Ghent University Global Campus Korea Selatan Ajak Kerja Sama Pemerintah Indonesia terkait IKGMP 06 Juni 2021 ← Back
Seoul, 4 Juni 2021 --- Ghent University Global Campus (GUGC) di Korea Selatan mengajak kerja sama Pemerintah Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kota Seoul terkait Inter-Korean Global Marine Project (IKGMP) yang akan memasuki tahap persiapan implementasi di tahun 2022. Permohonan ini disampaikan langsung oleh Presiden GUGC, Taejun Han kepada Duta Besar (Dubes) RI Seoul, H.E. Umar Hadi didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk Seoul, Gogot Suharwoto di KBRI Seoul, Jumat (04/6).
Secara umum, pihak KBRI melalui Duta Besar RI di Seoul mendukung sepenuhnya perwakilan pemerintah yang berpartsipasi pada proyek tersebut agar mengusulkan proposal kerja sama yang kongkrit pada project Inter Korean Globar Marine Project. “Proyek ini memiliki banyak manfaat bagi kepentingan Indonesia, misalnya melakukan piloting dengan sampel rumput laut Indonesia, melibatkan peneliti Indonesia dalam riset yang dilakukan, serta mengijinkan peneliti Indonesia untuk memanfaatkan riset center yang akan dibangun di Korea dalam penelitiannya,” tutur Umar Hadi.
Taejun Han sangat mengharapkan peran pemerintah Indonesia pada proyek IKGMP. “Indonesia diharapkan menjadi anggota konsorsium yang telah diikuti oleh 14 Negara, 6 Lembaga Riset di Korea dan Lembaga International dalam mendukung proyek IKGMP,” ujar Han.
Indonesia juga diharapkan dapat berpartisipasi pada International Symposium Inter-Korean Global Marine Project kedua yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 di GUGC Incheon, Korea Selatan. Han juga berharap bahwa Indonesia mampu memberikan rekomendasi kepada GUGC tentang lembaga dan peniliti yang kompeten untuk menjadi wakil Indonesia di konsorsium Inter-Korean Global Marine Project.
Menjawab hal ini, Umar Hadi mendukung agar perguruan tinggi yang memiliki riset di bidang rumpur laut, maupun Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi, Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology - Kementerian KKP dan Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI untuk menjadi perwakilan Indonesia.
GUGC sangat berharap terjalin kolaborasi riset dalam bidang maritim khususnya tentang rumput laut mengingat kondisi Indonesia. Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut terbesar di dunia tahun 2019 yaitu sebesar 209 ton. Namun, dari segi nilai ekspor, $329,3 juta, berada diurutan ketiga setelah China dan Korea Selatan.
Salah satu penyebab hal tersebut adalah ekspor rumput laut Indonesia masih berupa bahan baku yang belum diolah dengan teknologi tinggi. Dalam hal ini, GUGC berharap ada kerja sama juga dengan dunia industri rumput laut di Indonesia yang dapat mendukung pengolahan rumput laut dengan teknologi tinggi.
Senada dengan hal tersebut, Atdikbud Gogot Suharwoto menjelaskan latar belakang terbentuknya permohonan kerja sama yang disampaikan GUGC. Menurutnya, GUGC memerlukan dukungan dari negara yang memiliki tiga hal strategis antara lain sumber daya alam rumput laut yang besar di mana Indonesia merupakan nomor satu di dunis dari segi jumlah dan jenisnya, pakar dan ahli penelitian rumput laut, serta industri pengolahan produksi rumput laut. “Selain itu juga peran politis Indonesia yang strategis juga di Asia,” kata Gogot.
Ke depan, lanjut Atdikbud Gogot, dari kerja sama ini pemerintah Indonesia berharap teknologi pengolahan rumput laut Indonesia sudah memanfaatkan teknologi tinggi yang dikembangkan dalam proyek. “Selain itu juga diharapkan makin banyak peneliti Indonesia diberikan kesempatan melakukan riset di laboratorium GUGC dan melakukan join research serta terlibatnya industri rumput laut Indonesia yang memanfaatkan teknologi adopsi dari Korea Selatan,” ujar Gogot.
GUGC pada tahun ini sedang melakukan persiapan implementasi Inter-Korean Global Marine Project (IKGMP) yang terdiri dari, pertama Seaweed Peace Belt and Red Gold Project. Proyek ini meliputi pembangunan pusat riset biotechnology di Incheon, Korea Selatan dan Korea Utara, pengembangan aquaculture berbasis IoT/AI, pembentukan network peneliti korea utara dan selatan, peningkatan pengusaha bidang maritim, serta pembentukan daerah damai di semenanjung korea. Kedua adalah Pengusulan Ganhwa di Korea Selatan dan Hwanghaedo di Korea Utara sebagai UNESCO World Heritage Sites.
Proyek IKGMP telah didukung oleh 14 Negara, 6 Lembaga Riset di Korea Selatan, dan Lembaga Internasional termasuk UNDP dan UNESCO. Penandatanganan MOU dan dukungan telah diberikan pada acara International Symposium di GUGC pada 23 Maret 2019.
Proyek IKGMP juga telah dinyatakan sebagai proyek penerima dana dari Kementerian Ministry of Unification, Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi, Ministry of Science and ICT Korea Selatan dan UNDP dengan rencana total pendanaan sebesar $19,6 juta selama 5 tahun, yang dimulai pada tahun 2022 s.d 2026.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#VokasiKuatMenguatkanIndonesia
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Nomor : 238/sipres/A6/VI/2021
Secara umum, pihak KBRI melalui Duta Besar RI di Seoul mendukung sepenuhnya perwakilan pemerintah yang berpartsipasi pada proyek tersebut agar mengusulkan proposal kerja sama yang kongkrit pada project Inter Korean Globar Marine Project. “Proyek ini memiliki banyak manfaat bagi kepentingan Indonesia, misalnya melakukan piloting dengan sampel rumput laut Indonesia, melibatkan peneliti Indonesia dalam riset yang dilakukan, serta mengijinkan peneliti Indonesia untuk memanfaatkan riset center yang akan dibangun di Korea dalam penelitiannya,” tutur Umar Hadi.
Taejun Han sangat mengharapkan peran pemerintah Indonesia pada proyek IKGMP. “Indonesia diharapkan menjadi anggota konsorsium yang telah diikuti oleh 14 Negara, 6 Lembaga Riset di Korea dan Lembaga International dalam mendukung proyek IKGMP,” ujar Han.
Indonesia juga diharapkan dapat berpartisipasi pada International Symposium Inter-Korean Global Marine Project kedua yang akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2021 di GUGC Incheon, Korea Selatan. Han juga berharap bahwa Indonesia mampu memberikan rekomendasi kepada GUGC tentang lembaga dan peniliti yang kompeten untuk menjadi wakil Indonesia di konsorsium Inter-Korean Global Marine Project.
Menjawab hal ini, Umar Hadi mendukung agar perguruan tinggi yang memiliki riset di bidang rumpur laut, maupun Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi, Research and Development Center for Marine and Fisheries Product Processing and Biotechnology - Kementerian KKP dan Kepala Pusat Penelitian Oseanografi-LIPI untuk menjadi perwakilan Indonesia.
GUGC sangat berharap terjalin kolaborasi riset dalam bidang maritim khususnya tentang rumput laut mengingat kondisi Indonesia. Indonesia merupakan negara pengekspor rumput laut terbesar di dunia tahun 2019 yaitu sebesar 209 ton. Namun, dari segi nilai ekspor, $329,3 juta, berada diurutan ketiga setelah China dan Korea Selatan.
Salah satu penyebab hal tersebut adalah ekspor rumput laut Indonesia masih berupa bahan baku yang belum diolah dengan teknologi tinggi. Dalam hal ini, GUGC berharap ada kerja sama juga dengan dunia industri rumput laut di Indonesia yang dapat mendukung pengolahan rumput laut dengan teknologi tinggi.
Senada dengan hal tersebut, Atdikbud Gogot Suharwoto menjelaskan latar belakang terbentuknya permohonan kerja sama yang disampaikan GUGC. Menurutnya, GUGC memerlukan dukungan dari negara yang memiliki tiga hal strategis antara lain sumber daya alam rumput laut yang besar di mana Indonesia merupakan nomor satu di dunis dari segi jumlah dan jenisnya, pakar dan ahli penelitian rumput laut, serta industri pengolahan produksi rumput laut. “Selain itu juga peran politis Indonesia yang strategis juga di Asia,” kata Gogot.
Ke depan, lanjut Atdikbud Gogot, dari kerja sama ini pemerintah Indonesia berharap teknologi pengolahan rumput laut Indonesia sudah memanfaatkan teknologi tinggi yang dikembangkan dalam proyek. “Selain itu juga diharapkan makin banyak peneliti Indonesia diberikan kesempatan melakukan riset di laboratorium GUGC dan melakukan join research serta terlibatnya industri rumput laut Indonesia yang memanfaatkan teknologi adopsi dari Korea Selatan,” ujar Gogot.
GUGC pada tahun ini sedang melakukan persiapan implementasi Inter-Korean Global Marine Project (IKGMP) yang terdiri dari, pertama Seaweed Peace Belt and Red Gold Project. Proyek ini meliputi pembangunan pusat riset biotechnology di Incheon, Korea Selatan dan Korea Utara, pengembangan aquaculture berbasis IoT/AI, pembentukan network peneliti korea utara dan selatan, peningkatan pengusaha bidang maritim, serta pembentukan daerah damai di semenanjung korea. Kedua adalah Pengusulan Ganhwa di Korea Selatan dan Hwanghaedo di Korea Utara sebagai UNESCO World Heritage Sites.
Proyek IKGMP telah didukung oleh 14 Negara, 6 Lembaga Riset di Korea Selatan, dan Lembaga Internasional termasuk UNDP dan UNESCO. Penandatanganan MOU dan dukungan telah diberikan pada acara International Symposium di GUGC pada 23 Maret 2019.
Proyek IKGMP juga telah dinyatakan sebagai proyek penerima dana dari Kementerian Ministry of Unification, Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi, Ministry of Science and ICT Korea Selatan dan UNDP dengan rencana total pendanaan sebesar $19,6 juta selama 5 tahun, yang dimulai pada tahun 2022 s.d 2026.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#VokasiKuatMenguatkanIndonesia
#MerdekaBelajar
#KampusMerdeka
Sumber : Nomor : 238/sipres/A6/VI/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1118 kali
Editor :
Dilihat 1118 kali