Penguatan Ekosistem Pendidikan Tingkatkan Kemampuan Literasi Siswa 13 Mei 2020 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Iwan Syahril, mengemukakan bahwa Kemendikbud menginginkan adanya ekosistem yang kuat sebagai upaya peningkatan kualitas pendidikan. Fondasi dari usaha tersebut ada di jenjang pendidikan dasar, yang merupakan landasan untuk jenjang selanjutnya.
“Arahan Presiden kita harus kerja keras, cepat dan produktif, dan jangan lupa fokusnya outcome. Dan Mas Menteri terjemahkan sebagai hasil belajar murid,” katanya pada Bincang Daring “Kemitraan Untuk Pembelajaran” yang diselenggarakan atas kerja sama Kemendikbud dengan Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), di Jakarta, pada Selasa (12/5/2020).
Dalam acara Bincang Daring tersebut, Iwan mengapresiasi keberhasilan kerja sama Kemendikbud dan Kementerian Agama dengan pemerintah Australia dalam program INOVASI. Hal ini diungkapkan Iwan setelah melihat adanya peningkatan kemampuan literasi kelompok siswa kelas rendah di empat provinsi, yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Utara dan Jawa Timur, yang disampaikan oleh Direktur Program INOVASI, mark Heyward.
Iwan juga menyampaikan, kolaborasi antara INOVASI dengan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK), dan organisasi kemasyarakatan, menjadi inspirasi bagi Kemendikbud untuk intensifikasi lebih jauh lagi dengan program Organisasi Penggerak. Iwan mengajak semua pihak untuk bergotong royong demi meningkatkan mutu pendidikan.
“Terutama kepemimpinan sekolahnya untuk terus melakukan inovasi supaya tujuan kita bersama yaitu pembelajarannya anak-anak kita akan semakin lebih baik lagi,” pesannya.
Mark Heyward menyebutkan salah satu provinsi yang menunjukkan peningkatan kemampuan literasi adalah Nusa Tenggara Timur (NTT), yaitu dari 23 persen menjadi 53 persen. Dan pada angka hasil belajar siswa, kegiatan kemitraan juga telah berhasil memperkecil jurang antara siswa berkebutuhan khusus dan siswa lainnya, yang tadinya 17% menjadi 4%. “Hasil-hasil ini memberikan inspirasi bagi saya, dan saya kira bagi kita semua,” terang Mark.
Sementara itu Konselor Pembangunan Manusia Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia, Michelle Lowe berharap agar kegiatan ini dapat mendorong para pemangku kepentingan untuk saling belajar dari pengalaman yang dibagikan, dan menemukan berbagai ide dan pendekatan yang dapat diadopsi dan digunakan sesuai konteks di daerahnya masing-masing.
“Seperti kita ketahui, saat ini kita sedang menghadapi dampak dari situasi pandemi Covid-19. Sekolah-sekolah ditutup dan siswa harus belajar di rumah. Hal ini memberikan suatu tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi seluruh pemangku kepentingan dalam sektor pendidikan termasuk bagi siswa dan orang tua mereka. Tentu saja solusi atas tantangan tersebut tidak dapat diatasi hanya oleh satu pihak, akan tetapi diperlukan kolaborasi yang kuat dari berbagai pihak untuk mencari jalan keluar kedepannya,” ucap Michelle. (D. Hotnida/Aline)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 11053 kali
Editor :
Dilihat 11053 kali