Sistem “Ijon” Dukung Percepatan Revitalisasi SMK 16 September 2020 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Pendidikan vokasi dianggap berhasil jika keterserapan di dunia industri maupun dunia kerja sudah tinggi. Hal ini dianalogikan seperti sistem "ijon" yang biasanya merugikan para petani karena tengkulak membeli padi dengan harga murah saat padi masih belum siap panen. Tapi untuk kasus di vokasi, sistem “ijon” diadopsi karena lulusan SMK sudah mendapatkan tempat bekerja bahkan sebelum mereka mendapatkan ijazahnya.
Sistem inilah yang saat ini sedang dibangun di Kawasan Industri Kendal (KIK). Menurut Direktur Jenderal Vokasi Wikan Sakarinto, hal tersebut selaras dengan strategi dasar link and match. “Ini yang dilakukan bersama oleh satuan pendidikan vokasi dengan IDUKA,” demikian disampaikan Wikan ketika memberikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, pada Senin (14/9/2020).
Strategi link and match yang dimaksud mencakup sinkronisasi kurikulum, kehadiran guru/dosen tamu dari kalangan expert/industri minimal 50 jam/prodi/semester, ketersediaan program magang/prakerin minimal satu semester di IDUKA, serta adanya uji kompetensi/sertifikasi kompetensi bagi seluruh lulusan vokasi, dan bagi guru dan dosen vokasi.
Wikan meyakini, lulusan-lulusan yang benar-benar match dengan kebutuhan IDUKA, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bangsa. “Semoga perjuangan kompak dan cerdas seluruh pihak dan stakeholder ini, akan mempercepat lahirnya jutaan lulusan vokasi yang kompeten dan unggul secara signifikan,” harapnya.
Sistem ijon merupakan perwujudan konsep cerdas dan taktis yang merangkum minimal empat strategi dasar link and match. Sistem ini diharmonisasikan dengan pemaknaan "Local Wisdom" agar mudah dipahami dan dicerna oleh seluruh pihak dan stakeholder. Harapannya, link and match akan menguntungkan seluruh pihak, khususnya pihak IDUKA, serta masa depan dan karir lulusan di dunia kerja.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, pada kesempatan berbeda mengatakan, KIK merupakan proyek prioritas nasional kerja sama antara Pemerintah RI dengan Pemerintah Singapura. Kerja sama ini dilakukan dalam dua fase, di mana fase pertama dengan membangun kawasan industri di atas lahan 1.000 ha dan fase kedua di atas lahan 1.200 yang akan menampung 1.800 perusahaan dari dalam dan luar negeri. Diperkirakan dalam kurun 5 tahun akan mampu menyerap lebih dari 20.000 tenaga kerja terampil.
Pada saat ini Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jawa Tengah melakukan perjanjian kerja sama dengan 15 perusahaan di wilayah KIK. Perusahaan tersebut di antaranya Dae Yong Texstile, Eclat Texstile dan Lianfa Textile, Master Kids, D&V Medika Gemilang, Maju Bersama Gemilang, Aurie Steel Metalindo, Borine Technology, Maxindo Karya Anugrah, Inmas Surya Makmur, Sinar Harapan Plastik, United Power, APP Timber dan Kendal Eko Furido. Seluruhnya telah bekerja sama dengan 80 SMK di wilayah Kendal, Batang, dan Kota Pekalongan.(Denty A./Aline)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10449 kali
Editor :
Dilihat 10449 kali