Beasiswa LPDP Makin Inklusif, Ini Testimoni Pemangku Kepentingan dan Penerima Manfaat 24 April 2021 ← Back
Jakarta, 23 April 2021 --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) berkolaborasi untuk memperluas ruang lingkup dan sasaran program-program di bidang pendidikan dan kebudayaan. Perluasan program ini mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan. Mereka adalah mahasiswa, dosen, guru, siswa SMA, serta para pelaku budaya.
“Tidak hanya menambah variasi programnya, kita juga perluas sasarannya ke guru dan tenaga pendidikan, serta pelaku budaya di tanah air,” terang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, yang disampaikan dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode 10: Perluasan Program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), di Jakarta, Kamis (22/4).
Mendikbud menegaskan bahwa semangat kemerdekaan pada LPDP adalah menjadi lebih inklusif dan mendukung berbagai macam program, terlebih dengan adanya prinsip Merdeka Belajar. Dengan adanya Merdeka Belajar, tujuan utama dari semua program transformasi pendidikan di Indonesia pada akhirnya adalah menciptakan profil Pelajar Pancasila.
“Dengan adanya elemen-elemen (Pelajar Pancasila), seperti bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, maka program LPDP pun harus berevolusi untuk memastikan bahwa semakin banyak partisipan dalam program ini,” urai Mendikbud
Antusiasme pemuda daerah tergambar dari pengalaman yang dirasakan Andhika Putra Sudarman. Pemuda asal Tanjung Pinang Kepulauan Riau ini sebelumnya tidak pernah membayangkan dapat berkuliah di salah satu universitas terbaik di dunia, Harvard University. “Berkat LPDP, anak muda Indonesia seperti saya yang sering memiliki mimpi yang redup karena faktor ekonomi (ternyata) dapat berkuliah di luar negeri,” ucapnya haru seraya mengingat momen dirinya terpilih menjadi orang Indonesia pertama yang memberi pidato kelulusan di Harvard Law School, Harvard University.
Tak ketinggalan, Paskalis Kaipman, Alumni Program LPDP tahun 2017, juga menceritakan pengalamannya mendapatkan kesempatan melanjutkan cita-cita ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Amerika Serikat. Awalnya ia tidak menduga bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri, mengingat latar belakang keluarganya tidak mampu secara ekonomi dan finasial. Ditambah lagi, ia juga berasal dari daerah tertinggal, terluar, terdepan (3T) yaitu Kabupaten Boven Digoel yang berbatasan langsung dengan Provinsi Papua dan Papua Nugini. Namun, program LPDP membuat hal tersebut menjadi mungkin.
Kemendikbud terus berkomitmen untuk mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antar daerah yang masih perlu diatasi. Mendikbud lebih lanjut mengungkapkan bahwa ketimpangan itu terjadi dikarenakan distribusi kualitas pendidikan yang kurang merata di sejumlah wilayah, salah satunya mencakup kompetensi pendidik.
Kondisi ini disadari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Kemendikbud, Iwan Syahril, yang menyampaikan perlunya penguatan di segala lini agar guru semakin menguasai kompetensi minimun terkait literasi dan numerasi. “Tapi jangan lupa belajar minimum sampai 2 tahun atau 4 tahun dan itu (sebisa mungkin harus) membawa dampak yang jauh lebih signifikan terhadap yang paling penting yakni hasil belajar siswa,” tekan Iwan.
Pertama Kalinya, Beasiswa LPDP Memiliki Program Khusus untuk Kalangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dirjen GTK menyambut baik perluasan cakupan beasiswa LPDP yang pertama kalinya memiliki program khusus untuk kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan langkah tersebut, Iwan Syahril beserta jajarannya akan berupaya untuk melakukan sosialisasi lebih masif agar semakin banyak pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dapat bergabung.
“Ini merupakan kesempatan yang sangat baik dan pertama untuk mendukung mereka belajar. Ayo kita berlomba-lomba untuk memanfaatkan peluang ini,” imbau Iwan Syahril bersemangat.
Ketua Ikatan Guru LPDP Nasional, Rahmat Putra Yudha, mengakui bahwa LPDP menjadi momen untuk meningkatkan diri maupun pengalaman. Harapannya pengalaman tersebut akan dibawa ke sekolah untuk mengeksekusi ide, membuat suatu pemecahan masalah, dan membuat gerakan dan gebrakan di dunia pendidikan. “Saya mendorong agar beasiswa ini dapat bermanfaat dengan baik dan dapat manfaatnya dirasakan oleh para guru,” ucap Rahmat.
Selanjutnya, Rahmatullah, Tenaga Pendidik dari NTB, juga memiliki harapan dan cita-cita besar terhadap layanan pendidikan di Indonesia. Ia berharap pengetahuan dan pengalaman yang diraih berkat LPDP akan memotivasinya untuk memberikan pelayanan yang maksimal, merata, adil, merdeka, dan berpihak kepada murid serta mampu bersaing secara internasional.
“Mari kita tingkatkan kompetensi diri kita sehingga kita mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik dan bagi negara kita tercinta,” kata Rahmatullah.
Salah satu guru yang terlibat dalam program Kampus Mengajar, Eko Agus Setianto, mengaku senang dan terbantu dengan salah satu program Kampus Merdeka dan beasiswa LPDP. Kampus Mengajar dinilai Eko sangat tepat dalam upaya peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan di satuan pendidikan karena kehadiran mahasiswa program Kampus Mengajar melahirkan kolaborasi bersama rekan-rekan guru sehingga menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan, sekaligus membantu mereka dalam menggunakan media pembelajaran yang lebih variatif.
Sementara itu, peserta Kampus Mengajar, Anggraini Aristaria berkisah bahwa banyak sekali pengalaman yang ia dapatkan. Menurutnya, pengalaman adalah bagian dari pengetahuan yang tidak datang dengan sendirinya tapi harus dicari. “Saya merasakan bagaimana mendampingi siswa yang kebanyakan orang asli Papua. Saya bersama guru-guru maupun teman-teman saya dari berbagai jurusan saling berkolaborasi (mencari) ide untuk menemukan metode pembelajaran terbaik,” jelas Anggarini.
Pada kesempatan ini, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mengapresiasi peluncuran Merdeka Belajar Episode 10: Perluasan Beasiswa LPDP. Ia berharap, kebijakan ini dapat meningkatkan skills dan kompetensi mahasiswa, guru dan dosen agar mampu beradaptasi terhadap perubahan dan standar zaman. “Saya mengucapkan selamat atas peluncuran Merdeka Belajar 10. Teriring harapan agar skills dan kemampuan tersebut dapat memberi kontribusi nyata bagi kehidupan bangsa,” pungkasnya.
Dua Langkah Strategis Ditjen Kebudayaan dalam Mengoptimalisasikan Perluasan Beasiswa LPDP
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Hilmar Farid mengapresiasi program ini karena perluasan cakupan LPDP menunjukkan keberpihakan pada segi inklusivitas. “Program Beasiswa Kebudayaan LPDP tidak ada batasan geografis, dari mana saja bisa, kalau ada prestasinya tentu kesempatannya sama untuk semua,” katanya.
Sebagai bentuk tindak lanjut, Dirjen Hilmar menyebutkan dua langkah strategis yang akan dilakukan jajarannya. Pertama, proaktif mencari calon-calon terbaik di seluruh Indonesia melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Untuk menjamin program berjalan tepat sasaran, Hilmar mengaku telah memiliki pangkalan data pelaku budaya yang mempunyai potensi melanjutkan studi S2 dan S3 di bidang kebudayaan. “Jadi, ini istilahnya jemput bola, tidak hanya menunggu orang mendaftar,” imbuhnya.
Kedua, membantu para pelaku budaya mencari program studi (prodi) dan sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan minatnya. Mengingat, informasi terkait hal ini sangat terbatas khususnya bagi mereka yang lokasinya jauh dari pusat informasi. “Ada sekolah dan prodi yang tepat, tetapi karena informasi tidak sampai kemudian menjadi urung di dalam program,” ungkap Hilmar.
Menyambung pernyataan Hilmar, para pelaku budaya dan seni di Indonesia juga menyetujui betapa pentingnya beasiswa pendidikan tinggi bagi mereka. Eko Supriyanto, salah satu pelaku budaya kenamaan Indonesia, menyatakan bahwa pendidikan tinggi bisa meningkatkan potensi para pelaku seni, serta mampu menjadikan peminatannya sebagai platform riset untuk mengartikulasikan pemahaman teknis seputar tradisi yang selama ini dipahami.
Pelaku budaya ternama lainnya, Nungki Kusumastuti, juga melengkapi bahwa dengan menempuh pendidikan tinggi para pelaku seni dan budaya dan meningkatkan kemampuan seni berbasis budaya, pelaku seni bisa mendokumentasikan karyanya secara ilmiah, sehingga hasil karyanya dapat menjadi wadah untuk berdiskusi. Dengan begitu, kemampuan mereka dalam memaparkan gagasan dan produk secara sistematis, kritis, dan analitis di forum kajian seni akan semakin terasah.
Mengutip puisi R. A Kartini, Mendikbud memberi semangat kepada segenap komponen bangsa untuk terus bermimpi, selama kita dapat bermimpi.
“Semoga program LPDP ini bisa benar-benar melebarkan sayapnya lebih inklusif dan mudah diakses bagi masyarakat kita, dan kita bisa lebih cepat menuju kepada tujuan Merdeka Belajar dan SDM unggul, visi Pak Presiden, Joko Widodo,” tutup Mendikbud.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 137/sipres/A6/IV/2021
“Tidak hanya menambah variasi programnya, kita juga perluas sasarannya ke guru dan tenaga pendidikan, serta pelaku budaya di tanah air,” terang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim, yang disampaikan dalam peluncuran Merdeka Belajar Episode 10: Perluasan Program Beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), di Jakarta, Kamis (22/4).
Mendikbud menegaskan bahwa semangat kemerdekaan pada LPDP adalah menjadi lebih inklusif dan mendukung berbagai macam program, terlebih dengan adanya prinsip Merdeka Belajar. Dengan adanya Merdeka Belajar, tujuan utama dari semua program transformasi pendidikan di Indonesia pada akhirnya adalah menciptakan profil Pelajar Pancasila.
“Dengan adanya elemen-elemen (Pelajar Pancasila), seperti bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, berkebinekaan global, maka program LPDP pun harus berevolusi untuk memastikan bahwa semakin banyak partisipan dalam program ini,” urai Mendikbud
Antusiasme pemuda daerah tergambar dari pengalaman yang dirasakan Andhika Putra Sudarman. Pemuda asal Tanjung Pinang Kepulauan Riau ini sebelumnya tidak pernah membayangkan dapat berkuliah di salah satu universitas terbaik di dunia, Harvard University. “Berkat LPDP, anak muda Indonesia seperti saya yang sering memiliki mimpi yang redup karena faktor ekonomi (ternyata) dapat berkuliah di luar negeri,” ucapnya haru seraya mengingat momen dirinya terpilih menjadi orang Indonesia pertama yang memberi pidato kelulusan di Harvard Law School, Harvard University.
Tak ketinggalan, Paskalis Kaipman, Alumni Program LPDP tahun 2017, juga menceritakan pengalamannya mendapatkan kesempatan melanjutkan cita-cita ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Amerika Serikat. Awalnya ia tidak menduga bisa mendapatkan kesempatan untuk belajar di luar negeri, mengingat latar belakang keluarganya tidak mampu secara ekonomi dan finasial. Ditambah lagi, ia juga berasal dari daerah tertinggal, terluar, terdepan (3T) yaitu Kabupaten Boven Digoel yang berbatasan langsung dengan Provinsi Papua dan Papua Nugini. Namun, program LPDP membuat hal tersebut menjadi mungkin.
Kemendikbud terus berkomitmen untuk mengatasi ketimpangan kualitas pendidikan antar daerah yang masih perlu diatasi. Mendikbud lebih lanjut mengungkapkan bahwa ketimpangan itu terjadi dikarenakan distribusi kualitas pendidikan yang kurang merata di sejumlah wilayah, salah satunya mencakup kompetensi pendidik.
Kondisi ini disadari Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Kemendikbud, Iwan Syahril, yang menyampaikan perlunya penguatan di segala lini agar guru semakin menguasai kompetensi minimun terkait literasi dan numerasi. “Tapi jangan lupa belajar minimum sampai 2 tahun atau 4 tahun dan itu (sebisa mungkin harus) membawa dampak yang jauh lebih signifikan terhadap yang paling penting yakni hasil belajar siswa,” tekan Iwan.
Pertama Kalinya, Beasiswa LPDP Memiliki Program Khusus untuk Kalangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Dirjen GTK menyambut baik perluasan cakupan beasiswa LPDP yang pertama kalinya memiliki program khusus untuk kalangan pendidik dan tenaga kependidikan. Dengan langkah tersebut, Iwan Syahril beserta jajarannya akan berupaya untuk melakukan sosialisasi lebih masif agar semakin banyak pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) dapat bergabung.
“Ini merupakan kesempatan yang sangat baik dan pertama untuk mendukung mereka belajar. Ayo kita berlomba-lomba untuk memanfaatkan peluang ini,” imbau Iwan Syahril bersemangat.
Ketua Ikatan Guru LPDP Nasional, Rahmat Putra Yudha, mengakui bahwa LPDP menjadi momen untuk meningkatkan diri maupun pengalaman. Harapannya pengalaman tersebut akan dibawa ke sekolah untuk mengeksekusi ide, membuat suatu pemecahan masalah, dan membuat gerakan dan gebrakan di dunia pendidikan. “Saya mendorong agar beasiswa ini dapat bermanfaat dengan baik dan dapat manfaatnya dirasakan oleh para guru,” ucap Rahmat.
Selanjutnya, Rahmatullah, Tenaga Pendidik dari NTB, juga memiliki harapan dan cita-cita besar terhadap layanan pendidikan di Indonesia. Ia berharap pengetahuan dan pengalaman yang diraih berkat LPDP akan memotivasinya untuk memberikan pelayanan yang maksimal, merata, adil, merdeka, dan berpihak kepada murid serta mampu bersaing secara internasional.
“Mari kita tingkatkan kompetensi diri kita sehingga kita mampu memberikan pelayanan yang maksimal kepada peserta didik dan bagi negara kita tercinta,” kata Rahmatullah.
Salah satu guru yang terlibat dalam program Kampus Mengajar, Eko Agus Setianto, mengaku senang dan terbantu dengan salah satu program Kampus Merdeka dan beasiswa LPDP. Kampus Mengajar dinilai Eko sangat tepat dalam upaya peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan di satuan pendidikan karena kehadiran mahasiswa program Kampus Mengajar melahirkan kolaborasi bersama rekan-rekan guru sehingga menghasilkan suasana belajar yang menyenangkan, sekaligus membantu mereka dalam menggunakan media pembelajaran yang lebih variatif.
Sementara itu, peserta Kampus Mengajar, Anggraini Aristaria berkisah bahwa banyak sekali pengalaman yang ia dapatkan. Menurutnya, pengalaman adalah bagian dari pengetahuan yang tidak datang dengan sendirinya tapi harus dicari. “Saya merasakan bagaimana mendampingi siswa yang kebanyakan orang asli Papua. Saya bersama guru-guru maupun teman-teman saya dari berbagai jurusan saling berkolaborasi (mencari) ide untuk menemukan metode pembelajaran terbaik,” jelas Anggarini.
Pada kesempatan ini, Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Arif Satria, mengapresiasi peluncuran Merdeka Belajar Episode 10: Perluasan Beasiswa LPDP. Ia berharap, kebijakan ini dapat meningkatkan skills dan kompetensi mahasiswa, guru dan dosen agar mampu beradaptasi terhadap perubahan dan standar zaman. “Saya mengucapkan selamat atas peluncuran Merdeka Belajar 10. Teriring harapan agar skills dan kemampuan tersebut dapat memberi kontribusi nyata bagi kehidupan bangsa,” pungkasnya.
Dua Langkah Strategis Ditjen Kebudayaan dalam Mengoptimalisasikan Perluasan Beasiswa LPDP
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan, Hilmar Farid mengapresiasi program ini karena perluasan cakupan LPDP menunjukkan keberpihakan pada segi inklusivitas. “Program Beasiswa Kebudayaan LPDP tidak ada batasan geografis, dari mana saja bisa, kalau ada prestasinya tentu kesempatannya sama untuk semua,” katanya.
Sebagai bentuk tindak lanjut, Dirjen Hilmar menyebutkan dua langkah strategis yang akan dilakukan jajarannya. Pertama, proaktif mencari calon-calon terbaik di seluruh Indonesia melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) di daerah. Untuk menjamin program berjalan tepat sasaran, Hilmar mengaku telah memiliki pangkalan data pelaku budaya yang mempunyai potensi melanjutkan studi S2 dan S3 di bidang kebudayaan. “Jadi, ini istilahnya jemput bola, tidak hanya menunggu orang mendaftar,” imbuhnya.
Kedua, membantu para pelaku budaya mencari program studi (prodi) dan sekolah yang tepat sesuai dengan kemampuan, keahlian, dan minatnya. Mengingat, informasi terkait hal ini sangat terbatas khususnya bagi mereka yang lokasinya jauh dari pusat informasi. “Ada sekolah dan prodi yang tepat, tetapi karena informasi tidak sampai kemudian menjadi urung di dalam program,” ungkap Hilmar.
Menyambung pernyataan Hilmar, para pelaku budaya dan seni di Indonesia juga menyetujui betapa pentingnya beasiswa pendidikan tinggi bagi mereka. Eko Supriyanto, salah satu pelaku budaya kenamaan Indonesia, menyatakan bahwa pendidikan tinggi bisa meningkatkan potensi para pelaku seni, serta mampu menjadikan peminatannya sebagai platform riset untuk mengartikulasikan pemahaman teknis seputar tradisi yang selama ini dipahami.
Pelaku budaya ternama lainnya, Nungki Kusumastuti, juga melengkapi bahwa dengan menempuh pendidikan tinggi para pelaku seni dan budaya dan meningkatkan kemampuan seni berbasis budaya, pelaku seni bisa mendokumentasikan karyanya secara ilmiah, sehingga hasil karyanya dapat menjadi wadah untuk berdiskusi. Dengan begitu, kemampuan mereka dalam memaparkan gagasan dan produk secara sistematis, kritis, dan analitis di forum kajian seni akan semakin terasah.
Mengutip puisi R. A Kartini, Mendikbud memberi semangat kepada segenap komponen bangsa untuk terus bermimpi, selama kita dapat bermimpi.
“Semoga program LPDP ini bisa benar-benar melebarkan sayapnya lebih inklusif dan mudah diakses bagi masyarakat kita, dan kita bisa lebih cepat menuju kepada tujuan Merdeka Belajar dan SDM unggul, visi Pak Presiden, Joko Widodo,” tutup Mendikbud.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor : 137/sipres/A6/IV/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2236 kali
Editor :
Dilihat 2236 kali