Dorong Model Pembelajaran Sastra, Kantor Bahasa Kepri Lakukan Konservasi Sastra   07 Oktober 2021  ← Back



Tanjung Pinang, Kemendikbudristek --- Konservasi merupakan upaya pemeliharaan dan pelindungan sesuatu secara teratur untuk mencegah kerusakan dan kemusnahan dengan jalan mengawetkan; pengawetan; dan pelestarian. Berkaitan dengan konsep tersebut, Kantor Bahasa Kepulauan Riau tahun 2021 mengadakan konservasi Hikayat Nur Muhammad yang diadakan di Desa Musai, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau. 

Hikayat Nur Muhammad ini diperkirakan sudah ada di Lingga sejak zaman Kesultanan Melayu Riau-Johor-Pahang-Lingga (1828—1911 M) yang berkedudukan di Daik, Lingga. Hikayat ini merupakan salah satu tradisi di bidang keagamaan yang mengisahkan mulai dari kelahiran Nabi Muhammad SAW sampai dengan wafatnya beliau serta aktivitas yang dilakukannya. “Biasanya hikayat yang telah menjadi tradisi ini dilakukan pada acara maulid nabi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW,” tutur Asep selaku Kepala Kantor Bahasa Kepulauan Riau. 

Seiring perkembangan zaman dengan kuatnya pengaruh globalisasi dan teknologi informasi, tradisi ini sudah tidak dilakukan lagi sejak lima puluh tahun belakangan ini. Adapun narasumber yang tersisa kata Asep, tinggal dua orang lagi. “Itupun sudah berusia sepuh (80 tahun). Padahal tradisi ini merupakan salah satu kekayaan khazanah bangsa yang bersesuaian dengan kultur masyarakat pendukungnya,” ungkap dia.  

Berdasarkan hal tersebut, Kantor Bahasa Kepulauan Riau berupaya melakukan upaya penyelamatan dengan melakukan kegiatan konservasi sekaligus menjadikannya sebagai model pembelajaran sastra. Dalam penjelasannya, Asep menjabarkan langkah-langkah yang dilakukan instansinya dalam upaya konservasi tersebut. 

“Kami mengadakan kajian akademis dalam bentuk tertulis dan mengadakan pembelajaran kepada generasi muda. Di mana narasumber (maestro) mengajarkan kepada genarasi muda (masyarakat). Selain dalam bentuk tulisan upaya konservasi ini juga dilakukan dalam bentuk perekaman. Setelah pemelajar menguasai materi yang diajarkan, selanjutnya diadakan penampilan yang menampilkan para pemelajar yang didampingi maestro,” jelas Asep. 

Kegiatan penampilan ini diadakan di tengah masyarakat pendukungnya, yaitu di Desa Musai, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau Hasil pembelajaran dan perekaman lanjut dia, dijadikan sebagai model pembelajaran sastra.

Adapun kegiatan konservasi sebagai media pembelajaran sastra ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan berikut, yaitu: (1) Survei lapangan dan studi kelapangan, (2) Pembelajaran materi selama 10 kali pertemuan, (3) Tanggapan masyarakat pendukung terhadap Hikayat Nur Muhammad, dan (4) Penampilan.

Kegiatan penampilan direncanakan diadakan di Desa Musai, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau pada tanggal 23 September 2021 lalu. Kegiatan ini melibatkan para pemangku kebijakan terkait seperti Bupati Kabupaten Lingga, para pemangku kepentingan, dan masyarakat pendukung. 

“Diharapkan kegiatan konservasi ini dapat menjadi salah satu bahan (metode) pembelajaran sastra dan bahan rekomendasi untuk pemerintah daerah dalam upaya pelestarian dan pelindungan sastra yang hampir punah,” harap Asep.* (Denty. A)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1244 kali