Dirjen Diksi: SMK Kita Tak Kalah dengan Negara Lain 24 Juli 2020 ← Back
Solo, Kemendikbud --- Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Wikan Sakarinto menyatakan fasilitas dan kurikulum beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia yang sudah menerapkan link and match atau “penikahan massal” dengan Industri dan Dunia Kerja (IDUKA) tidak kalah dibandingkan sekolah vokasi di negara Jepang. Hal tersebut diungkapkan Wikan setelah melakukan inspeksi mendadak (sidak) ketiga SMK di Jawa Tengah, yaitu SMK Negeri 2 Solo, SMK WARGA Solo, dan SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo, Kamis (23/7/2020).
“Meski awalnya terkejut dan bingung, semuanya menyatakan senang sekali bisa kita cek langsung, mulai dari kurikulum, hingga menggali potensi produk-produk hasil karya mereka,” disampaikan Dirjen Diksi Wikan Sakarinto.
Menurut Wikan, kurikulum adalah syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum. “Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut mereka menyusun kurikulumnya benar-benar duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” tutur mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM ini.
“Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 persen di ketiga SMK tersebut,” ditambahkan Wikan.
Sidak ke beberapa SMK dilakukan Dirjen Diksi untuk melihat secara langsung apakah kebijakan link and match atau “penikahan massal” antara Vokasi dengan IDUKA benar-benar sudah diterapkan oleh SMK atau tidak. “Jangan sampai kebijakan yang sudah diputuskan di pusat terkait link and match tidak dilaksanakan dengan tuntas di daerah,” katanya.
“Apalagi saat ini Kemendikbud melalui Ditjen Pendidikan Vokasi sedang meluncurkan puluhan program-program dengan total nilai anggaran sekitar Rp3,5 triliun, untuk mendorong SMK, Kampus Vokasi dan Lembaga Kursus dan Pelatihan agar makin menggenjot link and match dengan industri dan dunia kerja,” tutur Wikan.
Dari sidak yang dilakukannya di Solo, Dirjen Pendidikan Vokasi menyatakan lega karena link and match yang disampaikan tidak hanya sekedar tanda tangan nota kesepahaman saja.
“Saya mendorong link and match, atau penikahan massal antara SMK dengan IDUKA. Program wajib pertama di dalam link and match adalah kurikulum yang disusun bersama dan disetujui oleh industri. Tidak hanya disusun bersama, tetapi harus sampai pada tahap disetujui oleh pihak industri dan calon pengguna lulusan,” tegas Wikan.
Dirjen Diksi juga berharap kurikulum link and match tidak saja membekali lulusan SMK dengan kompetensi tinggi, tapi juga dapat meningkatkan soft skills siswa. “Jadi, diharapkan anak-anak SMP, dan khususnya orang tuanya, makin yakin memilih masuk SMK. Karena lulusan SMK tidak saja hebat dalam hard skills, tapi juga hebat dalam berkomunikasi dan memiliki karakter serta budaya kerja di industri yang tinggi. Serta bisa meneruskan studi sampai dengan level Sarjana Terapan, atau sampai Magister (S-2) Terapan, di dalam negeri atau di kampus luar negeri,” jelas Wikan.
Sebagai catatan, setelah mencermati masukan-masukan dari industri dan dunia kerja dalam sinkronisasi kurikulum SMK, Wikan menyatakan bahwa aspek pengembangan soft-skills siswa SMK masih harus ditingkatkan dengan sungguh-sungguh. Contohnya kemampuan berkomunikasi aktif, kepemimpinan dan manajerial.
Bangga Karya SMK
Dirjen Wikan mengapresiasi ketiga SMK yang disidaknya di Solo. Bukan saja mampu menghasilkan lulusan yang daya serapnya tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk-produk yang melibatkan langsung siswa dalam proyek pengembangan dan produksinya.
Wikan menyebutkan SMK Warga Solo yang berhasil membuat mesin Computer Numerical Control (CNC) yang diberi label HKI (Hasil Karya Indonesia). Mesin CNC 3 Axis dan 5 Axis, hasil karya proyek guru SMK bersama industri mitra, melibatkan langsung siswa-siswa SMK berbagai jurusan. Dalam waktu dekat, bekerja sama dengan industri King Manufaktur, SMK Warga akan memproduksi mesin CNC lebih massal.
“Saya berharap SMK dan Perguruan Tinggi serta industri nasional bisa membeli dan memanfaatkan mesin CNC HKI ini, karena sudah resmi di Aplikasi SIPLah, yaitu system aplikasi pengadaan sekolah. Apalagi, mesin CNC HKI ini sistem controller-nya dikembangkan mandiri oleh SMK Warga sendiri. Karya anak bangsa ini sungguh patut diapresiasi oleh bangsa sendiri dan dunia, ” tutur Wikan.
Dirjen Diksi juga mengapresiasi SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo yang berhasil memproduksi alat-alat kesehatan khususnya bed (tempat tidur) rumah sakit yang memenuhi standar. SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo mampu memproduksi 20-40 unit tempat tidur per bulan, yang dipesan langsung oleh sejumlah rumah sakit di Sukoharjo dan sekitarnya. Pembuatan alat-alat kesehatan tersebut melibatkan siswa SMK, dalam program Prakerin (praktik kerja industri), mulai dari merancang dan men-design, sampai dengan proses produksi massal serta berbagai post-production-nya. (*)
Solo, 23 Juli 2020
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#SMKBisa
#SMKHebat
#VokasiKuatMenguatkanIndonesia
Fact Sheet Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) merupakan salah satu unit utama di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang membina program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Perguruan Tinggi Vokasi (Dikti Vokasi), serta Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitras DUDI). Termasuk Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi.
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 193/Sipres/A6/VII/2020
“Meski awalnya terkejut dan bingung, semuanya menyatakan senang sekali bisa kita cek langsung, mulai dari kurikulum, hingga menggali potensi produk-produk hasil karya mereka,” disampaikan Dirjen Diksi Wikan Sakarinto.
Menurut Wikan, kurikulum adalah syarat terpenting di dalam link and match, apakah sudah sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja, atau belum. “Dari kurikulum yang saya lihat dan cermati, ternyata di ketiga SMK tersebut mereka menyusun kurikulumnya benar-benar duduk bersama dengan industri secara intensif. Setiap tahun dilakukan revisi kurikulum sesuai dengan kebutuhan industri dan dunia kerja,” tutur mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM ini.
“Oleh Karena itu, tidak kaget kalau keterserapan lulusannya mencapai rata-rata 93 persen di ketiga SMK tersebut,” ditambahkan Wikan.
Sidak ke beberapa SMK dilakukan Dirjen Diksi untuk melihat secara langsung apakah kebijakan link and match atau “penikahan massal” antara Vokasi dengan IDUKA benar-benar sudah diterapkan oleh SMK atau tidak. “Jangan sampai kebijakan yang sudah diputuskan di pusat terkait link and match tidak dilaksanakan dengan tuntas di daerah,” katanya.
“Apalagi saat ini Kemendikbud melalui Ditjen Pendidikan Vokasi sedang meluncurkan puluhan program-program dengan total nilai anggaran sekitar Rp3,5 triliun, untuk mendorong SMK, Kampus Vokasi dan Lembaga Kursus dan Pelatihan agar makin menggenjot link and match dengan industri dan dunia kerja,” tutur Wikan.
Dari sidak yang dilakukannya di Solo, Dirjen Pendidikan Vokasi menyatakan lega karena link and match yang disampaikan tidak hanya sekedar tanda tangan nota kesepahaman saja.
“Saya mendorong link and match, atau penikahan massal antara SMK dengan IDUKA. Program wajib pertama di dalam link and match adalah kurikulum yang disusun bersama dan disetujui oleh industri. Tidak hanya disusun bersama, tetapi harus sampai pada tahap disetujui oleh pihak industri dan calon pengguna lulusan,” tegas Wikan.
Dirjen Diksi juga berharap kurikulum link and match tidak saja membekali lulusan SMK dengan kompetensi tinggi, tapi juga dapat meningkatkan soft skills siswa. “Jadi, diharapkan anak-anak SMP, dan khususnya orang tuanya, makin yakin memilih masuk SMK. Karena lulusan SMK tidak saja hebat dalam hard skills, tapi juga hebat dalam berkomunikasi dan memiliki karakter serta budaya kerja di industri yang tinggi. Serta bisa meneruskan studi sampai dengan level Sarjana Terapan, atau sampai Magister (S-2) Terapan, di dalam negeri atau di kampus luar negeri,” jelas Wikan.
Sebagai catatan, setelah mencermati masukan-masukan dari industri dan dunia kerja dalam sinkronisasi kurikulum SMK, Wikan menyatakan bahwa aspek pengembangan soft-skills siswa SMK masih harus ditingkatkan dengan sungguh-sungguh. Contohnya kemampuan berkomunikasi aktif, kepemimpinan dan manajerial.
Bangga Karya SMK
Dirjen Wikan mengapresiasi ketiga SMK yang disidaknya di Solo. Bukan saja mampu menghasilkan lulusan yang daya serapnya tinggi, tetapi juga mampu menghasilkan produk-produk yang melibatkan langsung siswa dalam proyek pengembangan dan produksinya.
Wikan menyebutkan SMK Warga Solo yang berhasil membuat mesin Computer Numerical Control (CNC) yang diberi label HKI (Hasil Karya Indonesia). Mesin CNC 3 Axis dan 5 Axis, hasil karya proyek guru SMK bersama industri mitra, melibatkan langsung siswa-siswa SMK berbagai jurusan. Dalam waktu dekat, bekerja sama dengan industri King Manufaktur, SMK Warga akan memproduksi mesin CNC lebih massal.
“Saya berharap SMK dan Perguruan Tinggi serta industri nasional bisa membeli dan memanfaatkan mesin CNC HKI ini, karena sudah resmi di Aplikasi SIPLah, yaitu system aplikasi pengadaan sekolah. Apalagi, mesin CNC HKI ini sistem controller-nya dikembangkan mandiri oleh SMK Warga sendiri. Karya anak bangsa ini sungguh patut diapresiasi oleh bangsa sendiri dan dunia, ” tutur Wikan.
Dirjen Diksi juga mengapresiasi SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo yang berhasil memproduksi alat-alat kesehatan khususnya bed (tempat tidur) rumah sakit yang memenuhi standar. SMK 1 Muhammadiyah Sukoharjo mampu memproduksi 20-40 unit tempat tidur per bulan, yang dipesan langsung oleh sejumlah rumah sakit di Sukoharjo dan sekitarnya. Pembuatan alat-alat kesehatan tersebut melibatkan siswa SMK, dalam program Prakerin (praktik kerja industri), mulai dari merancang dan men-design, sampai dengan proses produksi massal serta berbagai post-production-nya. (*)
Solo, 23 Juli 2020
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#SMKBisa
#SMKHebat
#VokasiKuatMenguatkanIndonesia
Fact Sheet Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kemendikbud.
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) merupakan salah satu unit utama di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang membina program Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP), Perguruan Tinggi Vokasi (Dikti Vokasi), serta Kemitraan dan Penyelarasan Dunia Usaha Dunia Industri (Mitras DUDI). Termasuk Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu Pendidikan Vokasi.
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 193/Sipres/A6/VII/2020
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 15307 kali
Editor :
Dilihat 15307 kali