Sosialisasi Gerakan Relawan Covid-19 Nasional Kemdikbud (RECON): 31 Hari Tantangan #SiapAdaptasi 01 Agustus 2020 ← Back
Jakarta – Relawan Covid-19 Nasional (RECON) yang dibentuk oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), bersama dengan Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) mencoba untuk memaksimalkan dampak program RECON kepada masyarakat umum. Seperti yang diketahui bahwa Pandemi Covid-19 merupakan musuh kita bersama dan Edukasi Kesehatan sangat berperan besar dalam memutus rantai penularan Covid-19.
Edukasi kesehatan yang bersifat daring sudah banyak kita jumpai di masyarakat, dengan menggunakan ponsel pintar atau gawai, kita dapat mengakses materi edukasi kesehatan tersebut. Namun sektor daring tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung juga oleh edukasi yang bersifat luar jaringan (luring). Dengan adanya edukasi secara daring dan luring lapisan masyarakat yang terpapar dengan edukasi kesehatan akan semakin banyak.
RECON Kemdikbud meluncurkan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi yang merupakan kelanjutan dari program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Daring yang dilakukan oleh RECON sejak bulan April 2020. Sosialisasi peluncuran kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Kamis (30/7), melalui kanal Youtube Ditjen Dikti.
Sosialisasi ini dihadiri oleh Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ditjen Dikti; Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P selaku Sekretaris Ditjen Dikti; Prof. Dr. dr. Budu, Sp.M(K), Ph.D, M.Med.Ed selaku Ketua AIPKI; Dra. Eny Supartini, MM selaku perwakilan dari Kesiapsiagaan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Andre Rahadian SH., LL.M, M.Sc selaku Ketua Koordinator Relawan Satuan Tugas Penanganan Covid-19; Nauval Fariz Damas selaku Sekretaris Jenderal ISMKI dan para relawan RECON.
Aris dalam kata sambutannya mengatakan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi solutif diharapkan dapat menjadi penggerak Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk masyarakat. Kolaborasi mahasiswa, perguruan tinggi, pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dengan masyarakat untuk disiplin menerapkan AKB adalah kunci keberhasilan menekan laju pandemi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Selain itu sosialisasi kali ini dr. Reisa Brotoasmoro sebagai Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga memberikan sambutan secara tidak langsung lewat rekaman video. Lewat video kata sambutannya dirinya memberikan semangat kepada para relawan dan mengajak agar dapat bergerak bersama-sama melawan Covid-19.
Sementara itu Sesditjen Dikti Paristiyanti mengatakan bahwa gerakan ini melibatkan 15.000 relawan yang memiliki beragam latar belakang, ada yang merupakan mahasiswa program studi kesehatan dan non kesehatan, tenaga medis profesional, dan juga masyarakat umum yang peduli terhadap kesehatan masyarakat Indonesia.
"31 Hari Tantangan Siap Adaptasi menggerakan 15.000 relawan untuk melakukan edukasi secara daring dan luring dimulai dengan orang-orang terdekat disekitar para relawan, seperti anggota keluarga, tetangga, pengurus tempat ibadah, dan lain-lain," tuturnya.
Relawan yang melakukan edukasi kesehatan secara luring harus tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, seperti menggunakan masker kain, menjaga jarak 2 meter, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan para relawan yang bertugas.
Program Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi tidak hanya dikhususkan untuk para relawan RECON yang sudah terdaftar, tetapi masyarakat umum juga bisa ikut berpartisipasi. Program ini ingin mengajak seluruh masyarakat untuk bisa berpartisipasi menjadi edukator bagi sesama.
Harapannya dengan diadakan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi, semakin banyak masyarakat Indonesia yang menjadi lebih sadar akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan dan siap beradaptasi di masa pandemi COVID-19.
Aksi yang dilakukan dalam Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi bersifat bottom to top, artinya para relawan menjadi garda terdepan dan ujung tombak dalam pemberian edukasi di masyarakat. Harapannya para relawan dapat menjadi teman diskusi dan agen edukasi bagi masyarakat Indonesia.
"Modal para relawan dalam melakukan kegiatan edukasi adalah hati yang tulus dan semangat untuk membantu sesama. Disaat masa pandemi ini, gotong royong secara sukarela merupakan kunci agar kita bersama dapat melewati masa pandemi Covid-19 ini," ujar Hashfi selaku koordinator relawan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi.
Bagi masyarakat yang ingin melakukan skrining mandiri dan pendampingan kesehatan dari RECON silahkan akses relawan.kemdikbud.go.id.
(AF/KV/AP/YH/DZI/FH/DH/NH)
Humas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Tim RECON
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Edukasi kesehatan yang bersifat daring sudah banyak kita jumpai di masyarakat, dengan menggunakan ponsel pintar atau gawai, kita dapat mengakses materi edukasi kesehatan tersebut. Namun sektor daring tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung juga oleh edukasi yang bersifat luar jaringan (luring). Dengan adanya edukasi secara daring dan luring lapisan masyarakat yang terpapar dengan edukasi kesehatan akan semakin banyak.
RECON Kemdikbud meluncurkan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi yang merupakan kelanjutan dari program Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) Daring yang dilakukan oleh RECON sejak bulan April 2020. Sosialisasi peluncuran kegiatan ini dilaksanakan secara daring pada Kamis (30/7), melalui kanal Youtube Ditjen Dikti.
Sosialisasi ini dihadiri oleh Prof. drh. Aris Junaidi, Ph.D selaku Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa) Ditjen Dikti; Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P selaku Sekretaris Ditjen Dikti; Prof. Dr. dr. Budu, Sp.M(K), Ph.D, M.Med.Ed selaku Ketua AIPKI; Dra. Eny Supartini, MM selaku perwakilan dari Kesiapsiagaan Bencana Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); Andre Rahadian SH., LL.M, M.Sc selaku Ketua Koordinator Relawan Satuan Tugas Penanganan Covid-19; Nauval Fariz Damas selaku Sekretaris Jenderal ISMKI dan para relawan RECON.
Aris dalam kata sambutannya mengatakan bahwa mahasiswa sebagai agen perubahan dan generasi solutif diharapkan dapat menjadi penggerak Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk masyarakat. Kolaborasi mahasiswa, perguruan tinggi, pemerintah daerah dan stakeholders lainnya dengan masyarakat untuk disiplin menerapkan AKB adalah kunci keberhasilan menekan laju pandemi dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Selain itu sosialisasi kali ini dr. Reisa Brotoasmoro sebagai Duta Adaptasi Kebiasaan Baru Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 juga memberikan sambutan secara tidak langsung lewat rekaman video. Lewat video kata sambutannya dirinya memberikan semangat kepada para relawan dan mengajak agar dapat bergerak bersama-sama melawan Covid-19.
Sementara itu Sesditjen Dikti Paristiyanti mengatakan bahwa gerakan ini melibatkan 15.000 relawan yang memiliki beragam latar belakang, ada yang merupakan mahasiswa program studi kesehatan dan non kesehatan, tenaga medis profesional, dan juga masyarakat umum yang peduli terhadap kesehatan masyarakat Indonesia.
"31 Hari Tantangan Siap Adaptasi menggerakan 15.000 relawan untuk melakukan edukasi secara daring dan luring dimulai dengan orang-orang terdekat disekitar para relawan, seperti anggota keluarga, tetangga, pengurus tempat ibadah, dan lain-lain," tuturnya.
Relawan yang melakukan edukasi kesehatan secara luring harus tetap menerapkan protokol kesehatan yang berlaku, seperti menggunakan masker kain, menjaga jarak 2 meter, dan lain-lain. Hal ini bertujuan untuk menjaga keselamatan para relawan yang bertugas.
Program Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi tidak hanya dikhususkan untuk para relawan RECON yang sudah terdaftar, tetapi masyarakat umum juga bisa ikut berpartisipasi. Program ini ingin mengajak seluruh masyarakat untuk bisa berpartisipasi menjadi edukator bagi sesama.
Harapannya dengan diadakan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi, semakin banyak masyarakat Indonesia yang menjadi lebih sadar akan pentingnya menerapkan protokol kesehatan dan siap beradaptasi di masa pandemi COVID-19.
Aksi yang dilakukan dalam Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi bersifat bottom to top, artinya para relawan menjadi garda terdepan dan ujung tombak dalam pemberian edukasi di masyarakat. Harapannya para relawan dapat menjadi teman diskusi dan agen edukasi bagi masyarakat Indonesia.
"Modal para relawan dalam melakukan kegiatan edukasi adalah hati yang tulus dan semangat untuk membantu sesama. Disaat masa pandemi ini, gotong royong secara sukarela merupakan kunci agar kita bersama dapat melewati masa pandemi Covid-19 ini," ujar Hashfi selaku koordinator relawan Gerakan 31 Hari Tantangan Siap Adaptasi.
Bagi masyarakat yang ingin melakukan skrining mandiri dan pendampingan kesehatan dari RECON silahkan akses relawan.kemdikbud.go.id.
(AF/KV/AP/YH/DZI/FH/DH/NH)
Humas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Tim RECON
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1816 kali
Editor :
Dilihat 1816 kali