Dikti Jajaki Kolaborasi dengan P.T. Pindad dan P.T. Biofarma  02 Maret 2021  ← Back

Bandung – Era disrupsi akan menyebabkan 23 juta pekerjaan hilang karena tergantikan oleh mesin, robot, dan sistem automasi. Namun, lahirnya pekerjaan baru di era tersebut jauh lebih banyak, yaitu sekitar 46 juta pekerjaan baru. Hal tersebut di sampaikan oleh Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam saat kunjungan ke P.T. Pindad dan P.T. Biofarma di Bandung (01/03/2021).

Kegiatan kunjungan ke industri tersebut sebagai upaya menjalin sinergitas pentahelix dalam upaya menciptakan kolaborasi untuk membangun akselerasi ekosistem reka cipta di Indonesia agar dapat bersinergi dan berkolaborasi dalam mewujudkan kedaulatan teknologi dalam negeri.

Sampai saat ini, Indonesia masih mengandalkan negara lain untuk mengimpor barang-barang, hasil pertanian, alat-alat kesehatan. Sebagai contoh, lisensi dari industri yaitu mencapai 90 persen masih merupakan lisensi asing, bahan baku industri 70 persen masih mengandalkan produk impor. Sementara itu, kekayaan dalam negeri masih ekstraktif dan belum memiliki daya tambah yang seharusnya. Nizam mengatakan perlu dibangun kolaborasi dan sinergitas antara perguruan tinggi dan industri untuk meningkatkan kedaulatan teknologi dalam negeri serta membangun ekonomi dalam negeri berbasis pada inovasi.

“Sudah seharusnya Indonesia yang saat ini sudah masuk ke negara kelas menengah ke atas dapat melompat maju dan membangun ekonomi berbasis pada inovasi dan inovasi tidak harus dilakukan oleh setiap industri, tapi dapat dilakukan dengan kolaborasi”, ujar Nizam.

Sekitar 4.700 perguruan tinggi di Indonesia memiliki ratusan ribu dosen yang memiliki tugas untuk melakukan penelitian. Namun, saat ini hasil penelitian tersebut belum dapat bermanfaat secara optimal dirasakan oleh masyarakat karena selalu terhenti menjadi sebuah dokumen yang tersimpan atau hanya sebatas purwarupa saja. Nizam mengatakan dengan dibangunnya sinergitas antara industri dan perguruan tinggi diharapkan akan mewujudkan kedaulatan bangsa dengan teknologi dan inovasi dalam membangun perekonomian ke depan.

Nizam menegaskan bahwa era digital menjadi sebuah tantangan bagi perguruan tinggi untuk menyiapkan talenta-talenta mahasiswa yang adaptif, fleksibel, dan lebih siap untuk memasuki dunia kerjas di seluruh sektor.

Transfomasi di era digitalisasi membawa lompatan-lompatan dalam aspek perekonomian Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan Indonesia yang menempati posisi kelima sebagai tempat lahirnya unicorn dan decacorn terbesar di Asia Tenggara hasil dari kreativitas anak bangsa. “Adanya kemajuan teknologi digital yang dikawinkan dengan kearifan lokal menghasilkan produk inovasi raksasa”, ungkap Nizam.

Potensi yang dimiliki oleh anak bangsa menjadi satu kekuatan yang di miliki oleh Indonesia sehingga dapat bersaing secara global. Dengan kreativitas yang tinggi dan kearifan budaya yang di miliki oleh Indonesia sehingga dapat menghasilkan karya inovasi yang berdaya saing tinggi. Nizam mengatakan bahwa jumlah start up yang dihasilkan oleh kreativitas anak bangsa menjadi salah satu yang terbesar di dunia, dan bersaing jumlahnya dengan negara Jerman, Prancis, Australia, dan negara-negara di Asia.

“Indonesia menjadi salah satu negara yang paling aktif dan unggul dalam memanfaatkan potensi digital”, ujarnya.

Dengan adanya berbagai kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia akan disayangkan apabila berbagai pemangku kepentingan tidak dapat mengoptimalkan kesempatan tersebut untuk membangun perekonomian dan kedaulatan negara. Menurut Nizam, jangan sampai ada mata rantai yang putus yang menghubungkan antara perguruan tinggi dengan perkembangan dunia usaha dan dunia industri.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Dikti berupaya untuk ‘mengawinkan’ antara perguruan tinggi dan dunia industri untuk dapat menghasilkan inovasi – inovasi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri sehingga mata rantai yang menghubungkan antara perguruan tinggi dan dunia usaha dan dunia industri tetap kuat terjaga.

Nizam mengungkapkan bahwa salah satu upaya dalam mengawinkan perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri yaitu dengan melibatkan mahasiswa untuk magang sehingga mahasiswa dapat mendalami dan merasakan secara langsung bekerja di dunia profesi, sekaligus membawa permasalahan dari dunia usaha dan dunia industri untuk masuk kedalam penelitian-penelitian di perguruan tinggi.

"Masuknya problem industri ke dalam penelitian-penelitian di perguruan tinggi akan membangun sinergi dan keselarasan antara dunia perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri, karena pembangunan perekonomian kedepan tidak bisa tidak harus berdasarkan pada inovasi", lanjut Nizam.

Saat ini, Ditjen Dikti memberikan kebijakan untuk perguruan tinggi penghadirkan kelas-kelas perkuliahan yang lebih fleksibel dan adaptif. Mahasiswa diberi keleluasaan untuk memilih mata kuiah di luar program studinya selama satu semester dan dapat mencari pengalaman profesi secara profesional di dunia usaha dan dunia industri selama dua semester.

“Diharapkan industri dapat menjadi tempat untuk mengasah dan menggembleng para mahasiswa menjadi professional-profesional yang handal”, ungkap Nizam.

Berdasarkan hal tersebut, lanjut Nizam, Ditjen Dikti berupaya menciptakan eskosistem kolaborasi dalam menghasikan inovasi, sehingga sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri dapat terakselerasi, salah satunya dengan pendanaan. Pendanaan tersebut di antaranya yaitu, pertama, insentif bagi perguruan tinggi berdasarkan indikator kinerja utama. Kedua, matching fund yang merupakan dana pendamping untuk perguruan tinggi yang telah menjalin kolaborasi dengan industri. Ketiga, Program Kompetisi Kampus Merdeka yang merupakan pendanaan untuk mengakselerasi transformasi kampus dengan pembelajaran 4.0. Keempat Program Kampus Merdeka yang ditujukan kepada mahasiswa dan dosen untuk dapat magang di industri, memberikan pelatihan dan pendampingan kepada mahasiswa oleh profesional.

Untuk membangun sinergi antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri diperlukan kolaborasi pentahelix/hexahelix, dengan melibatkan akademisi, industri, komunitas, perbankan (finance), pemerintah, dan media. Nizam mengatakan diperlukan sprintone (berlari cepat) untuk mengejar ketertinggalan dengan daya tahan yang panjang, daya tahan yang panjang yang diperoleh dari kolaborasi dari setiap aspek pentahelix/hexahelix.

Ditjen Dikti membangun platform Kedaireka sebagai salah satu ruang virtual untuk memfasilitasi pertemuan antara perguruan tinggi dengan mitra industri dan orientasi pemanfaatan inovasi oleh masyarakat. Dalam platform tersebut akan diketahui berbagai permasalahan dan kebutuhan dari setiap industri karena terdapat dialog antara dunia usaha dan dunia industri dengan perguruan tinggi. “Dalam platform Kedaireka akan terakselerasi praktik keilmuan dari kampus di dunia usaha dan dunia industri serta terakselerasi hilirisasi produk penelitian dari kampus”, kata Nizam.

“Kedaireka akan menjadi biro jodoh antara perguruan tinggi dengan dunia usaha dan dunia industri, dan apabila terjadi kecocokan, pemerintah akan datang untung membiayai ‘biaya pernikahannya’”, lanjut Nizam memberikan analogi.

Dalam kegiatan kunjungan industri tersebut Nizam didampingi oleh Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah IV, Uman Suherman, dan Tim Akselerasi Reka Cipta Ditjen Dikti. Kunjungan ke P.T. Pindad dihadiri oleh Direktur Keuangan dan Administrasi P.T. Pindad (Persero), Wildan Arief beserta jajaran dan kunjungan ke P.T. Biofarma dihadiri oleh Direktur Pemasaran, Penelitian, dan Pengembangan, Sri Harsi Teteki, Direktur Perencanaan dan Pengembangan, Adriansjah Azhar, beserta jajaran.

Wildan Arief mengatakan, program yang disediakan oleh Ditjen Dikti melalui platform Kedaireka akan memberikan peluang bagi P.T. Pindad untuk melakukan kolaborasi dengan industri lain dan beberapa perguruan tinggi sesuai dengan keunggulan–keunggulan spesifik yang dimiliki oleh perguruan tinggi, serta memberikan peluang untuk menghasilkan produk–produk nonbenda, seperti produk sosial atau rancangan/desain.

Vice President Capital dan Pengembangan Organisasi P.T. Pindad, Kaka Rohana menyampaikan bahwa P.T. Pindad menerapkan “win win solution”, memastikan bahwa mahasiswa magang dapat belajar mendapatkan pengalaman dan meningkatkan kemampuannya dari P.T. Pindad, serta memastikan P.T. Pindad juga mendapatkan keuntungan dari program mahasiswa magang. “Saya berharap Kedaireka dapat mengakselerasi proses yang terjadi dalam program mahasiswa magang di masa pandemi seperti saat ini”, ujarnya.

Sri Harsi Teteki menyampaikan, saat ini masih terdapat penelitian–penelitian atau harapan-harapan dari perguruan tinggi yang tidak selaras dengan perkembangan di industri.  “Biofarma berkontribusi untuk produk polymerase chain reaction (PCR), produk awal kami menggandeng start up, harapannya ke depan juga terus berkolaborasi dari perguruan tinggi”, tutur Sri Harsi. Menurutnya antara Kemendikbud, industri, peneliti, dan lainnya perlu bersinergi sehingga akan menghasilkan produk–produk yang memiliki kualitas yang baik.

Sinergi antara semua pemangku kepentingan memang sangat diperlukan dalam mengatasi berbagai permasalahan yang kompleks terjadi di dunia, khususnya di Indonesia, salah satunya dengan melakukan hilirisasi hasil penelitian yang telah dilakukan oleh inovator perguruan tinggi dan program dari industri menghulu, sehingga agenda riset di perguruan tinggi dapat menjawab permasalahan-permasalahan di hilir, baik itu permasalahan dalam bahan baku di industri, meningkatkan kinerja industri, pengembangan, dan penggunaan teknologi di industri 4.0, serta menciptakan sistem industri yang lebih efisien. Diharapkan dengan adanya kolaborasi tersebut dapat membuat riset – riset yang berada di perguruan tinggi menjawab secara konkrit permasalahan di hilir. (YH/DZI/FH/DH/NH/AK)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3560 kali