Mewujudkan Nusantara yang Maju dan Berdaulat Sejak Dini 15 Desember 2019 ← Back
Pariaman, Kemendikbud--Hari itu terasa berbeda, tidak hanya bagi Reza Muhammad Fahreza, siswa kelas 4 SDN 03 Naras Hilir, Kota Pariaman, namun juga bagi masyarakat di Kota Pariaman yang baru pertama kali menjadi tuan rumah Hari Nusantara.
Pagi itu Reza bersama enam sahabatnya ikut berpartisipasi dalam Hari Nusantara 2019 yang diselenggarakan di Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatera Barat. Anak-anak dari SDN 03 Naras Hilir tidak sendiri, mereka didampingi oleh guru pembimbing dan kepala sekolah masing-masing.
Sebanyak 1001 perwakilan siswa-siswa dan pemuda se-Kota Pariaman akan menampilkan Kesenian Gendang Tasa bersama-sama.
"Saya sangat senang bisa ikut tampil," ucapnya sumringah saat mengenang bagaimana pertama kali ia terpilih mewakili sekolah untuk ikut Peringatan Hari Nusantara 2019.
Sesuai Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2001, Hari Nusantara diperingati setiap tahunnya untuk mengingatkan kembali arti penting kedaulatan NKRI. Filosofi inilah yang juga harus dimaknai oleh generasi penerus bangsa.
Partisipasi para siswa se-Kota Pariaman menjadi bukti komitmen pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang Hari Nusantara. Kepala Sekolah SDN 03 Naras Hilir Kota Pariaman mengatakan, pihaknya sangat senang mendapat kesempatan memeriahkan acara ini karena bagus untuk mengenalkan wawasan Nusantara kepada anak-anak. "Sekolah mendukung penuh acara ini, anak-anak yang tampil kami apresiasi dengan menyediakan perlengkapan untuk mereka pentas dengan semangat," ucapnya.
Kepala SDN 03 itu mengatakan, dengan kegiatan ini, ia berharap anak-anak paham bahwa Indonesia terdiri dari pulau-pula yang berdaulat bernama Nusantara.
Dalam kesempatan yang sama, salah seorang guru pembimbing PJOK dari SDN 03 Naras Hilir Kota Pariaman, David, mengatakan meskipun hanya delapan hari waktu yang tersedia untuk latihan namun anak-anak sangat bersemangat. "Tidak hanya anak-anak yang bersemangat, Orangtua juga sangat mendukung karena ini menjadi ajang bagi anak-anak untuk mengasah rasa percaya diri, kecintaan pada seni budaya, menambah wawasan terhadap bangsanya dan dapat menghindari pengaruh buruk lingkungan," kata guru yang sudah mengabdi selama 13 tahun itu.
Dari tujuh anak yang ia ajak, pemegang Tasa satu orang, dan pemegang tambua 6 orang. Ia bercerita, awalnya, dinas pendidikan setempat mengundang dan menyeleksi sekolah-sekolah. Hingga akhirnya terpilihlah tujuh anak dari sekolahnya.
Ensambel gandang tasa atau disebut juga gandang tambua secara musikal termasuk ke dalam ensambel perkusi ritmik tanpa melodi.
Gandang tasa merupakan ensambel musik perkusi yang tergolong paling besar di Minangkabau. Besar dari aspek bentuk, ukuran, suara, jumlah alat musik yang digunakan, bahkan juga dari segi guna dan fungsinya dalam kegiatan adat dan ritual seperti mengarak penganten dan pendukung upacara "tabuik" di Pariaman.
Dalam setiap kelompok (group), Gandang Tasa biasanya dipakai antara 4-10 buah lebih gendang bermuka dua (double-headed cylikdrical drum) dan satu buah tasa (_single-headed vessel drum). Banyaknya gendang yang dipakai akan berpengaruh pada musik yang dihasilkan. Suaranya yang keras, memberi kesan enerjik dan heroik dalam setiap pertunjukkannya. (*)
Pariaman, 14 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 416/Sipres/A5.3/XII/2019
Pagi itu Reza bersama enam sahabatnya ikut berpartisipasi dalam Hari Nusantara 2019 yang diselenggarakan di Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatera Barat. Anak-anak dari SDN 03 Naras Hilir tidak sendiri, mereka didampingi oleh guru pembimbing dan kepala sekolah masing-masing.
Sebanyak 1001 perwakilan siswa-siswa dan pemuda se-Kota Pariaman akan menampilkan Kesenian Gendang Tasa bersama-sama.
"Saya sangat senang bisa ikut tampil," ucapnya sumringah saat mengenang bagaimana pertama kali ia terpilih mewakili sekolah untuk ikut Peringatan Hari Nusantara 2019.
Sesuai Keputusan Presiden Nomor 126 Tahun 2001, Hari Nusantara diperingati setiap tahunnya untuk mengingatkan kembali arti penting kedaulatan NKRI. Filosofi inilah yang juga harus dimaknai oleh generasi penerus bangsa.
Partisipasi para siswa se-Kota Pariaman menjadi bukti komitmen pemerintah untuk mengedukasi masyarakat tentang Hari Nusantara. Kepala Sekolah SDN 03 Naras Hilir Kota Pariaman mengatakan, pihaknya sangat senang mendapat kesempatan memeriahkan acara ini karena bagus untuk mengenalkan wawasan Nusantara kepada anak-anak. "Sekolah mendukung penuh acara ini, anak-anak yang tampil kami apresiasi dengan menyediakan perlengkapan untuk mereka pentas dengan semangat," ucapnya.
Kepala SDN 03 itu mengatakan, dengan kegiatan ini, ia berharap anak-anak paham bahwa Indonesia terdiri dari pulau-pula yang berdaulat bernama Nusantara.
Dalam kesempatan yang sama, salah seorang guru pembimbing PJOK dari SDN 03 Naras Hilir Kota Pariaman, David, mengatakan meskipun hanya delapan hari waktu yang tersedia untuk latihan namun anak-anak sangat bersemangat. "Tidak hanya anak-anak yang bersemangat, Orangtua juga sangat mendukung karena ini menjadi ajang bagi anak-anak untuk mengasah rasa percaya diri, kecintaan pada seni budaya, menambah wawasan terhadap bangsanya dan dapat menghindari pengaruh buruk lingkungan," kata guru yang sudah mengabdi selama 13 tahun itu.
Dari tujuh anak yang ia ajak, pemegang Tasa satu orang, dan pemegang tambua 6 orang. Ia bercerita, awalnya, dinas pendidikan setempat mengundang dan menyeleksi sekolah-sekolah. Hingga akhirnya terpilihlah tujuh anak dari sekolahnya.
Ensambel gandang tasa atau disebut juga gandang tambua secara musikal termasuk ke dalam ensambel perkusi ritmik tanpa melodi.
Gandang tasa merupakan ensambel musik perkusi yang tergolong paling besar di Minangkabau. Besar dari aspek bentuk, ukuran, suara, jumlah alat musik yang digunakan, bahkan juga dari segi guna dan fungsinya dalam kegiatan adat dan ritual seperti mengarak penganten dan pendukung upacara "tabuik" di Pariaman.
Dalam setiap kelompok (group), Gandang Tasa biasanya dipakai antara 4-10 buah lebih gendang bermuka dua (double-headed cylikdrical drum) dan satu buah tasa (_single-headed vessel drum). Banyaknya gendang yang dipakai akan berpengaruh pada musik yang dihasilkan. Suaranya yang keras, memberi kesan enerjik dan heroik dalam setiap pertunjukkannya. (*)
Pariaman, 14 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 416/Sipres/A5.3/XII/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1343 kali
Editor :
Dilihat 1343 kali