Kemendikbudristek Perkuat Mutu Dosen Melalui Beasiswa Gelar dan Nongelar  12 Mei 2021  ← Back

Jakarta, 11 Mei 2021 --- Untuk mendorong transformasi perguruan tinggi sekaligus menguatkan semangat Merdeka Belajar-Kampus Merdeka di kalangan dosen, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan banyak program yang dilaksanakan dengan pendanaan dari dana pemerintah maupun dengan dana mandiri. Program-program tersebut diselenggarakan untuk mengakselerasi SDM dosen, salah satunya Program Beasiswa Gelar dan Nongelar bagi SDM Pendidikan Tinggi Akademik dan Vokasi.
 
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, mengatakan program tersebut antara lain program World Class Professor (WCP), yaitu program yang mengundang profesor kelas dunia dari berbagai perguruan tinggi (PT) ternama dalam negeri/luar negeri sebagai profesor kunjungan untuk ditempatkan di berbagai PT di Indonesia. Kemudian, ada program magang bagi dosen muda ke perusahaan ataupun industri dan program magang bagi tenaga kependidikan (tendik) di PT yang lebih tinggi kualitasnya untuk bisa lebih mengadopsi tata kelola yang lebih baik.

Kemudian ada juga program kemitraan dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dengan guru. Program ini bisa menjadi solusi atas masalah di kelas sehingga bisa terjembatani sekaligus memperkuat guru di lapangan. Selanjutnya ada program Detasering, yaitu program berbagi dari dosen-dosen perguruan tinggi unggul yang saling berbagi antarperguruan tinggi.

Nizam kemudian menjelaskan lebih detail tentang masing-masing program tersebut. “Untuk program WCP ada sekitar 70 orang pesertanya, program kemitraan dosen dan guru dengan sasaran dosen LPTK sekitar 45 orang, program detasering kira-kira untuk 70 orang, bridging course sekitar 25 orang, program beasiswa S2/S3 bagi dosen dan calon dosen sekitar 1.000 lebih beasiswa S3 di dalam maupun luar negeri, sertifikasi kompetensi untuk kualifikasi kompetensi internasional dalam bidang tertentu ada sekitar 160 orang. Kemudian, program magang dosen di industri ataupun lembaga riset di dalam maupun luar negeri, terdapat sekitar 370-an orang, Scheme for Academic Mobility and Exchange (SAME) untuk menggairahkan kembali (recharging) pengembangan SDM sekitar 20 orang, Post Doctoral sekitar 20 orang, dan Erasmus Mobility sekitar 60 orang,” tutur Nizam dalam acara Sosialisasi Program Beasiswa Gelar dan Nongelar bagi SDM Pendidikan Tinggi Akademik dan Vokasi secara daring, Selasa (11/5).
 
Ia mengajak peserta sosialisasi yang hadir secara virtual agar segera mendaftarkan diri dalam program-program pendidikan tinggi dari Kemendikbudristek. Untuk program magang dapat mengunjungi laman kompetensi.sumberdaya.kemdikbud.go.id dan untuk program microcredential dapat mengunjungi laman kampusmerdeka.kemdikbud.go.id. Kemudian untuk beasiswa S2/S3 bisa ke laman beasiswa.kemdikbud.go.id.
 
Berbicara tentang dosen, tutur Nizam, tentu harus melihat institusinya, karena itulah transformasi perguruan tinggi sekaligus implementasi penggunaan APBN untuk pendidikan tinggi dituangkan dalam delapan indikator kinerja utama (IKU).
 
“Delapan indikator kinerja utama tersebut adalah (1) kepekerjaan lulusan, seberapa banyak lulusan kita itu memasuki dunia kerja, (2) berapa banyak mahasiswa yang mengikuti program minimal 1 semester di luar kampus, (3) dosennya mengikuti kegiatan di luar kampus tetapi terinstitusikan, (4) praktisi mengajar di dalam kampus, (5) hasil kerja dosen digunakan masyarakat dan dapat rekognisi internasional, (6) program studi bekerja sama dengan mitra kelas dunia, (7) kelas kolaboratif dan partisipatif, dan (8) program studi berstandar internasional,” ujar Nizam.
 
Sementara itu, Dirjen Pendidikan Vokasi, Wikan Sakarinto, mengatakan bahwa program-program yang telah dijelaskan Dirjen Nizam tersebut menawarkan suatu kemerdekaan, keluwesan, dan fleksibilitas dalam pembelajaran di perguruan tinggi. Menurutnya, tantangan ke depan tidak mudah karena relevansi dan kualitas menjadi taruhan dari program-program tersebut sehingga ketersiapan dari banyak pihak sangat diharapkan.
 
“Semoga kita bisa segera bersiap diri untuk memanfaatkan ini semua dengan sebaik-baiknya serta dengan akurasi atau konteks substansi yang pas sekali. Artinya, luar negerinya juga luar negeri yang punya visi ke depan, serta kita juga mengharapkan peserta-peserta yang memiliki renjana (passion) untuk membangun pendidikan bangsa ini,” ungkap Wikan.
 
Ia menambahkan, Ditjen Vokasi juga memiliki program beasiswa. Beasiswa tersebut antara lain beasiswa untuk pendidikan S1/D4 bagi calon guru SMK. “Jadi, mahasiswa yang ingin menjadi guru SMK kita persiapkan melalui beasiswa ini dan diharapkan tidak hanya target untuk ijazahnya, tetapi juga kita dorong untuk memiliki kemampuan pedagogi dan sertifikasi kompetensi industri,” ujar Wikan.
 
Selanjutnya ada beasiswa pendidikan untuk dosen dan calon dosen Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV), program  bridging course vokasi, program kampus merdeka vokasi, program magang dosen dan tendik PTPPV, program sertifikasi dosen dan tendik PTPPV, program riset keilmuan terapan, program project based learning/praktik kerja lapangan bersertifikat bagi siswa SMK (dalam dan luar negeri), dan program project based learning atau magang bersertifikat guru SMK (dalam dan luar negeri).
 
Pada kesempatan yang sama, Direktur Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), Dwi Larso mengatakan bahwa pemerintah melalui LPDP berkomitmen tinggi untuk menyisihkan anggaran APBN guna peningkatan SDM, khususnya pada masa pandemi ini.
 
“Saat ini, LPDP telah menapaki era baru yang ditandai dengan perluasan dan penajaman program. Program beasiswa yang diberikan tidak hanya untuk S2 dan S3, tetapi S1 dan vokasi. Kita sepakat mendukung untuk kepentingan bangsa,” kata Dwi Larso.
 
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Pendidikan Tinggi Kemendikbudristek, Mohammad Sofwan Effendy, menjelaskan bahwa beasiswa ke luar negeri dibagi menjadi dua kelompok, yaitu program S3 penuh ke luar negeri dan program dual degree. Secara total, jumlah beasiswa S3 ada 140 beasiswa dan beasiswa S2 ada 37 beasiswa. Sofwan mengatakan, sesuai dengan peraturan dari Kemenpan-RB, usia maksimum untuk mendapatkan beasiswa S3 adalah 40 tahun.
 





 
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
 
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor : 176/sipres/A6/V/2021

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1517 kali