Pelatihan SEAQIL Terbukti Mampu Tingkatkan Kompetensi 600 Guru Bahasa di Asia Tenggara 05 November 2020 ← Back
Jakarta, Kemendikbud -- Komitmen berkelanjutan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan SEAMEO Secretariat untuk meningkatkan profesionalisme para pendidik terus berjalan. Melalui SEAMEO QITEP in Language (SEAQIL), tenaga pendidik yang terpilih diberikan beasiswa penuh. Selama tiga bulan, 600 orang guru/dosen bahasa Inggris, Jerman, dan Perancis yang berasal dari delapan negara di Asia Tenggara, yaitu Brunei Darussalam, Filipina, Indonesia, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Thailand, serta Vietnam, mempelajari empat keterampilan bahasa melalui platform digital.
Menandai berakhirnya program pelatihan, Direktur SEAQIL, Luh Anik Mayani menyampaikan, bahwa dalam kurun waktu tiga bulan, setiap peserta telah mengikuti pelatihan secara daring minimal 64 jam. “Secara mengejutkan, bahkan ada 348 guru atau 58% yang mengikuti pelatihan secara dalam jaringan (daring) lebih dari 64 jam dengan waktu pelatihan antara 116 hingga 434 jam,” ucapnya dalam penutupan yang disiarkan secara langsung dalam jaringan (daring) melalui kanal Youtube Kemendikbud, Senin (2/11).
Ia melanjutkan bahwa dari pelatihan tersebut, ada 106 guru atau 18% peserta yang berhasil meningkatkan kompetensinya satu tingkat lebih tinggi dari sebelumnya. “Bahkan ada 18 guru atau 3% peserta yang berhasil meningkatkan kompetensinya dua jenjang atau lebih dari sebelumnya,” ungkap Luh Anik.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kemendikbud, Ainun Na'im ketika membuka program ini pada Agustus lalu mengatakan, “Program SEAQIL yang memfasilitasi guru dengan platform pembelajaran digital merupakan fakta dan bukti bahwa kita bersama-sama berkomitmen untuk memastikan bahwa layanan pendidikan kita berkelanjutan meskipun ada kesulitan yang dihadapi akibat pandemi Covid-19.”
Program yang bernama Altissia ini, dirancang untuk memfasilitasi guru bahasa melalui platform pembelajaran digital. Di sini, SEAQIL berupaya menciptakan pengalaman belajar bahasa yang efektif bagi setiap peserta, serta dapat meningkatkan kemahiran berbahasa para guru/dosen berdasarkan standar CEFR (Common European Framework of Reference for Languages/Kerangka Acuan Umum Eropa untuk Bahasa) secara efektif.
Program beasiswa ini merupakan kontribusi SEAQIL, sebagai bagian dari SEAMEO Regional Center, dalam upaya kerja sama pendidikan global untuk penanggulangan Covid-19, terutama demi kemajuan pendidikan bahasa. SEAQIL juga menghadirkan ahli pedagogis sekaligus dosen dari Université Catholique de Louvain, Belgia, Veronique Scheirs, untuk memberikan paparan terkait E-learning, Covid, dan Pendidikan Abad 21.
“Teknologi adalah aset untuk mengajar dan meskipun guru memiliki keahlian sebelumnya, guru akan terus menemukan hal-hal baru melalui teknologi,” terang Veronique dalam paparannya.
Menyikapi kondisi pembelajaran yang berlangsung di tengah pandemi Covid-19, Luh Anik mengungkapkan bahwa banyak siswa yang tidak ingin melakukan pembelajaran secara daring karena adanya jarak emosional dan kognitif. Oleh karena itu, guru perlu memikirkan cara efektif dalam pembelajaran melalui berbagai media yang aktif dan interaktif. “Disinilah, peran teacher trainers dalam memanfaatkan teknologi dalam mengajar guru,” kata Luh Anik.
Sejalan dengan hal tersebut, Deputi Direktur Program SEAMEO Secretariat, Wahyudi menyampaikan, “Program SEAQIL tentunya semakin mendekatkan misi SEAMEO yaitu meningkatkan kesepahaman regional, kerja sama dan kesatuan tujuan antara Negara Anggota SEAMEO untuk kualitas hidup yang lebih baik melalui pembentukan jaringan dan kemitraan, penyediaan forum antara pembuat kebijakan dan para ahli, dan promosi pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan,” tuturnya ketika menutup pelatihan secara resmi.
Wahyudi juga mendorong para guru bahasa agar mengaplikasikan serta memanfaatkan ilmu dan keterampilan yang mereka dapatkan dari pelatihan, serta menjalin jejaring antaralumni.
Berkat dukungan yang berkelanjutan antara Kemendikbud dan Sekretariat SEAMEO, kegiatan yang digelar sejak tanggal 3 Agustus hingga 30 Oktober 2020 itu mendapat antusias luar biasa. Hampir 2.000 pendaftar berminat mengikuti program ini, meski hanya 600 orang yang akhirnya dapat berpartisipasi.
Secara keseluruhan, SEAQIL bersyukur dapat memberikan layanan yang berkelanjutan bagi para guru bahasa di Asia Tenggara dan selalu menyambut baik inisiatif/kolaborasi inovasi pendidikan global, terutama untuk pendidikan bahasa yang lebih maju.
Selanjutnya, SEAQIL berharap data dan informasi yang didapat dari program ini dapat digunakan untuk memetakan kemampuan bahasa para guru bahasa asing di Asia Tenggara. “Hasil pelatihan tersebut dapat digunakan untuk melakukan survei, misalnya tentang hubungan antara kemampuan berbahasa guru dan keberhasilan proses pedagogis atau proses belajar mengajar di kelas bahasa asing,” harap Luh Anik. ***(Ammar/Denty A./Aline R.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1984 kali
Editor :
Dilihat 1984 kali