RBI Tokyo Promosikan Variasi Menu Tempe Bagi Warga Jepang 18 September 2021 ← Back
Tokyo, 13 September 2021 --- Untuk memperkenalkan makanan khas Indonesia, Rumah Budaya Indonesia (RBI) di Tokyo menyelenggarakan lokakarya tentang Tempe. Dalam lokakarya terdapat pokok pembahasan mencakup sejarah, cara pembuatan, dan variasi masakan tempe. Istri Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Nuning Wahyuniati berharap, ke depan semakin banyak orang yang mempopulerkan tempe di Negeri Sakura itu.
“Saya rasa orang Jepang yang sudah sering pergi ke Indonesia atau sering makan masakan Indonesia sudah tahu tentang tempe. Hari ini kita akan belajar sejarah dan pembuatan tempe bersama narasumber kita Miyazaki Taiki, dan saya berharap kita dapat lebih memopulerkan tempe di Jepang,” ucap Nuning membuka kegiatan yang berlangsung secara daring, pada Sabtu (11/9).
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Yusli Wardiatno menyampaikan bahwa tema acara bulanan tentang tempe adalah bagian dari upaya KBRI untuk terus mempromosikan kuliner Indonesia kepada masyarakat Jepang.
“Semoga pandemi bisa cepat selesai sehingga rencana KBRI mempertemukan Forum Tempe Indonesia dan The Tempe Society of Japan dapat dilaksanakan. Saya yakin pertemuan semacam itu sangat strategis, baik dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan terkait tempe maupun dari sudut pandang budaya, sebab tempe adalah warisan budaya bangsa. Kita akan coba juga kumpulkan para produsen tempe se-Jepang,” terang Atdikbud yang pada hari itu sarapan dengan menu tempe orek dicampur udang.
Pemateri kali ini adalah Miyazaki Taiki yang baru berusia 26 tahun, lulusan Universitas Kokushikan. Ketika masih menjadi mahasiswa, selama dua tahun, dia belajar bahasa dan budaya Indonesia di Yogyakarta. Kemudian, setelah kembali ke Jepang, ia mulai membuat tempe. Uniknya, dia juga menanam kedelai jenis tsukuizairai daizu, yang merupakan tanaman khas di daerah tempat tinggalnya, Sagamihara. Hasilnya, ia berhasil memadukan kedelai dari Jepang dengan proses pembuatan dan ragi dari Indonesia, sehingga menciptakan sebuah kolaborasi yang apik layaknya hubungan erat Indonesia dan Jepang.
Menurut Taiki, orang Jepang yang mengenal dan suka Indonesia memang sudah tahu tentang tempe. Pada tahun 1983 dan sekitar tahun 2012 ada gerakan menyebarkan tempe di Jepang dari kaum industri makanan di Jepang. Namun, kepopuleran tempe ternyata tidak berlangsung lama.
“Perlu adanya gerakan menjual tempe dalam bentuk yang siap saji atau yang sudah diolah dengan cita rasa orang Jepang sehingga lebih banyak lagi orang Jepang yang mengenal tempe. Memang kalau dijual bentuk mentah begitu saja, orang Jepang bingung bagaimana cara mengolah dan memakannya,” jelas Taiki yang sempat memperlihatkan beberapa jenis masakan dengan bahan dasar tempe.
Acara lokakarya Tempe yang dihadiri 103 peserta daring ini terasa semakin meriah, karena dihadiri oleh pakar tempe, yakni Made Astawan selaku Ketua Forum Tempe Indonesia. Pada kesempatan ini, Made Astawan menjawab berbagai pertanyaan detil tentang tempe.
Hadir pula Rustono, yang dikenal dengan sebutan ‘Raja Tempe’ di Jepang. Rustono membuat tempe sejak 20 tahun lalu dengan label Rusto’s Tempeh. Pabriknya terletak di Shiga dikelilingi alam yang indah dan air yang murni yang turut memberikan andil dalam pembuatan tempenya. Dengan jumlah produksi mencapai 10.000 buah, Rusto’s Tempeh dijual ke seluruh Jepang, bahkan ke negara-negara lain.
Lokakarya tersebut dilanjutkan dengan demo masak keringan tempe teri kacang oleh Ibu Ai dan Ibu Tini. Selain mendapatkan resep keringan tempe tersebut, peserta juga mendapat bahan resep Tempe Mendoan dari Ibu Nuning dilengkapi dengan daftar produk tempe yang bisa dibeli di Jepang.
“Jangan jadikan tempe sebagai bahan konsumsi saja tapi mari kita promosikan tempe di Jepang sebagai bentuk kecintaan kita terhadap budaya Indonesia,” imbau Nuning.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 511/sipres/A6/IX/2021
“Saya rasa orang Jepang yang sudah sering pergi ke Indonesia atau sering makan masakan Indonesia sudah tahu tentang tempe. Hari ini kita akan belajar sejarah dan pembuatan tempe bersama narasumber kita Miyazaki Taiki, dan saya berharap kita dapat lebih memopulerkan tempe di Jepang,” ucap Nuning membuka kegiatan yang berlangsung secara daring, pada Sabtu (11/9).
Sementara itu, Atase Pendidikan dan Kebudayaan, Yusli Wardiatno menyampaikan bahwa tema acara bulanan tentang tempe adalah bagian dari upaya KBRI untuk terus mempromosikan kuliner Indonesia kepada masyarakat Jepang.
“Semoga pandemi bisa cepat selesai sehingga rencana KBRI mempertemukan Forum Tempe Indonesia dan The Tempe Society of Japan dapat dilaksanakan. Saya yakin pertemuan semacam itu sangat strategis, baik dari sisi pengembangan ilmu pengetahuan terkait tempe maupun dari sudut pandang budaya, sebab tempe adalah warisan budaya bangsa. Kita akan coba juga kumpulkan para produsen tempe se-Jepang,” terang Atdikbud yang pada hari itu sarapan dengan menu tempe orek dicampur udang.
Pemateri kali ini adalah Miyazaki Taiki yang baru berusia 26 tahun, lulusan Universitas Kokushikan. Ketika masih menjadi mahasiswa, selama dua tahun, dia belajar bahasa dan budaya Indonesia di Yogyakarta. Kemudian, setelah kembali ke Jepang, ia mulai membuat tempe. Uniknya, dia juga menanam kedelai jenis tsukuizairai daizu, yang merupakan tanaman khas di daerah tempat tinggalnya, Sagamihara. Hasilnya, ia berhasil memadukan kedelai dari Jepang dengan proses pembuatan dan ragi dari Indonesia, sehingga menciptakan sebuah kolaborasi yang apik layaknya hubungan erat Indonesia dan Jepang.
Menurut Taiki, orang Jepang yang mengenal dan suka Indonesia memang sudah tahu tentang tempe. Pada tahun 1983 dan sekitar tahun 2012 ada gerakan menyebarkan tempe di Jepang dari kaum industri makanan di Jepang. Namun, kepopuleran tempe ternyata tidak berlangsung lama.
“Perlu adanya gerakan menjual tempe dalam bentuk yang siap saji atau yang sudah diolah dengan cita rasa orang Jepang sehingga lebih banyak lagi orang Jepang yang mengenal tempe. Memang kalau dijual bentuk mentah begitu saja, orang Jepang bingung bagaimana cara mengolah dan memakannya,” jelas Taiki yang sempat memperlihatkan beberapa jenis masakan dengan bahan dasar tempe.
Acara lokakarya Tempe yang dihadiri 103 peserta daring ini terasa semakin meriah, karena dihadiri oleh pakar tempe, yakni Made Astawan selaku Ketua Forum Tempe Indonesia. Pada kesempatan ini, Made Astawan menjawab berbagai pertanyaan detil tentang tempe.
Hadir pula Rustono, yang dikenal dengan sebutan ‘Raja Tempe’ di Jepang. Rustono membuat tempe sejak 20 tahun lalu dengan label Rusto’s Tempeh. Pabriknya terletak di Shiga dikelilingi alam yang indah dan air yang murni yang turut memberikan andil dalam pembuatan tempenya. Dengan jumlah produksi mencapai 10.000 buah, Rusto’s Tempeh dijual ke seluruh Jepang, bahkan ke negara-negara lain.
Lokakarya tersebut dilanjutkan dengan demo masak keringan tempe teri kacang oleh Ibu Ai dan Ibu Tini. Selain mendapatkan resep keringan tempe tersebut, peserta juga mendapat bahan resep Tempe Mendoan dari Ibu Nuning dilengkapi dengan daftar produk tempe yang bisa dibeli di Jepang.
“Jangan jadikan tempe sebagai bahan konsumsi saja tapi mari kita promosikan tempe di Jepang sebagai bentuk kecintaan kita terhadap budaya Indonesia,” imbau Nuning.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 511/sipres/A6/IX/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1042 kali
Editor :
Dilihat 1042 kali