Mengenang Kembali Sosok Usmar Ismail 20 Maret 2021 ← Back
Jakarta, 20 Maret 2021 --- Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 25 tahun 1999, setiap tanggal 30 Maret diperingati sebagai Hari Film Nasional (HFN). Tanggal tersebut merupakan tonggak penting perfilman nasional, dimana pada 30 Maret 1950 untuk pertama kalinya sebuah film diproduksi oleh perusahaan Indonesia. Film tersebut berjudul 'Darah dan Doa'.
Sosok penting di balik film 'Darah dan Doa' tersebut adalah sang sutradara, Usmar Ismail. Usmar Ismail adalah pria kelahiran Bukittinggi Sumatera Barat, 100 tahun yang lalu yaitu 20 Maret 1921. Usmar dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia karena karya-karyanya yang melegenda.
Beberapa film produksi Usmar Ismail yang terkenal antara lain Pedjuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956), Tiga Dara (1956), dan Asrama Dara (1958). Beberapa karya Usmar Ismail telah direstorasi dan didigitalisasi oleh Kemendikbud, agar tetap dapat dinikmati oleh masyarakat.
Dikutip dari laman resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, pada 1943, Usmar Ismail bersama kakaknya, El Hakim, dan juga temannya yakni Rosihan Anwar, mendirikan kelompok drama yang diberi nama Maya. Adapun Maya mementaskan berbagai drama dengan teknik teater barat. Dari situlah lahir format teater modern di Indonesia. Selanjutnya, Usmar Ismail memulai kariernya di dunia film sebagai asisten sutradara dalam film Gadis Desa.
Bertepatan dengan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail, Kemendikbud mendukung inisasi para insan perfilman yang menyerukan agar Usmar Ismail mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Usmar Ismail dipandang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional berkat jasa-jasanya dan dedikasinya selama berkarya di bidang perfilman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru, Ahmad Mahendra mengatakan mendukung inisiasi tersebut. “Kita akan teruskan dari masa sebelumnya, kita sudah siap untuk mendukung terhadap usulan tokoh film Indonesia, Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Ahmad Mahendra, pada Jumat (19/03/2021). (Nur Widiyanto)
Sumber :
Sosok penting di balik film 'Darah dan Doa' tersebut adalah sang sutradara, Usmar Ismail. Usmar Ismail adalah pria kelahiran Bukittinggi Sumatera Barat, 100 tahun yang lalu yaitu 20 Maret 1921. Usmar dikenal sebagai bapak perfilman Indonesia karena karya-karyanya yang melegenda.
Beberapa film produksi Usmar Ismail yang terkenal antara lain Pedjuang (1960), Enam Djam di Djogja (1956), Tiga Dara (1956), dan Asrama Dara (1958). Beberapa karya Usmar Ismail telah direstorasi dan didigitalisasi oleh Kemendikbud, agar tetap dapat dinikmati oleh masyarakat.
Dikutip dari laman resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, pada 1943, Usmar Ismail bersama kakaknya, El Hakim, dan juga temannya yakni Rosihan Anwar, mendirikan kelompok drama yang diberi nama Maya. Adapun Maya mementaskan berbagai drama dengan teknik teater barat. Dari situlah lahir format teater modern di Indonesia. Selanjutnya, Usmar Ismail memulai kariernya di dunia film sebagai asisten sutradara dalam film Gadis Desa.
Bertepatan dengan 100 tahun kelahiran Usmar Ismail, Kemendikbud mendukung inisasi para insan perfilman yang menyerukan agar Usmar Ismail mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Usmar Ismail dipandang layak mendapatkan gelar pahlawan nasional berkat jasa-jasanya dan dedikasinya selama berkarya di bidang perfilman.
Direktur Perfilman, Musik, dan Media Baru, Ahmad Mahendra mengatakan mendukung inisiasi tersebut. “Kita akan teruskan dari masa sebelumnya, kita sudah siap untuk mendukung terhadap usulan tokoh film Indonesia, Usmar Ismail sebagai Pahlawan Nasional,” ujar Ahmad Mahendra, pada Jumat (19/03/2021). (Nur Widiyanto)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 700 kali
Editor :
Dilihat 700 kali