Mendikbud Resmikan PAUD KM ”0” Kemendikbud 23 Desember 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, didampingi istri Franka Nadiem Makarim meresmikan penggunaan gedung baru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) KM “0” Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang berlokasi di gedung E lantai dasar, Kemendikbud, Senayan, Jakarta. Sebelumnya PAUD KM "0" menempati basement Gedung A. Mendikbud berharap PAUD KM "0" dapat menjadi contoh bagi lembaga PAUD lainnya.
“Saya berharap PAUD KM “0” dapat menjadi contoh bagi lembaga PAUD lainnya,” pesan Mendikbud saat meresmikan PAUD KM “0”, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin (23/12/2019).
Menjawab pertanyaan awak media tentang PAUD yang ideal. Mendikbud mengatakan PAUD yang ideal adalah memiliki pendidik yang betul-betul mencintai anak. “Itu yang terpenting. Walaupun kondisi prasarana juga penting, tetapi hubungan kebatinan antara pendidik dan kualitas pendidik merupakan yang paling penting. Karena kalau tidak begitu, ujung-ujungnya nanti jadi tempat penitipan saja tanpa ada kualitas guru yang baik dan memiliki hubungan batin,” ujar Mendikbud kepada awak media.
Dijelaskan Mendikbud ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama dari sisi sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan kualitas buku-buku. “Salah satu hal penting dalam SDM adalah adanya sistem penunjang antar pendidik PAUD, karena di jenjang PAUD tidak bisa hanya belajar melalui buku saja, melainkan suatu proses ilmiah di mana guru-gurunya harus bereksperimen dan mencoba hal-hal yang lebih inovatif,” terang Mendikbud.
Dilanjutkan Mendikbud bahwa harus ada perubahan paradigma mengenai buku bacaan anak. “Selama ini kita suka menentukan anak itu harusnya baca apa padahal sebenarnya paradigma yang lebih penting adalah bagaimana cara agar anak itu mencintai membaca. Jadi sebenarnya harus child driven. Anak harus ditanya ingin baca buku-buku mengenai apa? Mengenai karakter-karakter favorit mereka, superhero favorit mereka, komik-komik favorit mereka,” ujar Mendikbud.
Apapun formatnya, kata Mendikbud, yang paling utama adalah anak cinta membaca buku. “Jika anak belum bisa membaca diajak untuk membalikkan halaman-halaman buku sembari dibantu membacakan, tidak apa-apa. Yang penting dia bisa mengikuti gambar-gambar yang dia sukai. Paradigmanya dulu yang diubah, harus child driven artinya semua dimulai dari anak dan orang dewasa harus mendengarkan anak. Jadi literasi bukanlah tantangan untuk membaca dalam arti gramatika kebenaran membaca, menulis dan lain-lain, melainkan bagaimana agar setiap anak mencintai buku,” jelas Mendikbud.
Pada kesempatan ini, Istri Mendikbud, Franka Nadiem Makarim, menambahkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting demi menciptakan generasi unggul. “Sebenarnya satu yang harus kita selalu ingat adalah apapun yang mau kita lakukan dengan PAUD, kita harus ingat bahwa ini adalah investasi karena semua yang kita berikan pada anak-anak di 6 tahun pertama ini kalau kita bisa berkolaborasi dengan baik dengan guru-guru PAUD, maka akan menghasilkan yang terbaik. Oleh karena itu, saya harapkan keberadaan PAUD ini bisa menjadi contoh bagi lembaga PAUD lain di Indonesia,” terangnya senada dengan Mendikbud.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas), Harris Iskandar, mengungkapkan bahwa kebijakan Mendikbud yang sudah disosialisasikan yaitu Merdeka Belajar dan Guru Penggerak menjadi inspirasi dan pencerahan bagi para pendidik.
“Pendidik PAUD itu belum tentu semua guru penggerak. Jadi, yang namanya guru penggerak itu adalah guru yang memang ingin memperbaiki keadaan tanpa disuruh pemerintah maupun atasan. Mereka memiliki inisiatif untuk memberikan nasihat, saran-saran kepada guru-guru lainnya untuk lebih baik. Guru penggerak itu di atas yang memiliki passion-nya, jadi berdaya atau empower. Guru sudah berdaya itu sudah melakukan inisiatif aktif untuk melakukan perbaikan-perbaikan,” kata Harris
PAUD KM “0” Kemendikbud sebelumnya bernama Taman Penitipan Anak (TPA) Mekar Asih. Berdiri pada tahun 1995. TPA tersebut merupakan sarana pemenuhan kebutuhan para pegawai Kemendikbud yang mempunyai anak usia dini untuk dititipkan, diberikan pendidikan, perawatan, pengasuhan, pemberian kasih sayang dan perlindungan saat orang tuanya bekerja. TPA/PAUD di Kemendikbud dikelola oleh Yayasan Bakti Idhata di bawah naungan Dharma Wanita Persatuan Kemendikbud.
Pendidikan anak usia dini (PAUD), merupakan fase penting pendidikan yang menjadi pilar utama pembentukan karakter sekaligus menjadi investasi penting sebuah negara. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendirikan PAUD Percontohan di lingkungan kantor Kemendikbud, yang diberi nama PAUD Km “0”.
Harris berharap PAUD di Kemendikbud dapat menjadi PAUD terbaik dan bisa dicontoh pengelola PAUD lain se-Indonesia. Mengenai pemilihan nama PAUD KM “0”, filosofinya adalah bahwa pendidikan anak usia dini itu dimulai dari usia 0 tahun. Di titik 0 KM itulah dimulainya fase pendidikan anak usia dini, yang berperan besar dalam menentukan fase kehidupan selanjutnya. Beberapa hal yang bisa dicontoh dari PAUD Km “0” adalah fasilitas dan kebijakan dalam memberikan pendidikan di PAUD Kemendikbud, sesuai dengan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Fasilitas di PAUD KM “0”
Memasuki PAUD KM "0" di dalam kompleks gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta Pusat, pasti akan membuat anak-anak merasa tertarik, termasuk para orangtuanya. Tidak hanya memiliki penampilan baru, PAUD ini dilengkapi dengan berbagai permainan dan fasilitas lain yang dapat mengundang keingintahuan anak.
Di bagian depannya tempat area bermain seperti perosotan, kolam ikan, dan area bermain pasir. Masuk ke ruang bagian depan PAUD terdapat ruang tunggu bagi para orangtua yang menitipkan anaknya. Meski tidak bisa berada di dalam ruang kelas dan memantau langsung anak-anak mereka, orangtua tidak perlu khawatir karena terdapat layar monitor yang memperlihatkan keadaan setiap ruangan di dalam PAUD.
PAUD KM "0" memiliki ruang-ruang kelas yang disesuaikan dengan usia anak. Ada ruangan untuk bayi, usia 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-5 tahun, dan 5-6 tahun. Di setiap kelas tersebut disediakan berbagai fasilitas yang memang diperlukan bagi tumbuh kembang anak sesuai usia mereka.
Ruangan-ruangannya terbagi menjadi ruangan yang tematik, antara lain ruang seni dan kreatif yang dilengkapi berbagai mainan yang merangsang kreativitas anak, area bermain peran yang dilengkapi dengan pakaian anak dari berbagai profesi/pekerjaan dan peralatannya, ruang musik dengan berbagai alat musik tradisional maupun modern, area balok dan gerak, hingga area basah, tempat anak-anak dapat bermain air di kolam kecil serta bermain pasir. Selain itu ada juga ruang anak usia 1-2 tahun, ruang anak usia 2-3 tahun, ruang Pra SD, ruang tidur, ruang bayi, ruang laktasi, ruang ibadah, dan ruang makan.
“Semua yang terlibat di sini harus terus mau belajar, dan memanfaatkan berbagai media dan sumber untuk mendidik anak-anak kita dengan pendekatan yang terbaru,” pungkas Harris. *
Jakarta, 23 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 424/Sipres/A5.3/XII/2019
“Saya berharap PAUD KM “0” dapat menjadi contoh bagi lembaga PAUD lainnya,” pesan Mendikbud saat meresmikan PAUD KM “0”, di kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin (23/12/2019).
Menjawab pertanyaan awak media tentang PAUD yang ideal. Mendikbud mengatakan PAUD yang ideal adalah memiliki pendidik yang betul-betul mencintai anak. “Itu yang terpenting. Walaupun kondisi prasarana juga penting, tetapi hubungan kebatinan antara pendidik dan kualitas pendidik merupakan yang paling penting. Karena kalau tidak begitu, ujung-ujungnya nanti jadi tempat penitipan saja tanpa ada kualitas guru yang baik dan memiliki hubungan batin,” ujar Mendikbud kepada awak media.
Dijelaskan Mendikbud ada beberapa hal yang perlu diperbaiki terutama dari sisi sumber daya manusia (SDM), fasilitas, dan kualitas buku-buku. “Salah satu hal penting dalam SDM adalah adanya sistem penunjang antar pendidik PAUD, karena di jenjang PAUD tidak bisa hanya belajar melalui buku saja, melainkan suatu proses ilmiah di mana guru-gurunya harus bereksperimen dan mencoba hal-hal yang lebih inovatif,” terang Mendikbud.
Dilanjutkan Mendikbud bahwa harus ada perubahan paradigma mengenai buku bacaan anak. “Selama ini kita suka menentukan anak itu harusnya baca apa padahal sebenarnya paradigma yang lebih penting adalah bagaimana cara agar anak itu mencintai membaca. Jadi sebenarnya harus child driven. Anak harus ditanya ingin baca buku-buku mengenai apa? Mengenai karakter-karakter favorit mereka, superhero favorit mereka, komik-komik favorit mereka,” ujar Mendikbud.
Apapun formatnya, kata Mendikbud, yang paling utama adalah anak cinta membaca buku. “Jika anak belum bisa membaca diajak untuk membalikkan halaman-halaman buku sembari dibantu membacakan, tidak apa-apa. Yang penting dia bisa mengikuti gambar-gambar yang dia sukai. Paradigmanya dulu yang diubah, harus child driven artinya semua dimulai dari anak dan orang dewasa harus mendengarkan anak. Jadi literasi bukanlah tantangan untuk membaca dalam arti gramatika kebenaran membaca, menulis dan lain-lain, melainkan bagaimana agar setiap anak mencintai buku,” jelas Mendikbud.
Pada kesempatan ini, Istri Mendikbud, Franka Nadiem Makarim, menambahkan bahwa pendidikan anak usia dini sangat penting demi menciptakan generasi unggul. “Sebenarnya satu yang harus kita selalu ingat adalah apapun yang mau kita lakukan dengan PAUD, kita harus ingat bahwa ini adalah investasi karena semua yang kita berikan pada anak-anak di 6 tahun pertama ini kalau kita bisa berkolaborasi dengan baik dengan guru-guru PAUD, maka akan menghasilkan yang terbaik. Oleh karena itu, saya harapkan keberadaan PAUD ini bisa menjadi contoh bagi lembaga PAUD lain di Indonesia,” terangnya senada dengan Mendikbud.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dirjen PAUD dan Dikmas), Harris Iskandar, mengungkapkan bahwa kebijakan Mendikbud yang sudah disosialisasikan yaitu Merdeka Belajar dan Guru Penggerak menjadi inspirasi dan pencerahan bagi para pendidik.
“Pendidik PAUD itu belum tentu semua guru penggerak. Jadi, yang namanya guru penggerak itu adalah guru yang memang ingin memperbaiki keadaan tanpa disuruh pemerintah maupun atasan. Mereka memiliki inisiatif untuk memberikan nasihat, saran-saran kepada guru-guru lainnya untuk lebih baik. Guru penggerak itu di atas yang memiliki passion-nya, jadi berdaya atau empower. Guru sudah berdaya itu sudah melakukan inisiatif aktif untuk melakukan perbaikan-perbaikan,” kata Harris
PAUD KM “0” Kemendikbud sebelumnya bernama Taman Penitipan Anak (TPA) Mekar Asih. Berdiri pada tahun 1995. TPA tersebut merupakan sarana pemenuhan kebutuhan para pegawai Kemendikbud yang mempunyai anak usia dini untuk dititipkan, diberikan pendidikan, perawatan, pengasuhan, pemberian kasih sayang dan perlindungan saat orang tuanya bekerja. TPA/PAUD di Kemendikbud dikelola oleh Yayasan Bakti Idhata di bawah naungan Dharma Wanita Persatuan Kemendikbud.
Pendidikan anak usia dini (PAUD), merupakan fase penting pendidikan yang menjadi pilar utama pembentukan karakter sekaligus menjadi investasi penting sebuah negara. Menyadari hal itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mendirikan PAUD Percontohan di lingkungan kantor Kemendikbud, yang diberi nama PAUD Km “0”.
Harris berharap PAUD di Kemendikbud dapat menjadi PAUD terbaik dan bisa dicontoh pengelola PAUD lain se-Indonesia. Mengenai pemilihan nama PAUD KM “0”, filosofinya adalah bahwa pendidikan anak usia dini itu dimulai dari usia 0 tahun. Di titik 0 KM itulah dimulainya fase pendidikan anak usia dini, yang berperan besar dalam menentukan fase kehidupan selanjutnya. Beberapa hal yang bisa dicontoh dari PAUD Km “0” adalah fasilitas dan kebijakan dalam memberikan pendidikan di PAUD Kemendikbud, sesuai dengan Permendiknas Nomor 58 Tahun 2009, tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
Fasilitas di PAUD KM “0”
Memasuki PAUD KM "0" di dalam kompleks gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Jakarta Pusat, pasti akan membuat anak-anak merasa tertarik, termasuk para orangtuanya. Tidak hanya memiliki penampilan baru, PAUD ini dilengkapi dengan berbagai permainan dan fasilitas lain yang dapat mengundang keingintahuan anak.
Di bagian depannya tempat area bermain seperti perosotan, kolam ikan, dan area bermain pasir. Masuk ke ruang bagian depan PAUD terdapat ruang tunggu bagi para orangtua yang menitipkan anaknya. Meski tidak bisa berada di dalam ruang kelas dan memantau langsung anak-anak mereka, orangtua tidak perlu khawatir karena terdapat layar monitor yang memperlihatkan keadaan setiap ruangan di dalam PAUD.
PAUD KM "0" memiliki ruang-ruang kelas yang disesuaikan dengan usia anak. Ada ruangan untuk bayi, usia 1-2 tahun, 2-3 tahun, 3-5 tahun, dan 5-6 tahun. Di setiap kelas tersebut disediakan berbagai fasilitas yang memang diperlukan bagi tumbuh kembang anak sesuai usia mereka.
Ruangan-ruangannya terbagi menjadi ruangan yang tematik, antara lain ruang seni dan kreatif yang dilengkapi berbagai mainan yang merangsang kreativitas anak, area bermain peran yang dilengkapi dengan pakaian anak dari berbagai profesi/pekerjaan dan peralatannya, ruang musik dengan berbagai alat musik tradisional maupun modern, area balok dan gerak, hingga area basah, tempat anak-anak dapat bermain air di kolam kecil serta bermain pasir. Selain itu ada juga ruang anak usia 1-2 tahun, ruang anak usia 2-3 tahun, ruang Pra SD, ruang tidur, ruang bayi, ruang laktasi, ruang ibadah, dan ruang makan.
“Semua yang terlibat di sini harus terus mau belajar, dan memanfaatkan berbagai media dan sumber untuk mendidik anak-anak kita dengan pendekatan yang terbaru,” pungkas Harris. *
Jakarta, 23 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : SIARAN PERS Nomor: 424/Sipres/A5.3/XII/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 7013 kali
Editor :
Dilihat 7013 kali