Tingkatkan Imunitas Tubuh dengan Nanogold dari Universitas Negeri Surabaya  03 Oktober 2020  ← Back

Jakarta – Setelah terbukti efektif dalam menangani penderita kusta di Surabaya terutama dari sisi kenaikan imunitas para penderita lepra. Kini penelitian Nanogold dikembangkan untuk membantu meringankan penderita Covid-19 melalui peningkatan imun tubuh.

Efektivitas kenaikan imunitas para penyandang lepra ditandai dengan tak mudahnya penderita sakit pilek, batuk, flu, panas dan sakit-sakit ringan lainnya. Peningkatan imun juga ditandai dengan cepatnya kesembuhan pasien lepra bila terserang beberapa penyakit.

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi menyelenggarakan konferensi pers dengan awak media secara daring pada Jumat (02/10). Hal ini berkaitan dengan upaya para peneliti di perguruan tinggi untuk berpartisipasi menangani Covid-19 di Indonesia.

Salah satu peneliti, Prof. Dr. Titik Taufikurohmah, Guru Besar Universitas Negeri Surabaya (UNESA), meluncurkan hasil risetnya yaitu Nanogold untuk meningkatkan imunitas tubuh bagi pasien Covid-19. Hasil riset ini mendapatkan apresiasi dari Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, terkait partisipasi aktif para peneliti membantu penanganan Pandemi Covid-19.

Kemendikbud melalui Ditjen Dikti pada saat ini meminta para peneliti fokus menangani pandemi Covid-19. Berawal dari penelitian Titik untuk menangani penderita kusta di Surabaya, ternyata Nanogold mampu meningkatkan imunitas para penderita lepra sejak tahun 2017.

Sebelumnya penelitian ini juga telah dikembangkan oleh Pusat Inkubasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dalam beberapa produk kosmetik dan herbal kesehatan. “Mengambil momentum Pandemi Covid-19, dimana pemerintah menghimbau pengalihan topik penelitian untuk membantu menanggulangi wabah Covid-19, maka orientasi penelitian ini saya ubah ke arah membantu penderita Covid-19 sekaligus mencegahnya, memelalui peningaktan imun tubuh,” kata Titik. Kemudian penelitian ini berkembang untuk meringankan penderita Covid-19 melalui peningkatan imun tubuh.

“Kami sudah melakukan uji coba melalui pemberian air kesehatan yang mengandung nanogold-nanosilver secara gratis di Surabaya, Sidoarjo, dan Probolinggo serta beberapa penderita Covid-19 yang melakukan isolasi mandiri maupun di rawat di rumah sakit. Hasilnya cukup signifikan dalam membantu meningkatkan imun tubuh,” katanya.

Dirjen Dikti menyampaikan dukungannya terhadap hasil penelitian Titik Taufikurohmah ini. Dukungan tersebut berupa pengawalan bersama untuk mendapatkan perizinan BPOM, serta bantuan publikasi agar tetap diakui secara akademis. Selain itu, peluncuran produk ini memerlukan kerja sama dengan pimpinan bidang kesehatan seperti Fakultas Kedokteran di UNAIR agar pemanfaatan produk ini bisa mendapatkan izin edar.

Titik menjelaskan latar belakang penelitian ini berawal dari penjelasan ilmiah berupa tradisi kecantikan leluhur dengan susuk emas. Susuk emas tersebut diproses oleh logam yang terurai menjadi atom-atom atau Nanogold. Sifat nanogold yang memiliki aktivitas antioksidan dalam meredam radikal bebas sepuluh kali vitamin E, sehingga mampu meningkatkan daya tahan tubuh. Kombinasi nanogold dan nanosilver yang merupakan antimikroba dan antivirus dalam air kemasan pada penelitian ini mampu menghentikan replika virus corona termasuk Covid-19.

Produk ini rencananya menggandeng dua industri untuk bidang kesehatan, masing-masing PT Inovasi Mitra Sukses (PT IMS) yang beralamat di Cibinong, Bogor dan PT Kanza Ekselensia Utama yang beralamat di Tanjung Priok Jakarta Utara.

PT IMS membuat produk herbal dari haubatussauda atau jinten hitam dan propolis yang juga diberikan sentuhan inovasi nanogold-nanosilver sebagai drug delivery yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan imun para relawan penderita lepra di Surabaya.

Sedang PT Kanza Ekselensia Utama di Jakarta Utara, mengembangkan produk herbal untuk Kesehatan kewanitaan yang dikembangkan dari formula warisan leluhur pemilik usaha dari Aceh. Kerja sama penelitian ini dimaksudkan untuk meyakinkan BPOM terkait dengan penggunaan material tertentu yang dilarang oleh BPOM, tetapi diperbolehkan oleh FDA dengan batas konsentrasi maksimum 20%.

“Penelitian ini diharapkan mampu membuktikan khasiat seperti yang selama ini di klaim oleh perusahaan dan tertera dalam kemasan. Pembuktian secara ilmiah khasiat obat dari obat herbal sangat penting untuk memberikan edukasi yang benar pada pengguna atau konsumen,” ucap Titik.
(YH/DZI/FH/DH/NH/TJS/HLM)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2906 kali