Cegah Kepunahan, Kantor Bahasa Bengkulu Susun Kamus Bahasa Enggano  15 Oktober 2021  ← Back

Jakarta, Kemendikbudristek --- Keberagaman bahasa setiap provinsi di Indonesia mengalami potensi kepunahan akibat semakin berkurangnya jumlah penutur bahasa tersebut. Di Provinsi Bengkulu, ada tiga Bahasa yang menjadi Bahasa daerah, yaitu Bahasa (Melayu) Bengkulu, Bahasa Rejang, dan Bahasa Enggano. Dua dari tiga Bahasa tersebut, yaitu Bahasa (melayu) Bengkulu dan Bahasa Rejang, sudah sering diteliti hingga dibuat kamus. Sementara, penelitian tentang Bahasa Enggano nyaris belum pernah dilakukan selain pengambilan data untuk pemetaan Bahasa-bahasa daerah Indonesia yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 2008.

Pada 2021 ini, Kantor Bahasa Bengkulu menyasar Bahasa Enggano untuk dilakukan pengumpulan kosakata dan penyusunan kamus. Hal ini dilakukan mengingat penutur Bahasa Enggano yang terus menurun dari waktu ke waktu. Penyebab berkurangnya penutur Bahasa Enggano sangat beragam, mulai dari bencana alam hingga wabah penyakit menular yang pernah menyerang pulau tersebut dan mengakibatkan banyak kematian penduduk.

Di samping bencana alam dan wabah, penggerusan terhadap penggunaan bahasa Enggano juga terjadi karena banyak pendatang yang menetap tinggal di pulau yang berada di sebelah barat pulau Sumatra, tepatnya di utara Provinsi Bengkulu, baik melalui program transmigrasi maupun pendatang mandiri. Sementara itu, di sekolah, baik SD, SMP, dan SMA, digunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar-mengajar.

Walaupun, saat ini bahasa Enggano masih digunakan sebagai alat komunikasi intra-suku dan upacara adat, tetapi penggunaan bahasa Indonesia mulai mendominasi dalam komunikasi informal di warung/toko-toko yang pada umumnya dimiliki oleh pendatang. Para generasi muda yang sudah mengenyam pendidikan formal, baik di Enggano maupun di Bengkulu, cenderung menggunakan bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan keluarganya. Hal ini, tentu saja menjadi ancaman yang cukup serius bagi bahasa Enggano.

Dengan penyusunan kamus Bahasa Enggano ini dapat menjadi rujukan bagi pengguna dan pemelajar bahasa Enggano. Di samping itu, juga diharapkan kamus ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian-penelitian  selanjutnya.

Proses penyusunan kamus bahasa Enggano dimulai dengan perumusan masalah, menyusun kuesioner berupa daftar kosakata berdasarkan ranah yang telah disepakati yaitu anggota tubuh, kuliner, kekerabatan, dan aktivitas sehari-hari. Setiap tim, mengumpulkan 400 sampai 500 lema bahasa Enggano, sesuai klasifikasi dan jenis kosakata yang sudah ditentukan.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada informan yang merupakan penutur asli bahasa Enggano. Wawancara dilakukan selama lima hari dari pagi hingga petang, bahkan malam hari. Di sela-sela waktu senggang, tim dari kantor Bahasa Bengkulu menyempatkan diri untuk berinteraksi dengan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari, seperti memancing, menghadiri acara adat, hingga berbaur dengan ibu-ibu memasak beramai-ramai untuk kenduri. Proses pengumpulan ini dilakukan sejak akhir Maret hingga awal April 2021.

Pengumpulan lema ini dipimpin langsung oleh Kepala Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu, Yanti Riswara, dengan melibat dua tim, yaitu tim Pengumpulan Kosakata Bahasa Enggano, terdiri atas Azmi Ridwan Fauzi (Analis Kata dan Istilah), Zainal Arifin Nugraha (Pengkaji Bahasa dan Sastra), dan Olga Chaesa Novianti (Pengkaji Bahasa dan Sastra);  dan tim Pengumpulan Data Kamus Bahasa Enggano Azmi Ridwan Fauzi (Analis Kata dan Istilah), M. Yusuf (Peneliti Bahasa dan Sastra), dan Resy Novalia (Penyuluh Bahasa dan Sastra) .

Dari proses pengumpulan data ini, diperoleh 1.600 lema dan sublema Bahasa Enggano yang telah ditranskripsikan dari hasil rekaman wawancara kepada informan. Data ini selanjutnya dideskripsikan maknanya dan dianalisa secara leksikografi dengan melibatkan pakar kamus dari Badan Bahasa. Selain pakar dari Badan Bahasa, proses analisa juga melibatkan pemimpin adat suku Enggano, pemerintah daerah provinsi dan kabupaten, akademisi, sastrawan, budayawan, pemerhati, dan penutur Bahasa Enggano sendiri sebelum dicetak sebagai kamus. Kamus yang disusun tersebut dibuat dalam dwibahasa Bahasa Enggano-Indonesia.

Bahasa Enggano dituturkan oleh sekitar 1.500 jiwa masyarakat suku Enggano yang mendiami sebuah pulau kecil di lepas pantai barat Pulau Sumatra, tepatnya di Samudra Hindia yang berjarak sekitar 156 km atau 90 mil laut dari Ibukota Provinsi Bengkulu. Secara administratif, Pulau Enggano termasuk dalam wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.

Saat ini, perjalan ke Pulau Enggano dapat ditempuh dengan kapal laut atau kapal feri selama 12 sampai 20 jam perjalanan bergantung cuaca dan dengan pesawat udara berkapasitas penumpang 10—12 orang selama 40 sampai 45 menit dari Kota Bengkulu. Jadwal penerbangannya pun hanya 2 kali seminggu. Posisi pulau yang berada jauh di tengah Samudra Hindia dan relatif jauh dari ibukota provinsi membuat masyarakat Enggano cukup terisolasi.

Di samping itu, infrastruktur yang ada juga belum memadai. Jalan utama yang menghubungkan enam desa yang berjejer di sisi timur pulau masih berupa jalan tanah yang akan menjadi lumpur dalam pada musim hujan. Alat transportasi yang ada, umumnya sepeda motor dan mobil milik pribadi masyarakat dengan kondisi cukup parah karena digunakan pada kondisi jalan yang sangat buruk setiap hari. Listrik hanya menyala selama 12 jam sehari, yaitu dari pukul 06.00—12.00 dan pukul 18.00—24.00. (Aline R.)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5689 kali