Cara Kemendikbudristek Ciptakan Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul  24 Agustus 2021  ← Back



Jakarta, Kemendikburistek --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Sekretariat Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan RI (Sekjen Kemenaker), Kepala Badan Riset Nasional RI, dan Deputi Bidang Kesetaraan Gender Kementerian Pemberdayaan Perempuaan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), melakukan diskusi bersama dengan Tempo Media bertajuk Menciptakan Indonesia Tangguh dengan SDM Unggul secara virtual, pekan lalu.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengatakan bahwa terdapat dua langkah jangka panjang dan pendek yang harus dilakukan untuk menciptakan SDM Indonesia yang unggul.

“Prioritas nomor satu adalah mengembalikan anak untuk sekolah tatap muka agar meminimalisir adanya learning loss dan dampak psikologis. Kedua, bagaimana bisa mengejar ketertinggalan yang sudah terjadi, melalui berbagai macam intervensi di dunia numerasi, literasi, dan pendidikan karakter,” urainya.

Optimalisasi menurut Nadiem menjadi hal terpenting, karena tidak semua anak bisa belajar secara serentak, melainkan dengan kecepatannya sendiri–sendiri. Dalam hal ini, Kemendikbudristek memberikan berbagai fleksibilitas kelulusan. “Kita tidak mau anak tidak naik kelas karena pandemi. Jadi, tugas besar kita adalah menciptakan proses pembelajaran lebih inovatif. Harapannya, sekolah-sekolah dapat mengejar ketertinggalan yang terjadi selama pandemi,” imbuhnya.

Dalam kesempatan yang sama, Sekjen Kemenaker, Anwar Sanusi mengungkapkan indeks pembangunan sumber daya manusia. Ia mengatakan, ada perubahan dari rencana target dengan realisasi. Hal itu terlihat dari sisi bagaimana dampak dari sektor ketenagakerjaan pada saat pandemi pertama sampai akhir tahun 2020 di mana dampaknya sangat tinggi. Pengangguran terbuka mencapai 7.71% namun pada Februari 2021 terjadi penurunan.

Menurutnya, ada tiga hal yang harus diupayakan untuk mengatasinya. Pertama, terkait peningkatan dari sisi aspek kebutuhan keterampilan. Kedua adalah sertifikasi pelatiha. Pelatihan dan sertifikasi adalah dua hal yang tidak dapat terpisahkan, dan sertifikasi merupakan pembuktian kompetensi. Ketiga adalah penempatan. Jangan sampai pelatihan dilakukan secara masif, tetapi yang terjadi adalah memperpanjangan unemployeement. “Oleh karena itu, dengan kondisi saat ini, kami sangat menginginkan hubungan relasi yang baik dengan indsutri,” tegas Anwar Sanusi.

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Laksana Tri Handoko menambahkan bahwa pandemi merupakan bencana, tetapi di sisi lain pandemi ini juga menimbulkan peluang baru. Ada kenaikan yang signifikan mengenai output riset, karena para periset memiliki waktu lebih banyak. Selain itu katanya, pandemi memberi petunjuk atau peluang baru bagi periset melakukan riset yang belum pernah dilakukan, seperti mengembangkan alat kesehatan serta pengembangan vaksin untuk manusia.
“Untuk menghasilkan inovasi yang unggul dimasa pandemi, Badan Kepala Riset dan Inovasi Nasional RI berproses untuk menyediakan semua infrastruktur yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan penelitian,” terang Handoko.

Disamping itu, Deputi Bidang Kesetaraan Gender (KemenPPPA), Leny Rosalin menjelaskan ada beberapa kesulitan dalam menghadapi pandemi. Pertama, orang tua yang terdampak. Kedua, orang tua work from home (WFH). Ketiga adalah banyaknya asisten rumah tangga (ART) yang kembali ke kampung halamannya. Leny mengungkapkan, pihaknya telah mengedukasi orang tua, ibu, dan keluarga di Indonesia bagaimana mendidik anak di rumah.

Di bagian lain, Leny menyampaikan, terdapat sekitar 99,99% usaha mikro dan menengah dan sebanyak 60% di antaranya dimiliki dan dikelola kaum perempuan. KemenPPPA menyentuh perempuan marjinal ini, yang menjadi kepala keluarga maupun perempuan penyintas bencana untuk diberikan pelatihan tentang digital ekonomi, sehingga mereka bisa melakukan promosi melalui media sosial.

“Upaya ini kita lakukan dengan kita bersinergi dengan lembaga masyarakat, fokus kami kepada dunia angkanya cukup tinggi, penyintas cukup tinggi, disini kami melakukan pelatihan, pendampingan sehingga mereka bisa meningkatkan kesejahteraan keluarganya,” tutup Leny.* (Tamara, Rizka, Mieka, Denty A.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 6964 kali