Keterbatasan Fisik Bukan Halangan Anak Berkebutuhan Khusus Hasilkan Karya Luar Biasa 03 November 2020 ← Back
Bandung, 3 November 2020 --- Sangat bangga, ketika melihat hasil karya anak berkebutuhan khusus (ABK) memamerkan keterampilannya dalam Lomba Keterampilan Siswa Nasional (LKSN) Tahun 2020. Berjejer bunga papan ucapan selamat, gaun pesta, hantaran pernikahan dengan seni lipat tekstil tanpa potong, satu set aksesoris pesta dari limbah kain yang sudah bisa dijual, ini sungguh luar biasa.
“Saya sangat bangga, karena namanya anak berkebutuhan khusus itukan anak yang istimewa, anak yang memiliki kekurangan, tetapi lihat hasilnya. Saya sangat senang sekali,” ujar Sri Hastuti, salah juri pembuatan aksesoris pesta saat menilai hasil karya peserta di Bandung, pada Selasa (02/11/2020).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh salah satu panitia LKSN 2020, Remilasari mengatakan Meski di tengah pandemi Covid-19 yang mengharuskan belajar dari rumah, peserta didik berkebutuhan khusus ini telah membuktikan bahwa mereka masih bisa berkarya dengan baik dari rumah.
“Gak nyangka mereka menghasilkan karya yang luar biasa di rumahnya. Kalau mereka datang itu belum tentu kreatifitasnya seperti ini. Mereka benar-benar mengeluarkan keterampilannya dengan memanfaatkan limbah-limbah yang ada sehingga menjadi cantik seperti ini dan ada nilai jualnya,” ujarnya.
Di tengah pandemi Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Prestasi Nasional (Puspresnas) menyelenggarakan LKSN 2020 untuk ABK secara dalam jaringan (daring). Ajang ini bertujuan untuk menggali potensi peserta didik berkebutuhan khusus bidang non akademik, khususnya bidang keterampilan untuk mencapai kemandirian setelah menyelesaikan pendidikan pada pendidikan khusus.
Sebanyak 306 peserta didik disabilitas tuna rungu (B),grahita (C), daksa (D), dan autis yang berasal dari 34 provinsi pada jenjang SMPLB dan SMALB dengan usia peserta didik yang lahir setelah 1 Juni 1997, telah menyerahkan hasil karyanya untuk diberikan penilaian oleh dewan juri. Bidang non akademis yang dilombakan pada ajang ini antara lain membatik, kriya kayu, tata boga, kecantikan, merangkai bunga, menjahit, teknologi informasi, hantaran dan kreasi barang bekas.
Seluruh peserta mengikuti lomba dari rumah dengan didampingi oleh orang tua atau dari unsur sekolah atau pelatih setempat yang diprakarsai oleh Dinas Pendidikan setempat. Seluruh mekanisme pelaksanaan perlombaan wajib mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19.
Selain kreatifitas, kata Sri Hartati, yang menjadi kriteria penilaian dewan juri terhadap karya siswa ini adalah memiliki nilai jual. “Ini kan merangsang anak-anak nanti nya untuk dikembangkan, untuk bisa mencari tambahan dari kreasi-kreasi ini. Harapan kami selain indah, cantik, rapih, kreasinya bagus, ada nilai jualnya yang tinggi,” tutur perempuan yang berprofesi perias pengantin di Jakarta ini.
Juri lain mengungkapkan, selain kreatifitas dan nilai jual, kriteria lain yang menjadi penilaian adalah inovasi. “Masukan tahun depan agar karya yang dibuat itu lebih berinovasi karena kebanyakan hasil karya yang dinilai ini hampir sama seperti yang ada di pasaran,” tutur Ni Luh Putu yang berprofesi sebagai praktisi pimpinan Lembaga Kurus dan Pelatihan (LKP) Cendil, Jawa Tengah.
Namun, kata Ni Luh, untuk tahun ini kemampuan pembimbing membaca petunjuk teknis lebih baik dari pada tahun lalu. “Misalnya pengunaan limbah minimal 80 persen. Itu hampir semuanya terpenuhi, jadi memang bahan dasar dari yang digunakan memang 80 persen memang betul-betul dari limbah khas daerah,” ujar Ni Luh Putu.
Seluruh peserta akan memperebutkan medali juara I, II, dan III, serta juara harapan I, II, dan III. Selain medali, seluruh juara akan menerima piala, sertifikat serta uang kejuaraan. Tema yang diangkat pada ajang ini adalah “Berkarya, Berprestasi, dan Mewujudkan Mimpi”.
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2322 kali
Editor :
Dilihat 2322 kali