Tantangan dan Inovasi Pengelola Museum Selama Pandemi Covid 19 13 November 2020 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Diskusi terpumpun bertajuk “Inovasi Teknologi Digital dalam Layanan Museum di Masa Pandemi Covid-19” yang diselenggarakan oleh Pusat Penelitian dan Kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengungkap berbagai tantangan dan inovasi yang dilakukan para pengelola museum selama masa pandemi. Peneliti Ahli Muda, Puslitjak, Balitbangbuk, Irna Trilestari menyorot beberapa sajian virtual beberapa museum yang dinilainya masih kurang komunikatif dan ada distorsi.
“Pesan yang diinginkan tidak sampai. Maka museum harus bersinergi dengan semua stakeholders. Biasanya, pemangku kepentingan akan senang hati kalau museum membutuhkan mereka,” kata Irna dalam diskusi yang berlangsung di Jakarta tersebut, Kamis (12/11).
Koordinator Bidang Program Publik, Museum Listrik dan Energi Baru Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Adang Suryadana menyampaikan bahwa praktik baik museum yang proaktif dan memanfaatkan teknologi digital dilakukan oleh Museum Listrik dan Energi Baru. Adang mengatakan, ia dan tim mempelajari apa saja yang relevan tentang listrik dari pelajaran di SD, SMP, dan SMA. “Kami menampilkan apa yang dipelajari dan dibutuhkan anak-anak di sekolah, dan kita desain menarik agar siswa antusias,” ujar Adang.
Adang menjelaskan, pihaknya melakukan promosi kepada kepala sekolah agar konten Museum Listrik disebarkan pada ponsel anak-anak. Selain itu, ia juga konten yang berguna dan menarik untuk guru seperti tips komunikasi dan membuat presentasi digital. Di dalamnya ada lomba mewarnai juga sehingga orangtua menyambut baik kegiatan ini. “Ini namanya Museum Goes to School. Dengan modal kamera dan kuota yang tidak terlalu mahal, sebenarnya museum bisa berkreasi untuk menarik minat,” jelasnya.
Sepakat dengan pernyataan sebelumnya, Kepala Museum Kebangkitan Nasional, Agus Nugroho mengatakan, ia juga telah memanfaatkan teknologi digital untuk virtual tour. “Ini diapresiasi masyarakat,” imbuhnya.
Berikutnya, Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMIDA), DKI Jakarta, Yiyok Herlambang mengulas kondisi museum di Jakarta. Dijelaskan Yiyok, komunikasi selama masa pandemi tetap berjalan secara dalam jaringan (daring). Ada 81 museum di Jakarta yang terlibat dalam musyawarah bersama pemerintah dan masyarakat.
“Kami juga konsultasi ke beberapa kampus dan berinovasi aktif dengan pameran virtual, misalnya pada Hari Museum Indonesia ke-5 pada 12 Oktober lalu. Diskusi, webinar, dan pameran daring tetap kami lakukan. Ini menjaga harapan dan museum-museum tetap aktif,” tutur Yiyok.
Kepala Museum Nasional, Siswanto juga sepakat dengan penuturan Yiyok. Museum Nasional terus melakukan sosialisasi, utamanya menyasar ke sekolah-sekolah. Siswanto menyampaikan bahwa banyak murid yang mengungkapkan kerinduannya berkunjung ke museum.
“Maka tantangan ini kami jawab. Apalagi di Museum Nasional sekarang sedang pameran benda-benda legendaris dan bersejarah Pangeran Diponegoro yang baru dikembalikan Belanda,” jelas Siswanto.
Namun begitu, ia mengakui pihaknya butuh bantuan dalam pembuatan konten digital. “Jujur, kami kekurangan SDM. Kami punya materi, tapi membuat konten itu agak lama. Kami harap generasi milenial mau berkolaborasi dengan tetap menaati aturan,” tambah Siswanto.
Kepala Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Harry Trisatya Wahyu mengakui pihaknya memanfaatkan augmented reality dan komik digital sebagai bentuk inovasi. “Kami tidak tinggal diam, langsung beradaptasi. Kita membuat seminar dan tur virtual, apalagi sekarang ada Zoom, YouTube, dan media sosial. Kalau ada yang mau tur virtual juga kita buat syaratnya mudah. Tinggal mengirim surat permohonan secara online, nanti dibuatkan jadwal sesi pemanduannya, bisa untuk sekolah dan umum,” pungkas Harry. (Denty A./Aline R.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3601 kali
Editor :
Dilihat 3601 kali