Wapres Tekankan Unsia Perhatikan Kualitas Pembelajaran Daring 25 September 2020 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin mengakui bahwa pembelajaran secara daring memiliki tantangan tersendiri. Oleh karena itu diperlukan kreativitas yang tinggi baik bagi pengajar maupun mahasiswanya. Untuk itu, Wapres Ma’ruf berharap Universitas Siber Asia (Unsia) dapat keluar dari gaya konvensional dan lebih inovatif dalam menyiapkan materi dan mekanisme pembelajaran serta memanfaatkan seluruh potensi teknologi yang ada untuk membantu pelaksanaan pembelajaran.
“Saya berharap Mister Jang Youn Cho (sebagai Rektor Universitas Siber Asia (Unsia)) dapat berbagi pengalamannya untuk memimpin Unsia menjadi sebuah perguruan tinggi online yang berprestasi, dan membanggakan,” ujar Wapres Ma’ruf Amin ketika meresmian Universitas Siber Asia (Unsia) melalui telekonferensi di Jakarta, Selasa (22/9/2020).
Wapres mengatakan, selain dosen, para mahasiswa juga dituntut lebih mandiri. Mahasiswa, kata dia, harus dapat memanfaatkan seluruh sumber pengetahuan untuk melengkapi proses pembelajaran jarak jauh ini. Apalagi mengingat kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau dan kondisi sosial ekonomi yang beragam.
Pendidikan melalui sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) atau e-learning dapat menjadi sebuah pilihan bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan tinggi. Meskipun sistem e-learning dapat menjadi alternatif dalam sistem pembelajaran, saat ini tercatat baru sekitar 20 dari 4.771 perguruan tinggi di Indonesia yang menerapkan pembelajaran daring.
Wapres menekankan, meskipun secara daring, Unsia tetap harus mengutamakan kualitas, baik dari sisi pembelajaran maupun pengujian. Menurutnya, mahasiswa harus tetap bisa diuji dengan standar pembelajaran konvensional. Sehingga kualitas pembelajaran dan lulusan program studi dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
“Saya juga berpesan kepada Unsia agar membekali pendidikan karakter kebangsaan bagi para mahasiswanya. Sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta Tanah Air, menempatkan kepentingan masyarakat sebagai yang utama tanpa memandang SARA (suku, agama, ras, antargolongan),” terangnya.
Senada dengan itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim menyampaikan, pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi menjadi semakin lumrah. Di situasi yang penuh tantangan ini menurut Nadiem, masyarakat sudah membuktikan bahwa belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja melalui daring.
Belajar secara daring menurutnya mampu mendorong lahirnya inisiatif dan independensi. Sebab, para mahasiswa dan dosen menjadi semakin terpacu dalam mengekspolorasi ilmu, pengetahuan dan teknologi serta mengintergrasikannya dalam pembelajaran. “Interaksi antara dosen dengan mahasiswa pun semakin maksimal tanpa dibatasi ruang fisik.”
Tercatat, angka partisipasi kasar (APK) perguruan tinggi di Indonesia pada tahun 2019, menurut Badan Pusat Statistik (BPS) masih sekitar 30,28 persen. Artinya, dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 19–23 tahun, masyarakat yang melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi hanya sekitar 30 persen.
Sedangkan menurut angka survei angkatan kerja nasional (sakernas) BPS pada Februari 2020, angkatan kerja Indonesia yang berjumlah 137,91 juta, hanya 14,2 juta lulusan perguruan tinggi. Atau hanya 10,3 persen yang berkesempatan menikmati pendidikan tinggi.
Berdirinya Unsia diharapkan mampu memacu lembaga pendidikan lain untuk membuka sistim pembelajaran daring e-learning. Wapres berharap Unsia bisa menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan capaian Indonesia terkait angka keberlanjutan pendidikan dan jumlah angkatan kerja.
“Sejalan dengan upaya pemerintah menempatkan pembangunan SDM (sumber daya manusia) unggul sebagai prioritas nasional, semoga makin banyak kesempatan bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan tinggi,” tutup Wapres.* (Denty.A/Aline. R)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3917 kali
Editor :
Dilihat 3917 kali