PAUD dan Pendidikan Keluarga Penting Dalam Mendukung Perkembangan Anak 06 November 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud — Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Ditjen PAUD dan Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Keluarga di Jakarta pada 4 s.d. 7 November 2019. Direktur Jenderal PAUD dan Dikmas, Harris Iskandar, menyatakan bahwa PAUD dan Pendidikan Keluarga memainkan peran penting dalam mendukung perkembangan anak.
Berdasarkan hasil penelitian di bidang psikologi, neurosains, dan pendidikan terdapat kesimpulan bahwa rangsangan pendidikan awal pada anak sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini (6-8 tahun) akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak.
"Bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan hidup. Dalam kaitan ini, peran keluarga dan satuan pendidikan penyelenggara PAUD menjadi sangat penting. Apalagi tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia terkait potensi tumbuh-kembang anak yang masih cukup berat," disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Dirjen PAUD) Kemendikbud, Harris Iskandar, saat memberikan saat membuka Konferensi Internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Sebagai bentuk komitmen terhadap agenda pendidikan global tahun 2030, Pemerintah Indonesia telah membuat terobosan dengan mengeluarkan kebijakan pelayanan dasar PAUD untuk anak usia 5 sampai dengan 6 tahun yang wajib dipenuhi pemerintah daerah. "Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal,” jelas Dirjen Harris.
Selain itu, Pemerintah Indonesia, lanjut Harris, telah mempelopori pendirian SEAMEO Centre For Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP), yaitu sebuah pusat di bawah Southeast Asian Ministers Education Organization (SEAMEO) yang berlokasi di Jayagiri, Lembang Bandung, Jawa Barat. Pusat ini bertugas untuk mendukung pengembangan dan publikasi praktik baik terkait implementasi PAUD dan Pendidikan Keluarga.
Sementara itu, Rektor Universitas YARSI, Fasli Jalal, menyampaikan Indonesia memiliki anak usia PAUD 0-6 tahun sebanyak 26-27 juta. Saat ini, kesadaran orang tua sudah sangat baik dan lompatan akses sudah meningkat. Selain itu sumber dana juga sangat bervariasi mulai dari Dana Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Corporate Social Responsibility (CSR), dan sebagainya.
"Akan tetapi menurut saya yang paling penting sekarang adalah perhatian pada gurunya. Guru adalah tiang pendidikan. Kalau kita tidak memberi perhatian kepada guru maka seperti yang dikatakan James Heckman bahwa anak lebih baik tidak ikut PAUD daripada ikut PAUD yang tidak bermutu," disampaikan Fasli Jalal yang turut menjadi narasumber.
Salah satu tantangan terkait daya saing bangsa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills-LOTS) yang kerap ditemui. Fasli Jalal menyampaikan pentingnya pembangunan karakter sejak dini. Melalui pendidikan karakter, anak-anak Indonesia akan jauh lebih siap menghadapi abad 21 yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
"Tapi kalau ditanamkan sejak dini, maka akan membuat dia lebih kreatif, inovatif, dan kecemasan terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) akan dapat teratasi,” jelas Fasli.
Konferensi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga
Dirjen Harris Iskandar menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menyadari bahwa PAUD dan pendidikan keluarga merupakan dua substansi yang tidak dapat dipisahkan meski masing-masing memiliki fokus kajian tersendiri. Oleh karena itu, dalam waktu berdekatan diselenggarakan dua seminar internasional yang menggabungkan kedua substansi penting tersebut dalam sebuah konferensi. Adapun tema yang diangkat adalah “Melampaui Akses dan Partisipasi: Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga sebagai Media untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030".
"Tema tersebut dipilih karena mengingat tantangan pendidikan di abad ke-21 yang semakin berat. Hal ini meniscayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman,” terang Dirjen Harris.
Narasumber yang dihadirkan terdiri dari para pakar dari berbagai lingkup akademis, praktisi, dan penggiat nasional dan internasional di bidang PAUD dan pendidikan keluarga. "Kami berharap seminar ini dapat memberi dampak positif bagi pengembangan dan peningkatan layanan kedua program," kata Dirjen PAUD Dikmas.
Direktur Pembinaan PAUD, Muhammad Hasbi, menjelaskan bahwa ada tiga tujuan penyelenggaraan acara ini, yaitu: (1). Berbagi praktik baik penyelenggaraan PAUD dari berbagai negara yang hadir; (2). Merumuskan bagaimana meningkatkan kualitas PAUD ke depan, dan; (3). Bagaimana memberikan kesempatan kepada semua insan PAUD yang ada di luar dan di dalam negeri, baik akademisi, praktisi maupun generasi dari pemerintah untuk berbagi menyampaikan hasil penyelenggaraan hasil riset PAUD sebelum konferensi ini berlangsung.
“Kita harapkan setelah acara ini akan ada tindak lanjut. Bagaimana agar tidak hanya akses dan partisipasi tapi kita juga mulai memikirkan kualitas PAUD. Kenapa? Karena seperti yang dikatakan penerima Nobel Bidang Ekonomi Tahun 2000, James Heckman, bahwa lebih baik anak tidak ikut PAUD dibanding ikut PAUD yang tidak berkualitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Sukiman, mengatakan bahwa usia PAUD adalah usia bermain sehingga praktik baik tentu adalah pendidikan anak usia dini yang memfasilitasi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang melalui bermain dan memperhatikan secara holistik integratif.
“Tidak hanya stimulasi masalah pendidikannya saja tetapi juga aspek-aspek lain yang terkait dengan kesehatan, pengasuhan, perawatan anak dan sebagainya sehingga anak bisa tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, ceria serta berakhlak mulia,” terangnya.
Konferensi internasional ini dihadiri sebanyak 500 peserta dari 15 negara yang terdiri dari perwakilan Kementerian Pendidikan, akademisi, praktisi dan penggiat PAUD dari Afganistan, Australia, Banglades, Filipina, Kamboja, Korea Selatan, Madagaskar, Maroko, Jepang, Vietnam, Perancis, Tajikistan, Thailand, Timor Leste, dan Yaman. Peserta dari dalam negeri berasal dari para penggiat PAUD dan pendidikan keluarga, akademisi, pendidik, tenaga kependidikan, dan organisasi mitra. Yang menjadi pembeda dari seminar kali ini adalah seluruh peserta mengirimkan makalah akademik dan empirik dari 10 topik yang ditentukan.
Sepuluh topik tersebut adalah: (1). Perkembangan Digital di Bidang PAUD dan Pendidikan Keluarga; (2). Akses, Partisipasi dan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini; (3). Kurikulum dan Pedagogi PAUD; (4). PAUD dan Pendidikan Keluarga dalam Mengembangkan Kesiapan Sekolah; (5). Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini; (6). Isu Gender di PAUD dan Pendidikan Keluarga; (7). Landasan Filosofis PAUD; (8). Kepemimpinan, Guru dan Tenaga Kependidikan; (9). Kelas Pendidikan Keluarga di Satuan PAUD; dan, (10). 1.000 Hari Kehidupan Pertama.
Seluruh makalah yang lolos seleksi akan diakomodasi pada prosiding internasional yang dipublikasikan oleh Atlantis Press untuk jangkauan diseminasi lebih luas. Atlantis Press merupakan penerbit profesional berbagai prosiding, jurnal dan buku internasional dalam platform akses terbuka. Dengan ini, panitia penyelenggara berharap bukan hanya diseminasi keluaran yang luas yang dapat dicapai, melainkan mutu keilmiahan seminar yang dapat diraih dan dipertahankan. Jumlah abstrak yang masuk ke panitia seminar secara online yang diterima panitia mencapai 227 naskah, sedangkan yang akan diterbitkan dan dipublikasi melalui jurnal internasional Atlantis Press tercatat sebanyak 50 naskah.
Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Guru PAUD
Ditemui saat konferensi PAUD berlangsung, Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan (Direktur PTK) Kemendikbud, Santi Ambarukmi, mengungkapkan bahwa kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidik memang belum sepenuhnya dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada.
“Kita ingin betul bahwa kalau memang anak-anak disiapkan untuk masuk ke jenjang yang berikutnya agar siap di masyarakat tentu dari awal sudah dididik oleh orang-orang yang berkualifikasi mumpuni sehingga mereka tidak salah langkah dan betul-betul siap,” kata Santi.
Dilanjutkan Santi, pemerintah memberikan bantuan pemerintah (banpem) untuk peningkatan kualifikasi 700 guru TK. Sementara untuk guru PAUD sebanyak 1.640 orang. Selain itu, sebanyak 4.251 guru TK telah mengikuti sertifikasi.
Untuk meningkatkan kompetensi seorang guru harus memiliki gelar sarjana (S-1), punya sertifikat pendidik, dan menerima peningkatan kompetensi dalam bentuk pelatihan. Untuk itu, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan akan melaksanakan program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) untuk 150 guru inti. Kemudian para guru inti ini akan melatih guru-guru yang lain.
"Kemudian mereka akan melatih di tempat-tempat sesuai yang kita berikan tergantung dari jumlah bapem yang ada dan jumlah guru yang akan terdaftar di dalam kelompok-kelompoknya,” jelas Santi. (*)
Jakarta, 5 November 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 357/Sipres/A5.3/XI/2019
Berdasarkan hasil penelitian di bidang psikologi, neurosains, dan pendidikan terdapat kesimpulan bahwa rangsangan pendidikan awal pada anak sejak dalam kandungan hingga akhir masa usia dini (6-8 tahun) akan berdampak positif pada seluruh aspek perkembangan anak.
"Bukan kecerdasan saja tetapi seluruh kecakapan hidup. Dalam kaitan ini, peran keluarga dan satuan pendidikan penyelenggara PAUD menjadi sangat penting. Apalagi tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia terkait potensi tumbuh-kembang anak yang masih cukup berat," disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Dirjen PAUD) Kemendikbud, Harris Iskandar, saat memberikan saat membuka Konferensi Internasional PAUD dan Pendidikan Keluarga di Jakarta, Selasa (5/11/2019).
Sebagai bentuk komitmen terhadap agenda pendidikan global tahun 2030, Pemerintah Indonesia telah membuat terobosan dengan mengeluarkan kebijakan pelayanan dasar PAUD untuk anak usia 5 sampai dengan 6 tahun yang wajib dipenuhi pemerintah daerah. "Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar Pelayanan Minimal,” jelas Dirjen Harris.
Selain itu, Pemerintah Indonesia, lanjut Harris, telah mempelopori pendirian SEAMEO Centre For Early Childhood Care Education and Parenting (CECCEP), yaitu sebuah pusat di bawah Southeast Asian Ministers Education Organization (SEAMEO) yang berlokasi di Jayagiri, Lembang Bandung, Jawa Barat. Pusat ini bertugas untuk mendukung pengembangan dan publikasi praktik baik terkait implementasi PAUD dan Pendidikan Keluarga.
Sementara itu, Rektor Universitas YARSI, Fasli Jalal, menyampaikan Indonesia memiliki anak usia PAUD 0-6 tahun sebanyak 26-27 juta. Saat ini, kesadaran orang tua sudah sangat baik dan lompatan akses sudah meningkat. Selain itu sumber dana juga sangat bervariasi mulai dari Dana Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), Corporate Social Responsibility (CSR), dan sebagainya.
"Akan tetapi menurut saya yang paling penting sekarang adalah perhatian pada gurunya. Guru adalah tiang pendidikan. Kalau kita tidak memberi perhatian kepada guru maka seperti yang dikatakan James Heckman bahwa anak lebih baik tidak ikut PAUD daripada ikut PAUD yang tidak bermutu," disampaikan Fasli Jalal yang turut menjadi narasumber.
Salah satu tantangan terkait daya saing bangsa Indonesia adalah kemampuan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skills-LOTS) yang kerap ditemui. Fasli Jalal menyampaikan pentingnya pembangunan karakter sejak dini. Melalui pendidikan karakter, anak-anak Indonesia akan jauh lebih siap menghadapi abad 21 yang membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
"Tapi kalau ditanamkan sejak dini, maka akan membuat dia lebih kreatif, inovatif, dan kecemasan terhadap hasil Programme for International Student Assessment (PISA) akan dapat teratasi,” jelas Fasli.
Konferensi Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga
Dirjen Harris Iskandar menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menyadari bahwa PAUD dan pendidikan keluarga merupakan dua substansi yang tidak dapat dipisahkan meski masing-masing memiliki fokus kajian tersendiri. Oleh karena itu, dalam waktu berdekatan diselenggarakan dua seminar internasional yang menggabungkan kedua substansi penting tersebut dalam sebuah konferensi. Adapun tema yang diangkat adalah “Melampaui Akses dan Partisipasi: Meningkatkan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Keluarga sebagai Media untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030".
"Tema tersebut dipilih karena mengingat tantangan pendidikan di abad ke-21 yang semakin berat. Hal ini meniscayakan peningkatan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kompetensi yang sesuai dengan perkembangan zaman,” terang Dirjen Harris.
Narasumber yang dihadirkan terdiri dari para pakar dari berbagai lingkup akademis, praktisi, dan penggiat nasional dan internasional di bidang PAUD dan pendidikan keluarga. "Kami berharap seminar ini dapat memberi dampak positif bagi pengembangan dan peningkatan layanan kedua program," kata Dirjen PAUD Dikmas.
Direktur Pembinaan PAUD, Muhammad Hasbi, menjelaskan bahwa ada tiga tujuan penyelenggaraan acara ini, yaitu: (1). Berbagi praktik baik penyelenggaraan PAUD dari berbagai negara yang hadir; (2). Merumuskan bagaimana meningkatkan kualitas PAUD ke depan, dan; (3). Bagaimana memberikan kesempatan kepada semua insan PAUD yang ada di luar dan di dalam negeri, baik akademisi, praktisi maupun generasi dari pemerintah untuk berbagi menyampaikan hasil penyelenggaraan hasil riset PAUD sebelum konferensi ini berlangsung.
“Kita harapkan setelah acara ini akan ada tindak lanjut. Bagaimana agar tidak hanya akses dan partisipasi tapi kita juga mulai memikirkan kualitas PAUD. Kenapa? Karena seperti yang dikatakan penerima Nobel Bidang Ekonomi Tahun 2000, James Heckman, bahwa lebih baik anak tidak ikut PAUD dibanding ikut PAUD yang tidak berkualitas,” pungkasnya.
Sementara itu, Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga, Sukiman, mengatakan bahwa usia PAUD adalah usia bermain sehingga praktik baik tentu adalah pendidikan anak usia dini yang memfasilitasi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang melalui bermain dan memperhatikan secara holistik integratif.
“Tidak hanya stimulasi masalah pendidikannya saja tetapi juga aspek-aspek lain yang terkait dengan kesehatan, pengasuhan, perawatan anak dan sebagainya sehingga anak bisa tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, ceria serta berakhlak mulia,” terangnya.
Konferensi internasional ini dihadiri sebanyak 500 peserta dari 15 negara yang terdiri dari perwakilan Kementerian Pendidikan, akademisi, praktisi dan penggiat PAUD dari Afganistan, Australia, Banglades, Filipina, Kamboja, Korea Selatan, Madagaskar, Maroko, Jepang, Vietnam, Perancis, Tajikistan, Thailand, Timor Leste, dan Yaman. Peserta dari dalam negeri berasal dari para penggiat PAUD dan pendidikan keluarga, akademisi, pendidik, tenaga kependidikan, dan organisasi mitra. Yang menjadi pembeda dari seminar kali ini adalah seluruh peserta mengirimkan makalah akademik dan empirik dari 10 topik yang ditentukan.
Sepuluh topik tersebut adalah: (1). Perkembangan Digital di Bidang PAUD dan Pendidikan Keluarga; (2). Akses, Partisipasi dan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini; (3). Kurikulum dan Pedagogi PAUD; (4). PAUD dan Pendidikan Keluarga dalam Mengembangkan Kesiapan Sekolah; (5). Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Dini; (6). Isu Gender di PAUD dan Pendidikan Keluarga; (7). Landasan Filosofis PAUD; (8). Kepemimpinan, Guru dan Tenaga Kependidikan; (9). Kelas Pendidikan Keluarga di Satuan PAUD; dan, (10). 1.000 Hari Kehidupan Pertama.
Seluruh makalah yang lolos seleksi akan diakomodasi pada prosiding internasional yang dipublikasikan oleh Atlantis Press untuk jangkauan diseminasi lebih luas. Atlantis Press merupakan penerbit profesional berbagai prosiding, jurnal dan buku internasional dalam platform akses terbuka. Dengan ini, panitia penyelenggara berharap bukan hanya diseminasi keluaran yang luas yang dapat dicapai, melainkan mutu keilmiahan seminar yang dapat diraih dan dipertahankan. Jumlah abstrak yang masuk ke panitia seminar secara online yang diterima panitia mencapai 227 naskah, sedangkan yang akan diterbitkan dan dipublikasi melalui jurnal internasional Atlantis Press tercatat sebanyak 50 naskah.
Peningkatan Kualifikasi dan Kompetensi Guru PAUD
Ditemui saat konferensi PAUD berlangsung, Direktur Pembinaan Tenaga Kependidikan (Direktur PTK) Kemendikbud, Santi Ambarukmi, mengungkapkan bahwa kompetensi dan kualifikasi tenaga pendidik memang belum sepenuhnya dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada.
“Kita ingin betul bahwa kalau memang anak-anak disiapkan untuk masuk ke jenjang yang berikutnya agar siap di masyarakat tentu dari awal sudah dididik oleh orang-orang yang berkualifikasi mumpuni sehingga mereka tidak salah langkah dan betul-betul siap,” kata Santi.
Dilanjutkan Santi, pemerintah memberikan bantuan pemerintah (banpem) untuk peningkatan kualifikasi 700 guru TK. Sementara untuk guru PAUD sebanyak 1.640 orang. Selain itu, sebanyak 4.251 guru TK telah mengikuti sertifikasi.
Untuk meningkatkan kompetensi seorang guru harus memiliki gelar sarjana (S-1), punya sertifikat pendidik, dan menerima peningkatan kompetensi dalam bentuk pelatihan. Untuk itu, Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan akan melaksanakan program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran (PKP) untuk 150 guru inti. Kemudian para guru inti ini akan melatih guru-guru yang lain.
"Kemudian mereka akan melatih di tempat-tempat sesuai yang kita berikan tergantung dari jumlah bapem yang ada dan jumlah guru yang akan terdaftar di dalam kelompok-kelompoknya,” jelas Santi. (*)
Jakarta, 5 November 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 357/Sipres/A5.3/XI/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 14813 kali
Editor :
Dilihat 14813 kali