Dukung Merdeka Belajar, SEAQIL Luncurkan Klub Literasi Sekolah 24 Februari 2021 ← Back
Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL), di bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan program Klub Literasi Sekolah (KLS) pada Kamis (18/02). KLS merupakan terobosan yang digagas oleh SEAQIL dalam mendukung kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka, khususnya dalam pemajuan literasi di Indonesia melalui sinergi antara Kemendikbud, perguruan tinggi, dinas pendidikan provinsi, Perpustakaan Nasional, sekolah, pegiat literasi, media massa, dan intitusi lain yang relevan dengan KLS.
Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ainun Na’im mendukung KLS yang sinergis dengan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. “Konsep, strategi, dan program Merdeka Belajar butuh sinergi semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat, salah satunya melalui KLS. Ini upaya yang patut dihargai,“ ujar Ainun pada peluncuran KLS secara daring (18/2).
Direktur SEAQIL Luh Anik Mayani menyatakan, KLS melibatkan 307 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi yang akan mendampingi siswa-siswi sekolah menengah/sederajat yang berada di bawah naungan dinas pendidikan di 12 provinsi di Indonesia.
“KLS merupakan wadah bagi siswa untuk berekspresi dan mengaktualisasi penggunaan bahasa asing dalam konteks kehidupan nyata. KLS juga dapat menjadi alternatif bagi sekolah maupun siswa dalam menunjang kegiatan ekstrakurikuler alternatif siswa selama pandemi Covid-19,“ ujar Anik.
SEAQIL telah bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Al Azhar Indonesia, dan universitas lainnya untuk menyelenggarakan KLS.
Secara detail, KLS diharapkan dapat mengintegrasikan tercapainya beberapa tujuan, yaitu: meningkatkan budaya literasi baca-tulis/tutur siswa, meningkatkan kemampuan 4C siswa yang dituntut pada abad ke-21, (berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif), mengasah kemampuan siswa berbahasa asing, mendukung Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, serta memperluas jejaring kemitraan.
“KLS akan dilaksanakan dalam satu siklus yang berdurasi tiga bulan. Siswa anggota KLS akan didampingi guru dan mahasiswa dalam melakukan berbagai aktivitas literasi, seperti membaca satu buku atau menghasilkan suatu karya dengan tema tertentu yang dapat berupa karya sastra, pertunjukan seni, karya jurnalistik, poster, dan karya relevan lainnya,“ jelas Anik. Ia berharap, melalui program ini, sekolah akan berperan aktif dalam membentuk KLS.
“Selain itu, diharapkan komunitas literasi dan media massa akan berperan aktif dalam melatih mahasiswa menjadi instruktur/pendamping KLS. Perguruan tinggi dan mahasiswa juga dapat berperan aktif menjadi pendamping/instruktur KLS, dan siswa tentu akan berperan aktif dalam meningkatkan minat dan literasi baca-tulis mereka,“ tambah Anik yang memastikan SEAQIL akan berperan aktif menjadi koordinator dan fasilitator kegiatan KLS.
Dalam implementasinya, KLS akan melibatkan mahasiswa sebagai pendamping. Setelah melalui proses seleksi dan mekanisme pelaksanaan pelatihan bagi pelatih, SEAQIL meluluskan 307 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi sebagai mahasiswa pendamping KLS, penggerak literasi di sekolah.
Sebagai informasi, sekolah yang telah terdaftar dan siap melaksanakan KLS berjumlah 69 sekolah menengah/ sederajat yang berada di bawah naungan dinas pendidikan di 12 provinsi di Indonesia, yaitu: Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Lebih lanjut, KLS mendapatkan sambutan hangat dari Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. H.M. Solehuddin. “KLS sangat penting dan besar dampaknya bagi kemajuan bangsa, khususnya terkait pengembangan SDM. KLS perlu didukung karena KLS merupakan salah satu upaya Merdeka Belajar, dan harapannya juga bisa bersinergi dengan Kampus Merdeka, yaitu melibatkan civitas akademika, khususnya mahasiswa sebagai pendamping/ penggerak KLS,” tutur Solehuddin.
Melalui KLS, tema abstrak literasi, kecakapan abad ke-21, dan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka terealisasi dalam sebuah kegiatan konkret berbasis karya melalui pelibatan berbagai pemangku kepentingan, yaitu sekolah, guru, siswa, mahasiswa, komunitas literasi, media massa, dan lain-lain.
“SEAQIL mengajak semua pihak untuk senantiasa bergandeng tangan meningkatkan kualitas pedidikan Indonesia melalui pemajuan literasi menuju Indonesia Emas 2045.” Tutup Anik.
Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL), adalah organisasi regional Asia Tenggara yang berpusat mengembangkan kualitas guru bahasa di Asia Tenggara. (SEAQIL)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
#kampusmerdeka
#klubliterasisekolah
Sumber :
Pelaksana Tugas (Plt.) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Ainun Na’im mendukung KLS yang sinergis dengan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka. “Konsep, strategi, dan program Merdeka Belajar butuh sinergi semua pihak, baik pemerintah dan masyarakat, salah satunya melalui KLS. Ini upaya yang patut dihargai,“ ujar Ainun pada peluncuran KLS secara daring (18/2).
Direktur SEAQIL Luh Anik Mayani menyatakan, KLS melibatkan 307 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi yang akan mendampingi siswa-siswi sekolah menengah/sederajat yang berada di bawah naungan dinas pendidikan di 12 provinsi di Indonesia.
“KLS merupakan wadah bagi siswa untuk berekspresi dan mengaktualisasi penggunaan bahasa asing dalam konteks kehidupan nyata. KLS juga dapat menjadi alternatif bagi sekolah maupun siswa dalam menunjang kegiatan ekstrakurikuler alternatif siswa selama pandemi Covid-19,“ ujar Anik.
SEAQIL telah bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Semarang, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Al Azhar Indonesia, dan universitas lainnya untuk menyelenggarakan KLS.
Secara detail, KLS diharapkan dapat mengintegrasikan tercapainya beberapa tujuan, yaitu: meningkatkan budaya literasi baca-tulis/tutur siswa, meningkatkan kemampuan 4C siswa yang dituntut pada abad ke-21, (berpikir kritis, kolaboratif, kreatif, dan komunikatif), mengasah kemampuan siswa berbahasa asing, mendukung Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, serta memperluas jejaring kemitraan.
“KLS akan dilaksanakan dalam satu siklus yang berdurasi tiga bulan. Siswa anggota KLS akan didampingi guru dan mahasiswa dalam melakukan berbagai aktivitas literasi, seperti membaca satu buku atau menghasilkan suatu karya dengan tema tertentu yang dapat berupa karya sastra, pertunjukan seni, karya jurnalistik, poster, dan karya relevan lainnya,“ jelas Anik. Ia berharap, melalui program ini, sekolah akan berperan aktif dalam membentuk KLS.
“Selain itu, diharapkan komunitas literasi dan media massa akan berperan aktif dalam melatih mahasiswa menjadi instruktur/pendamping KLS. Perguruan tinggi dan mahasiswa juga dapat berperan aktif menjadi pendamping/instruktur KLS, dan siswa tentu akan berperan aktif dalam meningkatkan minat dan literasi baca-tulis mereka,“ tambah Anik yang memastikan SEAQIL akan berperan aktif menjadi koordinator dan fasilitator kegiatan KLS.
Dalam implementasinya, KLS akan melibatkan mahasiswa sebagai pendamping. Setelah melalui proses seleksi dan mekanisme pelaksanaan pelatihan bagi pelatih, SEAQIL meluluskan 307 mahasiswa dari 18 perguruan tinggi sebagai mahasiswa pendamping KLS, penggerak literasi di sekolah.
Sebagai informasi, sekolah yang telah terdaftar dan siap melaksanakan KLS berjumlah 69 sekolah menengah/ sederajat yang berada di bawah naungan dinas pendidikan di 12 provinsi di Indonesia, yaitu: Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Timur.
Lebih lanjut, KLS mendapatkan sambutan hangat dari Rektor Universitas Pendidikan Indonesia, Prof. H.M. Solehuddin. “KLS sangat penting dan besar dampaknya bagi kemajuan bangsa, khususnya terkait pengembangan SDM. KLS perlu didukung karena KLS merupakan salah satu upaya Merdeka Belajar, dan harapannya juga bisa bersinergi dengan Kampus Merdeka, yaitu melibatkan civitas akademika, khususnya mahasiswa sebagai pendamping/ penggerak KLS,” tutur Solehuddin.
Melalui KLS, tema abstrak literasi, kecakapan abad ke-21, dan kebijakan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka terealisasi dalam sebuah kegiatan konkret berbasis karya melalui pelibatan berbagai pemangku kepentingan, yaitu sekolah, guru, siswa, mahasiswa, komunitas literasi, media massa, dan lain-lain.
“SEAQIL mengajak semua pihak untuk senantiasa bergandeng tangan meningkatkan kualitas pedidikan Indonesia melalui pemajuan literasi menuju Indonesia Emas 2045.” Tutup Anik.
Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Regional Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel (QITEP) in Language (SEAQIL), adalah organisasi regional Asia Tenggara yang berpusat mengembangkan kualitas guru bahasa di Asia Tenggara. (SEAQIL)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
#kampusmerdeka
#klubliterasisekolah
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4672 kali
Editor :
Dilihat 4672 kali