia takbenda tersebut.
Kepada pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Titus berharap museum noken di Jayapura segera diselesaikan, agar menjadi tempat belajar tentang noken, terutama bagi generasi muda. Ia juga berharap, ilmu tentang noken menjadi pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah Papua.
Noken adalah tas tradisional Papua, yang biasanya dibuat dari serat kayu, daun, atau batang anggrek, dengan cara dianyam atau dirajut. Di Papua, kemahiran seorang perempuan merajut noken dianggap sebagai tanda kedewasaan.
Noken telah ditetapkan menjadi warisan budaya dunia takbenda oleh UNESCO. Penetapan tersebut dilakukan di Paris Prancis, tanggal 4 Desember 2012. Noken digolongkan dalam kategori 'in Need of Urgent Safeguarding' atau warisan budaya yang membutuhkan perlindungan mendesak. (Nur Widiyanto)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 8326 kali
Editor :
Dilihat 8326 kali