Tahun Akademik Baru, Kesehatan dan Keselamatan Warga Perguruan Tinggi Jadi Prioritas  29 Juni 2020  ← Back



Jakarta, Kemendikbud — Pelaksana tugas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam, mengatakan, sesuai dengan pernyataan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makariem, di tengah pandemi Covid-19 proses pembelajaran tetap berlangsung dengan tetap memprioritaskan sisi kesehatan dan keselamatan mahasiswa, dosen, dan masyarakat.
 
“Kita tidak boleh kalah (dengan Covid-19). Upayakan pembelajaran yang aman dan memastikan kesehatan untuk kita semua. Concern utama kita kesehatan dan keselamatan siswa, orang tua dan penyelenggara,” kata Nizam saat mengawali arahannya pada Bincang Sore yang membahas penyelenggaraan pembelajaran di tahun akademik baru di perguruan tinggi dan pendidikan vokasi (24/6/2020) di Jakarta, secara virtual.
 
Sebagai bentuk tanggung jawab menyiapkan penyelenggaraan tahun akademik baru di tengah pandemi, Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Ditjen Dikti, telah menyiapkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Semester Gasal 2020/2021 di Perguruan Tinggi yang melibatkan para pakar di bidang kesehatan. Hal ini menegaskan bahwa perkuliahan di semester mendatang semaksimal mungkin diupayakan berlangsung secara dalam jaringan (daring) untuk menjamin kesehatan dan keselamatan civitas akademik.
 
Sementara itu, merujuk pada buku panduan di atas, untuk mata kuliah yang tidak bisa digantikan dengan metode pembelajaran daring, perkuliahan tatap muka menjadi alternatif terakhir untuk dilakukan dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat dan koordinasi yang berlapis di tingkat perguruan tinggi, pemda dan gugus tugas setempat.
 
“Kita juga menyiapkan protokol untuk pembelajaran yang tidak mungkin digantikan dengan daring seperti tugas akhir, skripsi, tesis, disertasi, penelitian. Untuk praktikum, beberapa teman-teman sudah membuat model-model feature reality, enhanced reality, untuk melaksanakan praktikum. Tapi tentu semuanya tidak bisa kita alihkan ke teknologi dan dalam hal semacam itu kita siapkan protokolnya dengan memastikan keamanan dan kesehatan sebagai komandannya,” terang Nizam.
 
Senada dengan itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto pada kesempatan yang sama mengatakan, kesehatan dan keselamatan menjadi prioritas nomor satu. Oleh karena itu untuk pendidikan vokasi, pembelajaran yang bersifat teori akan berlangsung secara daring. “Tapi apabila ini (praktik) tidak bisa daring, maka memungkinkan untuk hadir ke studio, laboratorium, workshop, untuk melakukan pembelajaran praktik tetapi dengan protokol Covid yang sangat ketat, kemudian juga harus berkoordinasi dengan gugus tugas Covid, harus berkoordinasi sejak awal dengan pemerintah daerah,” katanya.
 
Wikan menambahkan, pengelola pendidikan tinggi diminta untuk membuat peraturan yang lebih detil dan dikoordinasikan dengan Kemendikbud. “Mulai dari yang mengatur bahwa mesin harus didisinfektan, menggunakan masker atau face shield atau beberapa prodi kesehatan misalnya akan menambahkan syarat tambahan harus ada hasil rapid test di mana yang tidak reaktif baru bisa masuk ke kampus,” lanjut Wikan.
 
Dirjen Pendidikan Vokasi itu kembali menekankan bahwa mekanisme penyelenggaraan pembelajaran diserahkan ke pimpinan perguruan tinggi masing-masing dengan mempertimbangkan segala situasinya dan mengedepankan unsur kesehatan dan keselamatan. “Kami minta (aturannya) didetilkan oleh pimpinan perguruan tinggi masing-masing. Bagi perusahaan yang bisa meyakinkan kampus, pembimbing magang dan pimpinan pengelola perguruan tinggi, bahwa kondisi di sana terkondisikan dengan baik dengan pemda, gugus tugas dan berada di zona aman dan protokol kesehatannya dijamin terselenggara dengan baik, kami tidak dalam posisi untuk melarang. Apalagi jika itu terkait dengan pencapaian kompetensi dan syarat kelulusan,” pungkasnya. 
 
Menyikapi dunia industri yang lesu terdampak pandemi, baik Nizam maupun Wikan kompak mengatakan bahwa dalam situasi seperti ini dibutuhkan kreativitas, semangat pantang menyerah, gotong-royong, dan jiwa yang adaptif. “Untuk industri yang slow down, bisa diganti dengan tugas mandiri yang sifatnya praktik atau proyek mandiri lintas disiplin, ini kami sarankan namun kami tidak atur secara detil. Kembali ke masing-masing perguruan tinggi,” tutup Wikan.  (Denty A./Aline)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5125 kali