Optimalisasi Potensi Seni, Budaya, dan Teknologi di Papua  30 Maret 2021  ← Back

Papua - Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Nizam menilai perlu adanya penguatan di bidang seni, budaya, dan teknologi melalui perguruan tinggi seni dan budaya di Indonesia. Pasalnya, seni dan budaya adalah perekat yang paling universal saat ini dalam membangun masyarakat, bangsa, dan negara secara utuh. Hal tersebut diutarakan Nizam saat kunjungan kerja di Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Tanah Papua, Senin (29/3).

"Tanah Papua memiliki banyak sekali ragam budaya dan potensi yang belum tergali optimal, tidak lupa harus sejalan dengan perkembangan teknologi saat ini.

Kita harus berupaya menunjukan bahwa seni dan budaya juga termasuk masa depan kita yang harus diperhatikan, karena ini yang dinamakan dengan ekonomi kreatif," pungkasnya.

Nizam mencontohkan, salah satu karya seni kita dari suku Asmat berupa ukiran kayu ukuran kecil memiliki nilai jual yang sangat tinggi di luar negeri. Dan itu baru satu wujud karya seni kita yang sangat beragam.

"Bisa dibayangkan bagaimana kalau semua kesenian yang ada di Indonesia kita kelola dengan baik, akan membentuk rajut budaya nusantara, serta dapat memajukan dan menunjukan potensi masyarakat di Papua ke panggung dunia," ujarnya.

Pada hari ketiga kunjungan kerja di Papua, Dirjen Dikti juga menyambangi beberapa perguruan tinggi lain seperti Universitas Musamus, Universitas Negeri Papua, dan Universitas Pendidikan Muhammadiyah. Saat berdiskusi dengan jajaran civitas akademika perguruan tinggi tersebut, Nizam sampaikan saat ini pemerintah sangat serius membangun Indonesia dari Sabang sampai Merauke, baik dalam hal infrastruktur maupun saat ini fokus pada sumber daya manusia. Selain seni, budaya dan teknologi, hal tersebut juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan setiap daerah dan negara.

"Perguruan tinggi adalah ujung dari pendidikan yang akan berperan mengantarkan anak-anak kita menjadi insan dewasa yang produktif membangun daerah, bangsa, dan negara," tuturnya.

Nizam tekankan pula bahwa hal yang penting bagi lulusan perguruan tinggi bukanlah selembar ijazah yang didapatkan, melainkan kompetensi, kemampuan, dan pengalaman untuk bisa produktif juga mempergunakan pengetahuan yang telah dienyam selama masa perkuliahan, untuk kemudian di aktualisasikan dalam berbagai macam lapangan pekerjaan.

"Inilah yang mendorong kita semua untuk mengambil program Kampus Merdeka, yaitu menyiapkan adik-adik mahasiswa sedini mungkin terjun ke dunia profesi yang akan mereka arungi," katanya.

Lebih lanjut Nizam menjelaskan bahwa saat ini telah memasuki era disrupsi, yaitu era revolusi industri ke-4, dimana banyak hal telah tergantikan oleh sistem teknologi cerdas, tidak terlewati juga profesi pekerjaan yang mulai tergerus oleh teknologi.

"Ke depan akan lebih banyak hal yang terdisrupsi, oleh karena itu kita harus menyiapkan anak-anak kita sejak dini," imbuhnya.

Selain itu, melihat semakin berkembangnya teknologi internet, membuat kita menjumpai banyak masyarakat yang tergolong post-truth society (masyarakat pasca kebenaran). Setiap hari kita dibanjiri informasi melalui media sosial, kemampuan kita untuk memilah informasi yang benar dan tidak menjadi tantangan yang besar dalam bernavigasi memahami dan memaknai lingkungan sosial kita.

"Hal ini membuat kita harus memiliki kompetensi atau kecakapan baru dalam bernavigasi di dunia post-truth society," ujarnya.

Nizam pun menekankan peran perguruan tinggi dalam hal-hal tersebut sangatlah penting, dimulai dari menyiapkan dosen-dosen kita untuk bisa melek segala bentuk perkembangan teknologi.
(YH/DZI/FH/DH/NH/SH/MYG)

Humas Ditjen Dikti
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Laman : www.dikti.kemdikbud.go.id
FB Fanpage : @ditjen.dikti
Instagram : @ditjen.dikti
Twitter : @ditjendikti
Youtube : Ditjen Dikti
E-Magz Google Play : G-Magz

#KampusMerdekaIndonesiaJaya
#DiktiSigapMelayani
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 6196 kali