Kemendikbud Libatkan Influencer Muda Kenalkan Masyarakat tentang Pendidikan Vokasi 27 Januari 2021 ← Back
Jakarta, Kemendikbud -- Dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang pendidikan vokasi, Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) melibatkan influencer muda dalam webinar peringatan Dies Natalies ke-1 Ditjen Diksi. Selain untuk memperkenalkan keberadaan, tugas, fungsi, program, dan kegiatan Ditjen Diksi, Dirjen Diksi Kemendikbud, Wikan Sakarinto berharap, acara ini dapat menambah wawasan generasi muda dalam mengidentifikasi bakat dan minatnya.
“(Semoga) para peserta didik mendapat inspirasi dalam menentukan jalur pendidikannya dengan tepat guna meraih kesuksesan karirnya,” ujar Wikan Sakarinto secara virtual di Jakarta, Minggu (24/1). Adapun narasumber yang terlibat dalam acara ini adalah content creator Indonesia, Gita Savitri; pilot dan content creator, Vincent Raditya; serta voice over talent, Bimo Kusumo Yudo.
Lebih lanjut, Dirjen Diksi menjelaskan ada tiga poin penting yang perlu dipahami terkait pendidikan vokasi. Pertama, pendidikan vokasi merupakan ilmu terapan. Kedua, pendidikan vokasi cenderung lebih spesifik daripada pendidikan akademik. Ketiga, perkembangan keilmuan pada pendidikan vokasi harus relevan atau cocok (match) dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Wikan mengatakan, tujuan dari seluruh kebijakan Diksi adalah tercapainya ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan DUDI. “Dengan duduk bersama industri dan menanyakan mau bikin apa, kurikulum akan disusun bersama. Ibarat resep makanan, dimasak bersama. Jadi guru atau dosen vokasi dan praktisi industri mengajar bersama,” terang Wikan.
Ia menambahkan, kebijakan ini diharapkan menjadi sebuah terobosan untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan siap untuk masuk dalam DUDI. “Kurikulum yang diterapkan juga harus sangat sesuai (sinkron) dengan industri dan dunia kerja,” lanjutnya.
Menanggapi pernyataan Dirjen Diksi, Gita Savitri menilai hal tersebut sangat baik untuk kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. Dengan adanya program link and match, membuat para lulusan dapat bersaing hingga ke jenjang internasional.
“Jelas sekali dari SMK udah ada link and match dan bimbingan tidak hanya dari guru-guru, tetapi juga ada dari pihak industri. Kita juga sudah membincangkan bahwa pelatih dan guru akan diadakan studi banding, sehingga nanti tidak hanya hard skill saja diperhatikan, namun soft skill juga dilihat,” jelas Gita.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan pendidikan vokasi mencakup tiga hal, yaitu hard skill, soft skill, dan karakter. “Tiga poin inilah yang akan kita dorong, kurikulum di vokasi akan kita rombak sehingga menghasilkan para lulusan yang berkompetensi,” tegas Wikan.
Mengomentari hal itu, Bimo dan Vincent mengatakan bahwa kompetensi public speaking yang dianggap sangat penting untuk dikembangkan saat ini. Menurut mereka, ilmu tersebut menjadi salah satu kompetensi yang dibutuhkan di dunia industri. “Contohnya saat pesawat yang dikemudikan mengalami gangguan, saya harus menyampaikan kepada penumpang dengan tenang dan cara yang benar agar tidak menimbulkan kepanikan,” jelas Vincent. * (Ammar G./Denty A./Aline R.)
Sumber :
“(Semoga) para peserta didik mendapat inspirasi dalam menentukan jalur pendidikannya dengan tepat guna meraih kesuksesan karirnya,” ujar Wikan Sakarinto secara virtual di Jakarta, Minggu (24/1). Adapun narasumber yang terlibat dalam acara ini adalah content creator Indonesia, Gita Savitri; pilot dan content creator, Vincent Raditya; serta voice over talent, Bimo Kusumo Yudo.
Lebih lanjut, Dirjen Diksi menjelaskan ada tiga poin penting yang perlu dipahami terkait pendidikan vokasi. Pertama, pendidikan vokasi merupakan ilmu terapan. Kedua, pendidikan vokasi cenderung lebih spesifik daripada pendidikan akademik. Ketiga, perkembangan keilmuan pada pendidikan vokasi harus relevan atau cocok (match) dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
Wikan mengatakan, tujuan dari seluruh kebijakan Diksi adalah tercapainya ‘pernikahan’ antara pendidikan vokasi dengan DUDI. “Dengan duduk bersama industri dan menanyakan mau bikin apa, kurikulum akan disusun bersama. Ibarat resep makanan, dimasak bersama. Jadi guru atau dosen vokasi dan praktisi industri mengajar bersama,” terang Wikan.
Ia menambahkan, kebijakan ini diharapkan menjadi sebuah terobosan untuk menciptakan SDM yang berkualitas dan siap untuk masuk dalam DUDI. “Kurikulum yang diterapkan juga harus sangat sesuai (sinkron) dengan industri dan dunia kerja,” lanjutnya.
Menanggapi pernyataan Dirjen Diksi, Gita Savitri menilai hal tersebut sangat baik untuk kemajuan pendidikan vokasi di Indonesia. Dengan adanya program link and match, membuat para lulusan dapat bersaing hingga ke jenjang internasional.
“Jelas sekali dari SMK udah ada link and match dan bimbingan tidak hanya dari guru-guru, tetapi juga ada dari pihak industri. Kita juga sudah membincangkan bahwa pelatih dan guru akan diadakan studi banding, sehingga nanti tidak hanya hard skill saja diperhatikan, namun soft skill juga dilihat,” jelas Gita.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh para lulusan pendidikan vokasi mencakup tiga hal, yaitu hard skill, soft skill, dan karakter. “Tiga poin inilah yang akan kita dorong, kurikulum di vokasi akan kita rombak sehingga menghasilkan para lulusan yang berkompetensi,” tegas Wikan.
Mengomentari hal itu, Bimo dan Vincent mengatakan bahwa kompetensi public speaking yang dianggap sangat penting untuk dikembangkan saat ini. Menurut mereka, ilmu tersebut menjadi salah satu kompetensi yang dibutuhkan di dunia industri. “Contohnya saat pesawat yang dikemudikan mengalami gangguan, saya harus menyampaikan kepada penumpang dengan tenang dan cara yang benar agar tidak menimbulkan kepanikan,” jelas Vincent. * (Ammar G./Denty A./Aline R.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3952 kali
Editor :
Dilihat 3952 kali