Demi Terpeliharanya Karya Seni Rupa, Galeri Nasional Dorong Konservasi Preventif 16 Desember 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Galeri Nasional Indonesia (GNI) terus mendukung upaya pemeliharaan berbagai karya seni rupa melalui usaha pencegahan atau yang disebut dengan konservasi preventif. Hal ini dilakukan agar karya seni tidak perlu mengalami pemulihan atau restorasi, akibat terlanjur mengalami kerusakan. Pelaku seni rupa serta penikmat seni sama-sama menjadi sasaran edukasi bagi upaya ini.
Berbagai upaya konservasi tersebut diungkapkan oleh Kepala GNI, Pustanto, saat acara Kaleidoskop 2019 dan Peluncuran Program 2020 Galeri Nasional Indonesia, di GNI, Jakarta, Selasa (10/12/2019). Ia menjelaskan, pada tahun ini saja, Galeri Nasional sudah melakukan restorasi terhadap sebelas karya lukisan yang mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut disebabkan, antara lain, penggunaan peralatan melukis yang tidak memenuhi standar serta kesalahan sumber daya manusia yang menyebabkan lukisan retak atau sobek pada kanvas. “Mengerjakan karya yang sakit, diobati, perlu waktu, perlu pengetahuan, perlu etika,” tutur Pustanto.
Oleh karena itu, lanjut Pustanto, upaya konservasi preventif terus dilakukan oleh GNI selama beberapa tahun terakhir. Melalui sosialisasi dan bimbingan teknis, diharapkan para pelaku seni menyadari pentingnya tahapan dalam memperlakukan karya lukisan. “Yang ingin dibangun adalah jangan sampai pada tahapan restorasi, tetapi pencegahan. Edukasi cara megang, cara majang, cara bawa. Dari mulai sekadar pakai sarung tangan. Itu sebenarnya sepele tapi susah dilakukan, mengedukasi kepada para pelaku seni, seperti pengelola museum,” ungkapnya.
Tidak hanya menghasilkan karya, namun pelukis sebagai kreator pun perlu memiliki kesadaran akan pentingnya memperhatikan sisi teknis dalam menghasilkan karya lukisan tersebut. “Berpikir soal koleksi mestinya ada penyadaran mulai dari kreator. Contoh teknis, kreator harus menggunakan kertas yang kadar acid-nya terukur, supaya tingkat kelapukannya juga terjaga. Mulai memegang, mulai menaruh juga harus benar,” jelas Pustanto.
Jika langkah preventif sudah dilakukan dengan benar, maka tugas selanjutnya adalah menjaga dan merawat karya seni tersebut. Perlakuan terhadap karya seni ini akan memberi dampak di kemudian hari. Karya seni akan dapat dinikmati oleh publik dalam jangka waktu lama, dari generasi ke generasi. “Mengedukasi cara melukis dengan bahan yang benar, ke depannya akan berdampak. Kenapa karya lukisan Raden Saleh sampai sekarang terawat dengan baik, karena dia sudah standar semua, catnya standar, alatnya standar. Kenapa karya Basoeki Abdullah di mana-mana ditemukan kerusakan, itu karena di materialnya belum standar,” ungkapnya. Diakui oleh Pustanto, persoalan teknis seperti inilah yang masih sering Ia temui di lapangan.
Ke depan, GNI akan terus melakukan langkah penyadaran melalui sosialisasi. Selain itu, GNI bersama pihak-pihak profesional akan melakukan kajian lebih serius sehingga dapat menemukan karya-karya yang lebih baik untuk dikelola dan dipamerkan. Hal tersebut sejalan dengan cita-cita GNI, yakni menjadi pusat dokumentasi dan informasi seni rupa yang ada di Indonesia. (Prani Pramudita)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10025 kali
Editor :
Dilihat 10025 kali