Program Bridging Course Vokasi 2021 Memacu Insan Vokasi Jadi Lebih Kompetitif  14 Agustus 2021  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bekerja sama dengan  Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) menggelar Program Bridging Course Vokasi Tahun 2021. Program ini merupakan kursus intensif persiapan/pembekalan kompetensi bahasa dan akademik pendukung untuk insan vokasi agar mampu memenuhi persyaratan untuk diterima pada perguruan tinggi di luar negeri.

Pada kesempatan ini, Dekan Sekolah Vokasi Institut Pertanian Bogor (IPB), Arief Daryanto, memberikan apresiasi dan menyampaikan pentingnya program Bridging Course Vokasi. Menurutnya, program Bridging Course Vokasi tidak hanya membuat insan vokasi belajar Bahasa Inggris secara kontekstual, tapi yang lebih penting adalah bagaimana dapat aktif dalam studi dan menyesuaikan diri dengan budaya yang berbeda. “Saya juga alumnus program seperti BCV,” katanya dalam webinar Insan Vokasi yang Berkualitas Ujung Tombak Indonesia Emas–Sosialisasi Beasiswa Program Bridging Course Vokasi di Jakarta, Kamis, (12/8).  

Melalui program ini insan vokasi mendapatkan penguatan kemampuan bahasa Inggris dan keterampilan akademik pendukung yang diselenggarakan secara terstruktur serta pendampingan-pendampingan profesional agar bisa mendapatkan Letter of Accaptance (LoA) pada perguruan tinggi impian. Dengan demikian, ketersediaan insan vokasi yang memenuhi kualifikasi untuk melanjutkan studi ke program S2/S3 dapat meningkat.

Program Bridging Course Vokasi ditujukan untuk dosen dan bukan dosen, baik guru dan tenaga kependidikan SMK, instruktur lembaga kursus dan pelatihan (LKP), widyaiswara di lingkungan Ditjen Vokasi, maupun masyarakat umum yang memiliki kontribusi langsung pada pendidikan vokasi dan berencana melanjutkan studi S2/S3 ke luar negeri.

Dalam kesempatan tersebut pula, Dekan Arief mengatakan, pemerintah telah membuka kesempatan yang seluas-luasnya kepada insan vokasi Indonesia untuk mengakses kesempatan studi di luar negeri. Harapannya, ke depan para insan vokasi dapat mengambil kesempatan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuannya. Salah satunya melalui Program Bridging Course Vokasi.

“Sekarang adalah waktunya bagi teman-teman untuk ambil studi ke luar negeri, tapi fokus pada pendidikan vokasi. Kita perlu motivasi yang khusus dan insentif sudah disediakan. Nikmat apa lagi yang tidak kita syukuri. Tinggal kemauan dan tekad bulat,” ujarnya.

Program Bridging Course Vokasi tidak hanya mengajarkan bahasa Inggris, tapi juga keterampilan akademik pendukung lainnya. Tujuan dari program ini adalah membantu peserta program agar tidak kesulitan menjalankan studinya di luar negeri.

“Peserta akan dibantu mempersiapkan tes-tes yang biasanya dipakai di universitas negara tujuan studi. Kita juga akan bantu mempersiapkan esai untuk keperluan studinya. Setelah mengikuti program ini peserta akan merasa lebih siap untuk menjalani studi lanjut tepat waktu dan meraih prestasi yang baik,” jelas Sandra Siahaan, praktisi human resource dari tim Program Bridging Course Vokasi.

Program ini mendapatkan dukungan dari banyak pihak. Para pakar terlibat sebagai pemateri di program ini. Contohnya materi bahasa Inggris, Ditjen Pendidikan Vokasi melibatkan ahli dari lembaga-lembaga bahasa Inggris. “Kita juga melibatkan alumni dan para pendukung dari Ditjen Vokasi. Intinya akan melibatkan pakar sesuai bidangnya,” urainya.

Selanjutnya, merujuk gagasan Presiden Joko Widodo, pembangunan manusia serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah satu dari empat pilar untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 ‘Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur’. Melalui pilar ini kualitas sumber daya manusia Indonesia yang unggul ditingkatkan melalui pendidikan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja yang terus berkembang dan dinamis.

Pada kesempatan yang sama, lulusan program Bahasa Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada yang juga CEO Eboni Watch, Afidha Fajar Adhitya, mengatakan insan-insan vokasi memerlukan keuletan dan kecepatan untuk beradaptasi. Dua hal tersebut menjadi kunci bagi insan vokasi, terutama saat menghadapi krisis seperti selama pandemi Covid-19.

Menurutnya, berada di industri kreatif yang selalu tumbuh harus adaptif terhadap keadaan dan ilmu-ilmu baru. “Sebagai lulusan pendidikan vokasi, saya menilai kehadiran program-program beasiswa, termasuk Bridging Course Vokasi, sebagai kesempatan yang bagus,” ucapnya.

Ia menambahkan, dahulu banyak insan vokasi, termasuk dirinya, tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Selain itu, pola pikir insan vokasi sebatas melanjutkan studi ke tingkat S1 setelah D3. Kemampuan berbahasa Inggris juga menjadi kendala bagi insan vokasi untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Oleh karena, Afidha menilai Program Bridging Course Vokasi sangat penting bagi mereka yang ingin melanjutkan studi ke luar negeri.

“Sekarang sudah bagus. Pemerintah dan lembaga pendidikan memberikan fasilitas. Kita harus manfaatkan, harus upgrade diri. Pendidikan adalah cara kita untuk upgrade mengikuti perkembangan karena jika tidak, kita akan tertinggal. Itu harus jadi mindset kita,” tuturnya.
 
Senada dengan itu, CEO Nectico, Nur Khairusy Syakirin, yang akrab disapa Rusy ini menuturkan, kemampuan berkomunikasi akan sangat menentukan karier maupun studi lanjutan bagi insan vokasi. Ia mengatakan bahwa studi lanjutan yang pernah dijalaninya di Amerika Serikat dan Prancis sangat bergantung pada kemampuan berkomunikasi.

“Kemampuan tersebut berguna untuk mengemukakan ide dan menunjang pembelajarannya,” ujar alumnus penerima beasiswa dari LPDP di Hult International Business School tersebut.

Rusy menambahkan, komunikasi menjadi satu dari tiga kunci bagi kesuksesan insan vokasi dalam menjalankan studi di luar negeri. Kunci kedua adalah kemampuan untuk membangun jejaring, karena dari hal tersebut insan vokasi bisa mendapatkan kesempatan yang lebih luas dan tepat. Kunci ketiga adalah kemauan untuk belajar dan terus mengasah diri.

Insan vokasi menurut Rusy memiliki potensi besar untuk memasuki industri, termasuk digital dan koperasi. Menurut Rusy, sumber daya manusia vokasi masih jadi salah satu tantangan di industri koperasi. Penyerapan industri koperasi terhadap insan vokasi masih kurang, meski sangat membutuhkan.  

“Vokasi jelas memiliki potensi yang luar biasa, karena koperasi fokus pada pengembangan ekonomi kerakyatan. Mudah-mudahan insan vokasi bisa tertarik kepada koperasi dan itu misi dari Nectico, supaya koperasi bisa lebih dekat dengan dunia kerja. Kita sangat butuh orang-orang hebat vokasi yang bisa bersama-sama membangun ekonomi kerakyatan lewat koperasi,” imbaunya.*** *(Denty. A/Aline R.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5300 kali