Mendikbud Dorong Peran Aktif Guru Perempuan dalam Menggaungkan Kesetaraan Gender 17 Maret 2021 ← Back
Jakarta, 16 Maret 2021— Dalam rangka meyambut Hari Perempuan Internasional, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Publicis Communications Singapore menggelar Webinar bertajuk “The Power of Unreasonable Women” pada Senin, (15/03/2021). Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim mendorong adanya peran aktif guru perempuan dalam menggaungkan kesetaraan gender.
Mendikbud melanjutkan salah satu elemen yang turut memiliki peranan penting dalam menggaungkan kesetaraan gender adalah guru. Terlebih lagi, lanjut Mendikbud banyak guru perempuan yang ada pada institusi pendidikan sehingga keberadaan mereka yang kuat dan berani dinilai sebagi cara yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri para peserta didik perempuan.
“Ketika seorang anak memiliki sosok guru perempuan yang kuat maka secara tidak langsung hal itu dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, kita tidak bisa membuat buku tentang kesetaraan gender, yang diperlukan adalah role model,” ujar Mendikbud.
Menurutnya, tugas pemerintah bukan sekadar menyelesaikan penyusunan bahan ajar tentang kesetaraan gender. Lebih dari itu, harus ada perubahan budaya dalam sistem pendidikan dengan menjadikan guru sebagai sosok teladan (role model). “Contohnya bagaimana Anda harapkan untuk membuat anak-anak yang inovatif kalau gurunya sendiri tidak inovatif,” ujarnya.
Mendikbud menambahkan bahwa kurikulum kesetaraan gender hanya merupakan salah satu elemen dalam transformasi pendidikan. “Pastinya, masih ada elemen-elemen lain yang juga penting, misalnya tentang pengembangan mentor itu sendiri, yaitu guru dan juga kepala sekolah,” ungkap Mendikbud.
Dalam dunia korporasi, pemerintah berharap untuk mempunyai pekerja yang kreatif dan berpikir di “luar kotak”. Hal ini akan sulit didapatkan apabila pembimbingnya juga tidak melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Mendikbud menggarisbawahi nilai keteladanan yang menjadi penentu efektivitas perubahan, baik di lingkup korporat maupun satuan pendidikan.
“Ini semuanya tentang bagaimana orang dewasa di ruangan tersebut menunjukkan apa batasan-batasan dari imajinasi yang dimiliki oleh perempuan,” imbuhnya.
Terkait tema yang diangkat pada webinar ini, Mendikbud mengutarakan dirinya sangat mendukung tema yang diangkat dan berharap anak-anaknya menjadi perempuan sesuai dengan tema yang diangkat. “Saya suka judul seminar ini dan saya rasa kita perlu mengubah pandangan dunia tentang kesetaraan dan saya benar-benar berharap bahwa anak-anak perempuan saya bisa menjadi unreasonable women,” ujarnya.
Menurutnya, sering kali perempuan-perempuan yang paling punya kapasitas, diberi label perempuan yang tidak masuk akal (unreasonable). Padahal untuk sebagian laki-laki, kepemimpinan perempuan menunjukkan sebuah kekuatan. “Jadi ini adalah diafragma yang berbeda dan juga dalam hal profesional di seluruh dunia, keadaan ini memang sedang berubah, dan menurut saya kita harus mengubahnya dengan lebih cepat,” tekan Mendikbud.
Sementara itu, CEO Publicis Communications Singapore, Lou DeLa Pena menjelaskan tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi saat ini. “Pada generasi saya dan generasi sebelumnya ketika mereka bercerita tentang ambisi perempuan, maka itu dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan agresif,” ungkap Lou.
Lou mengatakan sampai hari ini masih banyak perempuan yang memilih untuk diam karena mereka tidak nyaman untuk membicarakan ambisi dan pencapaian yang mereka punya. “Saya menjadi mentor selama 25 tahun dan melihat semua hal ini membuat anak perempuan tidak percaya diri,” ungkap Lau.
Berdasarkan data dari Asian Economic Forum, Lou menambahkan bahwa butuh waktu 100 tahun untuk menutup jarak (gap) antar kesetaraan gender di Asia Pasifik. “Jadi, saya ingin memberikan fakta bahwa kita perlu membicarakan ini karena kita di dunia yang penuh kesetaraan atau dunia yang lebih kaya kalau kita tidak mendorong anak perempuan kita untuk menjadi lebih ambisius,” terang Lou. (Irene/Denty/Dennis)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
Sumber :
Mendikbud melanjutkan salah satu elemen yang turut memiliki peranan penting dalam menggaungkan kesetaraan gender adalah guru. Terlebih lagi, lanjut Mendikbud banyak guru perempuan yang ada pada institusi pendidikan sehingga keberadaan mereka yang kuat dan berani dinilai sebagi cara yang efektif untuk meningkatkan rasa percaya diri para peserta didik perempuan.
“Ketika seorang anak memiliki sosok guru perempuan yang kuat maka secara tidak langsung hal itu dapat meningkatkan kepercayaan dirinya. Oleh karena itu, kita tidak bisa membuat buku tentang kesetaraan gender, yang diperlukan adalah role model,” ujar Mendikbud.
Menurutnya, tugas pemerintah bukan sekadar menyelesaikan penyusunan bahan ajar tentang kesetaraan gender. Lebih dari itu, harus ada perubahan budaya dalam sistem pendidikan dengan menjadikan guru sebagai sosok teladan (role model). “Contohnya bagaimana Anda harapkan untuk membuat anak-anak yang inovatif kalau gurunya sendiri tidak inovatif,” ujarnya.
Mendikbud menambahkan bahwa kurikulum kesetaraan gender hanya merupakan salah satu elemen dalam transformasi pendidikan. “Pastinya, masih ada elemen-elemen lain yang juga penting, misalnya tentang pengembangan mentor itu sendiri, yaitu guru dan juga kepala sekolah,” ungkap Mendikbud.
Dalam dunia korporasi, pemerintah berharap untuk mempunyai pekerja yang kreatif dan berpikir di “luar kotak”. Hal ini akan sulit didapatkan apabila pembimbingnya juga tidak melakukan hal tersebut. Oleh karena itu, Mendikbud menggarisbawahi nilai keteladanan yang menjadi penentu efektivitas perubahan, baik di lingkup korporat maupun satuan pendidikan.
“Ini semuanya tentang bagaimana orang dewasa di ruangan tersebut menunjukkan apa batasan-batasan dari imajinasi yang dimiliki oleh perempuan,” imbuhnya.
Terkait tema yang diangkat pada webinar ini, Mendikbud mengutarakan dirinya sangat mendukung tema yang diangkat dan berharap anak-anaknya menjadi perempuan sesuai dengan tema yang diangkat. “Saya suka judul seminar ini dan saya rasa kita perlu mengubah pandangan dunia tentang kesetaraan dan saya benar-benar berharap bahwa anak-anak perempuan saya bisa menjadi unreasonable women,” ujarnya.
Menurutnya, sering kali perempuan-perempuan yang paling punya kapasitas, diberi label perempuan yang tidak masuk akal (unreasonable). Padahal untuk sebagian laki-laki, kepemimpinan perempuan menunjukkan sebuah kekuatan. “Jadi ini adalah diafragma yang berbeda dan juga dalam hal profesional di seluruh dunia, keadaan ini memang sedang berubah, dan menurut saya kita harus mengubahnya dengan lebih cepat,” tekan Mendikbud.
Sementara itu, CEO Publicis Communications Singapore, Lou DeLa Pena menjelaskan tema yang diangkat sangat relevan dengan kondisi saat ini. “Pada generasi saya dan generasi sebelumnya ketika mereka bercerita tentang ambisi perempuan, maka itu dilihat sebagai sesuatu yang negatif dan agresif,” ungkap Lou.
Lou mengatakan sampai hari ini masih banyak perempuan yang memilih untuk diam karena mereka tidak nyaman untuk membicarakan ambisi dan pencapaian yang mereka punya. “Saya menjadi mentor selama 25 tahun dan melihat semua hal ini membuat anak perempuan tidak percaya diri,” ungkap Lau.
Berdasarkan data dari Asian Economic Forum, Lou menambahkan bahwa butuh waktu 100 tahun untuk menutup jarak (gap) antar kesetaraan gender di Asia Pasifik. “Jadi, saya ingin memberikan fakta bahwa kita perlu membicarakan ini karena kita di dunia yang penuh kesetaraan atau dunia yang lebih kaya kalau kita tidak mendorong anak perempuan kita untuk menjadi lebih ambisius,” terang Lou. (Irene/Denty/Dennis)
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#merdekabelajar
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3220 kali
Editor :
Dilihat 3220 kali