Tiga Menteri Perankan Drama Unik, Berikan Pesan Antikorupsi kepada Siswa 10 Desember 2019 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Peringatan Hari Antikorupsi tahun ini tampak berbeda, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo hadir ditengah-tengah siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 57, Jakarta, Senin (09/12). Pesan Antikorupsi disampaikan secara unik, tiga Menteri Kabinet Indonesia Maju memberikan kejutan dengan bermain drama yang diperankan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim bersama Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusabandio yang berperan sebagai siswa, dan Menteri Badan Usaha Miliki Negara (BUMN) Erick Thohir berperan sebagai pedagang bakso.
Dua orang pemain drama lainnya adalah artis komedian Bedu dan Sogy Indraduadja. “Melalui drama ini mencoba menjelaskan kepada siswa mengenai bentuk perilaku antikorupsi, sebagai wujud penguatan karekter siswa,” terang Mendikbud.
Mendikbud dan Sogy berperan sebagai siswa sekolah kelas X lengkap dengan pakaian SMA, Menteri BUMN menjadi tukang bakso lengkap dengan topi dan handuk di leher dan gerobak baksonya. Adapun Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Bedu berperan menjadi siswa kelas XII. Drama tersebut diceritakan terjadi pada jam istirahat sekolah. Tiga pemain awal drama adalah Sogy dan Menteri Nadiem. Sogy menjadi bendahara yang diamanahkan untuk menjaga uang kas tapi malah ingin menggunakan uang kas itu untuk membeli bakso, sedangkan Menteri Nadiem berupaya untuk mencegah penyalahgunaan uang tersebut.
Usai menyaksikan drama tersebut, Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengingatkan kepada para murid untuk belajar tidak melakukan korupsi sekecil apapun dan belajar dari hal-hal sederhana yang dilakukan sehari-hari disekolah. “Anak-anak sejak dini harus mengetahui soal ini karena korupsi banyak menghancurkan kehidupan negara, rakyat kita,” kata Presiden Joko Widodo.
Presiden mengajak siswa untuk mencegah tindak korupsi dari hal-hal sederhana di lingkungan sekolah. “Tindak antikorupsi itu kita tidak boleh mengambil yang bukan hak kita, seperti menggunakan uang kas pentas seni untuk membeli bakso, atau beli permen pun tidak boleh karena itu bukan hak kita. Uang kas pentas seni itu uang bersama yang dikumpulkan dengan gotong royong, tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan pribadi,” ujar Presiden Joko Widodo.
Pada kesempatan ini, Aisyah Aulia, siswa SMKN 67 Jakarta, mengungkapkan pesan dari drama tersebut menggugah dirinya untuk berkontribusi mengantisipasi dan menanggulangi praktek korupsi di sekitarnya. “Korupsi ini memang semua bertanggungjawab, bukan cuma pemerintah. Untuk saya, apa yang bisa saya bantu untuk menyukseskan program cegah korupsi di pendidikan kami?” tanya Aisyah kepada Presiden Joko Widodo saat sesi tanya jawab.
Menjawab pertanyaan dari siswa tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kesadaran anti korupsi memang harus ditanamkan sejak dini. Pencegahan korupsi dapat ditempuh dengan upaya saling mengingatkan jika ada teman yang berupaya untuk melakukan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme. “Tindak korupsi bermula dari hal kecil yang dapat berkembang kepada hal besar. Diingatkan secara bersama untuk tidak melakukannya,” pesan Presiden Joko Widodo.
Pada kesempatan yang sama, Muchlis R Luddin selaku Inspektur Jenderal Kemendikbud mengatakan bahwa kampanye penanaman budaya anti korupsi telah dilaksanakan sejak setahun yang lalu. Ia mengungkapkan penanaman nilai anti korupsi terangkum dalam Kampanye Anak Antikorupsi yang dilaksanakan sejak tahun 2018. “Kemendikbud secara serius menangani penanaman nilai anti korupsi sejak dini dan sudah setahun ini dikampanyekan melalui Kampanye Anak Antikorupsi,” jelasnya.
Muchlis menambahkan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaderisasi para siswa dengan pengetahuan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dari hal terkecil hingga besar disertai dengan pencegahannya. “Sekarang sudah hampir 1.000 anak di 34 provinsi dikaderisasi, dilatih dahulu tentang apa korupsi, kolusi, dan nepotisme dari hal kecil hingga besar, dan bagaimana pencegahannya,” terangnya.
Dilanjutkannya, kegiatan ini bersifat sukarela yaitu mengundang inisiatif dari para siswa untuk dapat berbagi kepada para siswa lainnya di sekolah. “Itu secara inisiatif dan sukarela, diharapkan dapat membangun kesadaran dan mengajak teman-teman lainnya di sekolah untuk melakukan kebiasaan baik yaitu budaya antikorupsi,” ujar Muchlis.
Drama pendek dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi yang berlangsung selama 20 menit tersebut memberikan pesan anti korupsi sejak dini, khususnya di lingkungan sekolah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, dan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Dhini Shanti Purwono turut hadir dalam acara tersebut. *
Jakarta, 9 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 404/A5.3/XII/2019
Dua orang pemain drama lainnya adalah artis komedian Bedu dan Sogy Indraduadja. “Melalui drama ini mencoba menjelaskan kepada siswa mengenai bentuk perilaku antikorupsi, sebagai wujud penguatan karekter siswa,” terang Mendikbud.
Mendikbud dan Sogy berperan sebagai siswa sekolah kelas X lengkap dengan pakaian SMA, Menteri BUMN menjadi tukang bakso lengkap dengan topi dan handuk di leher dan gerobak baksonya. Adapun Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bersama Bedu berperan menjadi siswa kelas XII. Drama tersebut diceritakan terjadi pada jam istirahat sekolah. Tiga pemain awal drama adalah Sogy dan Menteri Nadiem. Sogy menjadi bendahara yang diamanahkan untuk menjaga uang kas tapi malah ingin menggunakan uang kas itu untuk membeli bakso, sedangkan Menteri Nadiem berupaya untuk mencegah penyalahgunaan uang tersebut.
Usai menyaksikan drama tersebut, Presiden Joko Widodo dalam sambutannya mengingatkan kepada para murid untuk belajar tidak melakukan korupsi sekecil apapun dan belajar dari hal-hal sederhana yang dilakukan sehari-hari disekolah. “Anak-anak sejak dini harus mengetahui soal ini karena korupsi banyak menghancurkan kehidupan negara, rakyat kita,” kata Presiden Joko Widodo.
Presiden mengajak siswa untuk mencegah tindak korupsi dari hal-hal sederhana di lingkungan sekolah. “Tindak antikorupsi itu kita tidak boleh mengambil yang bukan hak kita, seperti menggunakan uang kas pentas seni untuk membeli bakso, atau beli permen pun tidak boleh karena itu bukan hak kita. Uang kas pentas seni itu uang bersama yang dikumpulkan dengan gotong royong, tidak boleh dipergunakan untuk kepentingan pribadi,” ujar Presiden Joko Widodo.
Pada kesempatan ini, Aisyah Aulia, siswa SMKN 67 Jakarta, mengungkapkan pesan dari drama tersebut menggugah dirinya untuk berkontribusi mengantisipasi dan menanggulangi praktek korupsi di sekitarnya. “Korupsi ini memang semua bertanggungjawab, bukan cuma pemerintah. Untuk saya, apa yang bisa saya bantu untuk menyukseskan program cegah korupsi di pendidikan kami?” tanya Aisyah kepada Presiden Joko Widodo saat sesi tanya jawab.
Menjawab pertanyaan dari siswa tersebut, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa kesadaran anti korupsi memang harus ditanamkan sejak dini. Pencegahan korupsi dapat ditempuh dengan upaya saling mengingatkan jika ada teman yang berupaya untuk melakukan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme. “Tindak korupsi bermula dari hal kecil yang dapat berkembang kepada hal besar. Diingatkan secara bersama untuk tidak melakukannya,” pesan Presiden Joko Widodo.
Pada kesempatan yang sama, Muchlis R Luddin selaku Inspektur Jenderal Kemendikbud mengatakan bahwa kampanye penanaman budaya anti korupsi telah dilaksanakan sejak setahun yang lalu. Ia mengungkapkan penanaman nilai anti korupsi terangkum dalam Kampanye Anak Antikorupsi yang dilaksanakan sejak tahun 2018. “Kemendikbud secara serius menangani penanaman nilai anti korupsi sejak dini dan sudah setahun ini dikampanyekan melalui Kampanye Anak Antikorupsi,” jelasnya.
Muchlis menambahkan bahwa kegiatan ini dilakukan sebagai upaya mengkaderisasi para siswa dengan pengetahuan tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme dari hal terkecil hingga besar disertai dengan pencegahannya. “Sekarang sudah hampir 1.000 anak di 34 provinsi dikaderisasi, dilatih dahulu tentang apa korupsi, kolusi, dan nepotisme dari hal kecil hingga besar, dan bagaimana pencegahannya,” terangnya.
Dilanjutkannya, kegiatan ini bersifat sukarela yaitu mengundang inisiatif dari para siswa untuk dapat berbagi kepada para siswa lainnya di sekolah. “Itu secara inisiatif dan sukarela, diharapkan dapat membangun kesadaran dan mengajak teman-teman lainnya di sekolah untuk melakukan kebiasaan baik yaitu budaya antikorupsi,” ujar Muchlis.
Drama pendek dalam rangka memperingati Hari Antikorupsi yang berlangsung selama 20 menit tersebut memberikan pesan anti korupsi sejak dini, khususnya di lingkungan sekolah. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly, dan Staf Khusus Presiden Bidang Hukum Dhini Shanti Purwono turut hadir dalam acara tersebut. *
Jakarta, 9 Desember 2019
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Nomor: 404/A5.3/XII/2019
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1755 kali
Editor :
Dilihat 1755 kali