Konsep Kampus Merdeka Sinergikan Kebutuhan Perguruan Tinggi dan Industri 15 Agustus 2020 ← Back
Jakarta- Nizam menjelaskan revolusi industri membuat disrupsi pada dunia kerja. Hal ini dilihat dari berbagai lapangan pekerjaan yang hilang namun muncul lapangan pekerjaan baru yang bahkan kita belum tahu bentuk konkretnya akan seperti apa. “Revolusi Industri membuat berbagai pekerjaan hilang tergantikan oleh mesin-mesin cerdas. Sehingga fokus kita bersama selaku tenaga pendidik untuk mempersiapkan mahasiswa pada keadaan di masa yang akan datang,” tuturnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada webinar bertema “Kerjasama Academic, Business, and Government (ABG) dalam Mewujudkan Kampus Merdeka” yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara, Sabtu (15/8).
Menurut Nizam, kurikulum yang dibentuk oleh perguruan tinggi ada yang belum sejalan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Sehingga muncul broken link antara industri dan perguruan tinggi. Inilah kemudian yang membuat individual learning pada revolusi pendidikan menjadi suatu kebutuhan dengan fokus pada student centered learning.
“Industri mungkin merasa selama ini lulusan perguruan tinggi tidak sejalan dengan kompetensi yang diharapkan, sehingga muncul broken link dalam rantai pendidikan yang ada. Kemudian muncul individual learning pada revolusi pendidikan yang kini menjadi kebutuhan. Jika perguruan tinggi ada hanya untuk pengetahuan semata, mahasiswa kini dapat mencari di berbagai sumber online yang tersebar luas. Sehingga pada akhirnya peran Perguruan Tinggi akan hilang. Konsep student centered learning membuat dosen dapat fokus pada mahasiswa yang memiliki garis tangannya masing-masing,” papar Nizam.
Pembentukan program studi baru yang mendukung kebutuhan kerja juga sebagai langkah awal yang baik. Nizam mencontohkan dengan pembuatan program studi berfokus pada sawit, bakau, kakao, bahkan artificial intelligence akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dimasa yang akan datang. selain itu juga salah satu program Kampus Merdeka adalah hak belajar tiga semester di luar program studi dinilai sangat cocok untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa terkait dunia kerja yang sesungguhnya.
“Hak belajar di luar program studi, seperti halnya dilapangan, sangat membantu mahasiswa dalam kemampuan analisis dan penyelesaian masalah yang lebih nyata dan konkret dibandingkan belajar di kelas melalui materi yang dipaparkan dosen. Selain itu juga pembelajaran ini akan terhitung SKS karena mahasiswa dapat pembelajaran softskill juga hardskill sekaligus. Tentu dalam pelaksanaan tetap dengan bimbingan dosen. Pada akhirnya, baik mahasiswa, perguruan tinggi, maupun industri akan sama-sama memperoleh manfaat," jelas Nizam.
Di akhir webinar, Nizam berpesan agar semangat gotong royong dalam menyukseskan pendidikan Indonesia harus terus dilakukan.
“Semangat gotong royong dalam menyukseskan pendidikan harus terus digelorakan. Layaknya panjat pinang dalam kompetisi 17 Agustusan dimana orang-orang saling membantu untuk memperoleh kesuksesan bersama,” pesan Nizam.
(YH/RMB/DZI/FH/DH/NH)
Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Hal tersebut disampaikan oleh Nizam, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada webinar bertema “Kerjasama Academic, Business, and Government (ABG) dalam Mewujudkan Kampus Merdeka” yang diselenggarakan oleh Ikatan Alumni ITB Sumatera Utara, Sabtu (15/8).
Menurut Nizam, kurikulum yang dibentuk oleh perguruan tinggi ada yang belum sejalan dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh industri. Sehingga muncul broken link antara industri dan perguruan tinggi. Inilah kemudian yang membuat individual learning pada revolusi pendidikan menjadi suatu kebutuhan dengan fokus pada student centered learning.
“Industri mungkin merasa selama ini lulusan perguruan tinggi tidak sejalan dengan kompetensi yang diharapkan, sehingga muncul broken link dalam rantai pendidikan yang ada. Kemudian muncul individual learning pada revolusi pendidikan yang kini menjadi kebutuhan. Jika perguruan tinggi ada hanya untuk pengetahuan semata, mahasiswa kini dapat mencari di berbagai sumber online yang tersebar luas. Sehingga pada akhirnya peran Perguruan Tinggi akan hilang. Konsep student centered learning membuat dosen dapat fokus pada mahasiswa yang memiliki garis tangannya masing-masing,” papar Nizam.
Pembentukan program studi baru yang mendukung kebutuhan kerja juga sebagai langkah awal yang baik. Nizam mencontohkan dengan pembuatan program studi berfokus pada sawit, bakau, kakao, bahkan artificial intelligence akan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja dimasa yang akan datang. selain itu juga salah satu program Kampus Merdeka adalah hak belajar tiga semester di luar program studi dinilai sangat cocok untuk memberikan pencerahan kepada mahasiswa terkait dunia kerja yang sesungguhnya.
“Hak belajar di luar program studi, seperti halnya dilapangan, sangat membantu mahasiswa dalam kemampuan analisis dan penyelesaian masalah yang lebih nyata dan konkret dibandingkan belajar di kelas melalui materi yang dipaparkan dosen. Selain itu juga pembelajaran ini akan terhitung SKS karena mahasiswa dapat pembelajaran softskill juga hardskill sekaligus. Tentu dalam pelaksanaan tetap dengan bimbingan dosen. Pada akhirnya, baik mahasiswa, perguruan tinggi, maupun industri akan sama-sama memperoleh manfaat," jelas Nizam.
Di akhir webinar, Nizam berpesan agar semangat gotong royong dalam menyukseskan pendidikan Indonesia harus terus dilakukan.
“Semangat gotong royong dalam menyukseskan pendidikan harus terus digelorakan. Layaknya panjat pinang dalam kompetisi 17 Agustusan dimana orang-orang saling membantu untuk memperoleh kesuksesan bersama,” pesan Nizam.
(YH/RMB/DZI/FH/DH/NH)
Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2579 kali
Editor :
Dilihat 2579 kali