WebTalk bertajuk “About Indonesia by Americans” Pertama Kalinya digelar oleh KBRI Washington, D.C. 14 Agustus 2021 ← Back
Washington D.C., 14 Agustus 2021 --- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C., menggelar WebTalk bertajuk “About Indonesia by Americans” untuk pertama kalinya. Acara ini merupakan sebuah Showcase Kelas Bahasa Indonesia musim semi tahun 2021 yang dikhususkan untuk para pemelajar bahasa Indonesia tingkat mahir. Acara tersebut diadakan dalam rangka menyambut Hari Kemerdekaan ke-76 RI sekaligus menandai hubungan diplomatik ke-73 RI dan AS.
Acara dibuka Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington, D.C., Popy Rufaidah, yang menyambut para pemateri dan penonton yang hadir secara virtual malam itu. “Selamat untuk semua pemelajar Bahasa Indonesia di kelas mahir yang telah menyelesaikan program ini, semoga bermanfaat bagi Anda semua di masa depan,” ucap Popy, pada acara tersebut yang digelar secara virtual, Kamis (5/8). Dirinya juga berterima kasih pada semua pihak yang telah mendukung program seperti AMINEF, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), serta para pengajar.
Simon Hudes, salah satu siswa di kelas bahasa Indonesia tingkat mahir, didaulat menjadi pemandu acara. Simon adalah seorang peneliti, Program Asia Tenggara di Center for Strategic and International Studies (CSIS). Acara menghadirkan sembilan pemateri yang merupakan para pemelajar Bahasa Indonesia dari kelas mahir tampil menyajikan esai mereka sebagai warga Amerika mengenai Indonesia melalui beragai topik yang menarik seperti ulasan buku, film horor Indonesia, serta berbagai macam isu yang berkembang di Indonesia saat ini.
Pemateri pertama, Matthew Sie, berasal dari New York. Matthew memilih mengangkat diskusi tentang musik tradisional dan instrumen musik yang dimiliki Indonesia. Setidaknya ada tiga alat musik tradisional yang dibahas Mattherw dengan bahasa Indonesia yang fasih, yaitu Gamelan, Kulintang, dan Angklung.
Jody Diamond, pemateri kedua, menyajikan esainya yang membahas mengenai tantangan yang dihadapi kelompok gamelan selama pandemi Covid-19, khususnya karena ada larangan berkumpul. Jody merupakan komposer, penulis, penerbit, editor, pengajar, dan pemain gamelan di berbagai universitas ternama di Amerika. Jody juga mendirikan Jurnal Balungan dan menyajikan hasil penelitiannya terhadap 67 grup gamelan yang berada di AS dan Indonesia.
Kecintaan Jody pada Indonesia, khususnya terhadap seni dan bahasa Indonesia, membuatnya aktif menciptakan ragam karya untuk gamelan berdasarkan lagu-lagu dari berbagai tradisi. “Saya sudah belajar Bahasa Indonesia sejak 1971,” jelas Jody yang menggeluti gamelan selama hampir 40 tahun.
Sementara itu, Manajer Operasional Pertunjukan di National Aquarium di Maryland, Zachary Yarosz, berbicara tentang Kota Hijau. “Saya sehari-hari memimpin Pameran dan Pemeliharaan Ruang Museum/Akuarium di Akuarium Nasional di Baltimore,” ungkap Zachary yang juga menyandang gelar Sarjana Seni/Seni Patung. Dirinya mengajak penonton memikirkan dampak ekologi yang dapat ditimbulkan dari rencana Pemerintah Indonesia memindahkan ibukota ke Kalimantan.
Koordinator Proyek Percontohan Ekuitas dan Inovasi Encore di SF Tech Council, Margot Rose Lederer, juga berpartisipasi dalam showcase tersebut sebagai pencinta Budaya dan Bahasa Indonesia. “Sebelumnya saya pernah tinggal di Indonesia selama dua tahun dan telah mendalami bahasa Indonesia selama 45 tahun,” tutur Margot yang menjelaskan tentang sejarah Tari Topeng Sunda dan betapa kuatnya tradisi topeng di Indonesia.
Pemateri lainnya, Rachel Utomo, mahasiswa asal New York, menyoroti kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Ia menunjukkan kepada peserta yang hadir secara virtual tentang hasil beberapa survei terkait kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dan upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam menanggapi survei tersebut. “Walaupun saya tinggal di Amerika, saya tidak lupa pada tanah air saya, Indonesia,” tutur Rachel.
Pemateri berikutnya adalah Aurelia VanderWilde yang merupakan siswa terumuda di kelas ini. Ia mendiskusikan film berjudul Kartini besutan Hanung Bramantyo, yang menceritakan tokoh pahlawan emansipasi perempuan Indonesia. “Saya belajar Bahasa Indonesia tiga tahun dan pernah tinggal di Indonesia enam bulan,” jelas Aurelia yang juga merupakan Alumni Program Indonesian Summer 2018 dan program Yes Abroad dengan Bahasa Indonesia yang fasih.
Pemateri kemudian berlanjut ke Luke Lischin, seorang asisten peneliti yang berbicara mengenai dunia perfilman Indonesia khususnya genre horor. Luke yang juga tengah berkuliah di New Jersey, memaparkan bahwa ada fenomena menarik pertukaran budaya antara film horor klasik Amerika dan film horor modern Indonesia.
Sementara itu, ulasan Buku Ras, Agama, dan Kekuasaan disajikan dengan sangat menarik oleh Melissa Peach. Dengan Bahasa Indonesia yang sangat fasih, Melissa melaporkan ulasannya mengenai isu-isu yang ada di beberapa wilayah Indonesia, yaitu di Jawa, Kalimantan, Sumatra dan beberapa wilayah lain.
Penyaji terakhir, Kyra Jesper, membawa diskusi kesetaraan gender dari perspektif Islam di Jawa melalui esainya yang berjudul Kehormatan, Tanggung Jawab, dan Hak: Perspektif Kesetaraan Gender dalam Islam di Jawa. Kyra adalah mahasiswa asal North Carolina yang sebelumnya sempat magang di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia dan sebelumnya telah belajar bahasa Indonesia selama satu tahun.
Kyra pun memaparkan hasil penelitiannya dalam bahasa Indonesia. “Salah satu mimp saya adalah bisa bekerja di Indonesia setelah lulus kuliah. Menurut saya, menguasai bahasa Indonesia adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan mimpi ini,” terang Kyra.
Acara WebTalk ini berhasil mendapat respon positif dari peserta yang turut hadir secara virtual malam itu. Kesembilan pemateri menyampaikan presentasinya dengan sangat luar biasa karena mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Indonesia. Salah satunya adalah Rektor Institut Seni dan Budaya, Bandung, Een Herdiani. “Saya sangat senang dapat hadir dalam acara ini, dan saya sangat terkesan dengan keterampilan yang dimiliki semua pemateri dalam berbicara bahasa Indonesia dan juga dengan perhatian mereka terhadap budaya Indonesia,” tutur Een.
Untuk menyaksikan rekaman, dapat mengakses: 1) Facebook Live Virtual Showcase Indonesian Language Beginner Class di https://bit.ly/fb-show-beg; 2) Facebook Live Virtual WEBTALK All About Indonesian by Americans, Virtual Showcase Indonesian Language Advance Class di https://bit.ly/fb-show-adv; dan 3) Facebook Live Virtual Showcase Indonesian Language Beginner & Intermediate Class di https://bit.ly/fb-show-interbeg.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#SerentakBergerak
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 401/sipres/A6/VIII/2021
Acara dibuka Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Washington, D.C., Popy Rufaidah, yang menyambut para pemateri dan penonton yang hadir secara virtual malam itu. “Selamat untuk semua pemelajar Bahasa Indonesia di kelas mahir yang telah menyelesaikan program ini, semoga bermanfaat bagi Anda semua di masa depan,” ucap Popy, pada acara tersebut yang digelar secara virtual, Kamis (5/8). Dirinya juga berterima kasih pada semua pihak yang telah mendukung program seperti AMINEF, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), serta para pengajar.
Simon Hudes, salah satu siswa di kelas bahasa Indonesia tingkat mahir, didaulat menjadi pemandu acara. Simon adalah seorang peneliti, Program Asia Tenggara di Center for Strategic and International Studies (CSIS). Acara menghadirkan sembilan pemateri yang merupakan para pemelajar Bahasa Indonesia dari kelas mahir tampil menyajikan esai mereka sebagai warga Amerika mengenai Indonesia melalui beragai topik yang menarik seperti ulasan buku, film horor Indonesia, serta berbagai macam isu yang berkembang di Indonesia saat ini.
Pemateri pertama, Matthew Sie, berasal dari New York. Matthew memilih mengangkat diskusi tentang musik tradisional dan instrumen musik yang dimiliki Indonesia. Setidaknya ada tiga alat musik tradisional yang dibahas Mattherw dengan bahasa Indonesia yang fasih, yaitu Gamelan, Kulintang, dan Angklung.
Jody Diamond, pemateri kedua, menyajikan esainya yang membahas mengenai tantangan yang dihadapi kelompok gamelan selama pandemi Covid-19, khususnya karena ada larangan berkumpul. Jody merupakan komposer, penulis, penerbit, editor, pengajar, dan pemain gamelan di berbagai universitas ternama di Amerika. Jody juga mendirikan Jurnal Balungan dan menyajikan hasil penelitiannya terhadap 67 grup gamelan yang berada di AS dan Indonesia.
Kecintaan Jody pada Indonesia, khususnya terhadap seni dan bahasa Indonesia, membuatnya aktif menciptakan ragam karya untuk gamelan berdasarkan lagu-lagu dari berbagai tradisi. “Saya sudah belajar Bahasa Indonesia sejak 1971,” jelas Jody yang menggeluti gamelan selama hampir 40 tahun.
Sementara itu, Manajer Operasional Pertunjukan di National Aquarium di Maryland, Zachary Yarosz, berbicara tentang Kota Hijau. “Saya sehari-hari memimpin Pameran dan Pemeliharaan Ruang Museum/Akuarium di Akuarium Nasional di Baltimore,” ungkap Zachary yang juga menyandang gelar Sarjana Seni/Seni Patung. Dirinya mengajak penonton memikirkan dampak ekologi yang dapat ditimbulkan dari rencana Pemerintah Indonesia memindahkan ibukota ke Kalimantan.
Koordinator Proyek Percontohan Ekuitas dan Inovasi Encore di SF Tech Council, Margot Rose Lederer, juga berpartisipasi dalam showcase tersebut sebagai pencinta Budaya dan Bahasa Indonesia. “Sebelumnya saya pernah tinggal di Indonesia selama dua tahun dan telah mendalami bahasa Indonesia selama 45 tahun,” tutur Margot yang menjelaskan tentang sejarah Tari Topeng Sunda dan betapa kuatnya tradisi topeng di Indonesia.
Pemateri lainnya, Rachel Utomo, mahasiswa asal New York, menyoroti kesehatan gigi dan mulut di Indonesia. Ia menunjukkan kepada peserta yang hadir secara virtual tentang hasil beberapa survei terkait kesehatan gigi dan mulut di Indonesia dan upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam menanggapi survei tersebut. “Walaupun saya tinggal di Amerika, saya tidak lupa pada tanah air saya, Indonesia,” tutur Rachel.
Pemateri berikutnya adalah Aurelia VanderWilde yang merupakan siswa terumuda di kelas ini. Ia mendiskusikan film berjudul Kartini besutan Hanung Bramantyo, yang menceritakan tokoh pahlawan emansipasi perempuan Indonesia. “Saya belajar Bahasa Indonesia tiga tahun dan pernah tinggal di Indonesia enam bulan,” jelas Aurelia yang juga merupakan Alumni Program Indonesian Summer 2018 dan program Yes Abroad dengan Bahasa Indonesia yang fasih.
Pemateri kemudian berlanjut ke Luke Lischin, seorang asisten peneliti yang berbicara mengenai dunia perfilman Indonesia khususnya genre horor. Luke yang juga tengah berkuliah di New Jersey, memaparkan bahwa ada fenomena menarik pertukaran budaya antara film horor klasik Amerika dan film horor modern Indonesia.
Sementara itu, ulasan Buku Ras, Agama, dan Kekuasaan disajikan dengan sangat menarik oleh Melissa Peach. Dengan Bahasa Indonesia yang sangat fasih, Melissa melaporkan ulasannya mengenai isu-isu yang ada di beberapa wilayah Indonesia, yaitu di Jawa, Kalimantan, Sumatra dan beberapa wilayah lain.
Penyaji terakhir, Kyra Jesper, membawa diskusi kesetaraan gender dari perspektif Islam di Jawa melalui esainya yang berjudul Kehormatan, Tanggung Jawab, dan Hak: Perspektif Kesetaraan Gender dalam Islam di Jawa. Kyra adalah mahasiswa asal North Carolina yang sebelumnya sempat magang di salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat di Indonesia dan sebelumnya telah belajar bahasa Indonesia selama satu tahun.
Kyra pun memaparkan hasil penelitiannya dalam bahasa Indonesia. “Salah satu mimp saya adalah bisa bekerja di Indonesia setelah lulus kuliah. Menurut saya, menguasai bahasa Indonesia adalah satu-satunya cara untuk mewujudkan mimpi ini,” terang Kyra.
Acara WebTalk ini berhasil mendapat respon positif dari peserta yang turut hadir secara virtual malam itu. Kesembilan pemateri menyampaikan presentasinya dengan sangat luar biasa karena mampu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbahasa Indonesia. Salah satunya adalah Rektor Institut Seni dan Budaya, Bandung, Een Herdiani. “Saya sangat senang dapat hadir dalam acara ini, dan saya sangat terkesan dengan keterampilan yang dimiliki semua pemateri dalam berbicara bahasa Indonesia dan juga dengan perhatian mereka terhadap budaya Indonesia,” tutur Een.
Untuk menyaksikan rekaman, dapat mengakses: 1) Facebook Live Virtual Showcase Indonesian Language Beginner Class di https://bit.ly/fb-show-beg; 2) Facebook Live Virtual WEBTALK All About Indonesian by Americans, Virtual Showcase Indonesian Language Advance Class di https://bit.ly/fb-show-adv; dan 3) Facebook Live Virtual Showcase Indonesian Language Beginner & Intermediate Class di https://bit.ly/fb-show-interbeg.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#SerentakBergerak
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 401/sipres/A6/VIII/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1072 kali
Editor :
Dilihat 1072 kali