Jelang Seleksi Guru PPPK Tahap 2, Kemendikbudristek Imbau Para Guru Siapkan Diri 15 Oktober 2021 ← Back
Jakarta, 15 Oktober 2021 --- Rekrutmen guru melalui mekanisme Seleksi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK) Tahap 2 akan segera dimulai awal November mendatang. Sekretaris Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani, mengimbau para guru menggunakan waktu semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri.
“Tidak usah ikut bimbel berbayar. Yang bisa menolong Bapak dan Ibu (guru) adalah diri sendiri dengan mempersiapkan diri dan berdoa. Tidak lama, lagi ujian seleksi kedua akan datang pada 8–11 November depan. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin,” tutur Nunuk pada Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar Episode 11 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan tema "Guru Belajar dan Berbagi - Sukses Seleksi ASN PPPK” secara daring, Kamis (14/10).
Seleksi Tahap 2, diakui Nunuk, terbuka bagi para guru untuk berkompetisi seluruhnya. “Afirmasi untuk sekolah induk hanya diberikan di ujian tahap 1. Sedangkan ujian tahap 2 sudah terbuka berkompetisi seluruhnya dan dilihat nilai tertingginya. Baik guru induk atau noninduk, lulusan guru PPG, individu yang memiliki sertifikat guru, dan belum mengajar. Seleksi kedua boleh memilih sekolah lain dan bukan sekolah sendiri tetapi masih dalam satu daerah kewenangan,” terang Nunuk.
Mekanisme ujian, dipastikan Nunuk, masih sama dengan seleksi tahap 1. “Bagi peserta yang belum maupun sudah lulus melewati NAB tetapi belum mendapat formasi, silakan daftar lalu memilih formasi lagi di SSCN BKN,” ujar Nunuk memaksudkan Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SSASN) milik Badan Kepegawaian Negara (BKN), suatu portal digital resmi pendaftaran ASN secara nasional.
“Jika yang dipilih mata pelajaran dan jenjang yang sama, maka nilai yang sudah diperoleh di ujian 1, yang sudah melebihi ambang batas, itu masih bisa digunakan. Tetapi tetap harus daftar lagi untuk sebagai bukti sebagai peserta ujian kedua dan lalu nanti akan mendapat lokasi dan jadwal ujian,” jelas Nunuk.
“Bagi yang belum lulus (seleksi tahap 1) jangan berkecil hati. Yang lulus sebanyak 173 ribu itu baru 35 persen dari formasi yang tersedia. Kami terus berusaha agar 306 ribu yang ada terisi semua di seleksi saat ini,” imbuhnya.
Menyoal pengumuman hasil seleksi tahap 1, Nunuk menjelaskan, “Kami ingin mengumumkan sesuai jadwal, tetapi dari hasil yang diperoleh, jumlah kelulusan jika dilihat pada passing grade yang tertuang pada Peraturan Menteri PAN-RB, tidak cukup banyak, meskipun kita mendapatkan guru-guru (yang lulus) sesuai harapan,” terang Nunuk.
“Lalu, terjadi dinamika dan masukan dari beberapa pihak, ada permohonan dari Komisi X, asosiasi-asosiasi guru, organisasi profesi yang memohon kepada Kemendikbudristek untuk memperjuangkan agar jumlah kelulusan meningkat,” jelas Nunuk. Ditambahkan dia, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bersama Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengusulkan kebijaksanaan tambahan peserta yang lulus ujian tahap 1.
“Seperti diketahui, tahap 1 difokuskan untuk afirmasi guru-guru yang mengabdi di sekolah induk, atau guru-guru yang sudah lama mengabdi di sekolah negeri. Lalu kami mengusulkan berbagai permohonan kebijakan yang tidak mengubah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) Nomor 28 Tahun 2021. Karena terkait tuntutan berbagai asosiasi untuk mengubah terkait afirmasi masa kerja tidak bisa kita akomodir, karena harus mengubah Permenpan,” lanjut Nunuk.
Nunuk menguraikan, yang dilakukan adalah mengusulkan afirmasi atau bonus Nilai Ambang Batas (NAB) untuk guru usia 50 tahun ke atas. “Kebijakannya, nilai kompetensi teknisnya diakui, pengalaman mengajar hingga usia 50 tahun itu sudah cakap, lalu ada penyesuaian nilai ambang batas untuk kompetensi manajerial, sosiokultural, dan wawancara,” terang Nunuk.
Selebihnya, dijelaskan Nunuk, diberikan penyesuaian NAB untuk seluruh peserta tanpa kecuali, agar seluruh guru honorer mendapatkan manfaat usulan Mendikbudristek. “Itulah sebabnya, perlu waktu hingga dua minggu dari pengumuman yang seharusnya, untuk menetapkan hal ini menjadi Keputusan Menteri PAN-RB,” tutur Nunuk.
NAB 1, 2, dan 3 yang terdapat pada Permenpan dan RB Nomor 1169 Tahun 2021 ini, dijelaskan Nunuk, akan terus dipakai untuk ujian-ujian selanjutnya. “Mekanisme ujian tahap 2 dan 3 tidak berubah, sama persis dengan ujian 1, sebagaimana tertuang dalam Permenpan dan RB Nomor 28 Tahun 2021,” tegas Nunuk.
Terkait opini dan keluhan masyarakat, Nunuk mengaku terbuka melayani. “Menghindari ketidakpuasan hasil ujian itu dituangkan melalui sanggah, kami menyiapkan layanan helpdesk lewat call center di 1-500-997 yang dapat dihubung dari pukul 7 pagi hingga 11 malam. Bisa juga melalui telegram yang tersedia, dan portal bantuan pada kontak di laman gurupppk.kemdikbud.go.id,” terang Nunuk.
Seleksi tenaga kependidikan (tendik), dijelaskan Nunuk, belum mendapatkan formasi untuk tahun 2021 dan 2022 dari kementerian yang berwenang menetapkan formasi, yaitu Kemenpan dan RB. “Kemendikbudristek tetap mengusulkan sesuai kebutuhan, dan semoga harapan teman-teman tendik yang ingin mendapatkan kepastian status dan kesejahteraan bisa terealisasi. Saya tegaskan, kewenangan menetapkan formasi di Kemenpan dan RB, sedangkan Kemendikbudristek hanya mengusulkan formasi,” ungkap dia.
Giat Para Guru Ikuti Seleksi PPPK
Guru SMP Negeri 5 Lingsar Lombok Barat, Siti Ratma Suryani, mengaku dirinya telah mengajar sejak 2005. “Waktu itu, sekolah baru didirikan dan kekurangan guru. Saya tertarik mengajar dan seiring waktu, saya sangat mencintai dan bangga bisa mendidik anak bangsa,” ungkap Siti. Diceritakan Siti, ia terkesan ketika anak didik bisa berprestasi. “Contohnya, ketika anak didik saya jadi Juara 1 Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten. Ada kepuasan tersendiri jika peserta didik berhasil,” ungkap perempuan yang juga pernah meraih Juara 2 OSN Kabupaten.
Diakui Siti, ia dapat melampaui passing grade dengan bertekad memanfaatkan kesempatan seleksi. “Ini kesempatan bagus dari pemerintah, dan saya mengambil peluang dengan belajar sungguh-sungguh. Membaca buku mata pelajaran IPS, dan juga saya mencari bahan-bahan belajar dari internet untuk soal-soal yang bentuknya pedagogi. Kemudian saya mendapat informasi dari kanal-kanal GTK Kemendikbudristek, dan makin dekat ujian, saya lebih rutin lagi dalam membaca. Saya senang sekali bisa lulus seleksi ASN PPPK,” ungkap Siti.
Berbeda dengan Siti, Guru SMA Negeri 1 Pamijahan, Kabupaten Bogor, Ade Taufik Kurahman, mengakui awal mulanya menjadi guru karena melatih ekstrakurikuler pencak silat di beberapa SMA di tengah kesibukannya sebagai karyawan. “Di situlah awal saya dekat dengan siswa dan saya banyak mengobrol dengan guru senior yang masih aktif di sana. Saya jadi tertarik masuk dunia pendidikan,” ungkap Ade yang kini telah mengabdi sebagai guru selama lebih dari 14 tahun.
Ade menilai, pengalaman paling berkesan sebagai guru adalah interaksi-interaksinya dengan siswa. “Kita dituntut untuk terus mengembangkan diri kita, untuk terus berproses bagaimana kita menjadi pendengar yang baik, menjadi teman berbagi yang baik untuk anak-anak, dan menuntun mereka menuju harapan-harapan mereka,” urai Ade.
“Ketika melatih pencak silat, saya belajar menjadi pendengar yang baik bagi siswa, dan kemudian saya belajar menuntun mereka. Hingga kini saya ‘tersesat’ di jalan yang benar menjadi seorang guru,” ungkapnya yang bersyukur dapat lulus ujian Seleksi PPPK.
“Terima kasih pada pemerintah yang sudah membuat regulasi fantastis, yaitu Seleksi PPPK. Ini sangat berkaitan dengan kesejahteraan para guru,” tutur Ade yang mengaku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk seleksi, karena dirinya tidak mungkin mengikuti Seleksi CPNS berhubung telah melewati syarat usia. “Saya banyak belajar bersama rekan-rekan, dan ikut Program Guru Belajar Kemendikbudristek. Kita harus bisa membaca dan melihat inti soal untuk menemukan kata kunci setiap soal,” tutur Ade memberi tips seraya menyemangati rekan-rekannya. “Ayo terus semangat mengembangkan diri,” kata Ade.
Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Langsa Provinsi Aceh, Amri Saputra, mengungkapkan, ia tidak menyangka akan menjadi guru SLB. “Saya seorang disabilitas, tapi dari SD sampai SMA saya bersekolah di sekolah umum. Awalnya cita-cita saya ingin menjadi dosen. Tapi qadarullah, saya bergabung ke SLB, dan sebagai sesama penyandang disabilitas, tidak sulit untuk menyatukan chemistry antara saya sebagai guru dengan murid-murid,” terang Amri yang mengaku senang dan telah bekerja selama 14 tahun sebagai guru SLB.
Salah satu pengalaman berkesan, diuraikan Amri, adalah mendidik siswa dengan celebral palsy, suatu kondisi kelumpuhan atau kerusakan fungsi otak yang mengganggu pergerakan dan koordinasi gerak. Penyandang celebral palsy, secara teori, memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.
“Anak ini menyandang disabilitas motorik. Tapi, setelah saya didik kurang lebih 4-5 tahun, anak ini memiliki kecerdasan normal, dia bisa membaca walaupun tidak bisa menulis karena tangannya lumpuh. Tapi dia bisa membaca walau dengan terbata-bata, bisa berhitung hitungan sederhana. Itu bagi saya sangat membanggakan dan menyenangkan, karena secara teori anak-anak seperti itu kecerdasannya di bawah rata-rata,” ungkap Amri.
Sementara itu, Amri mengaku memelihara sikap optimis dan menjaga kesehatan fisik dan mental lewat istirahat cukup dan beribadah. “Saya juga terus melatih kecepatan membaca karena ini berkaitan dengan manajemen waktu, untuk menghindari stres saat menjawab soal. Jadi kita tidak akan takut kehabisan waktu,” ungkap Amri.
Amri pun rajin mencari berbagai referensi soal-soal berbentuk High Order Thinking Skills (HOTS), yaitu soal-soal yang membutuhkan proses penalaran tinggi. “Saya percaya soal-soal akan banyak yang berbentuk HOTS, contohnya soal-soal ketika saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), banyak soal-soal HOTS,” terang Amri.
Siti berharap, para peserta seleksi tahap 2 dan 3 dapat lebih intensif belajar. “Lebih banyak membaca, memanfaatkan wadah yang disediakan, dan semangat meningkatkan kualitas kita sebagai guru dengan berusaha sungguh-sungguh,” tegas Siti yang diamini Amri. “Insyaallah kalau kita terus berusaha dan berdoa, Allah akan memberikan apa yang kita pinta,” pungkas Amri.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#SerentakBergerak
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 607/sipres/A6/IX/2021
“Tidak usah ikut bimbel berbayar. Yang bisa menolong Bapak dan Ibu (guru) adalah diri sendiri dengan mempersiapkan diri dan berdoa. Tidak lama, lagi ujian seleksi kedua akan datang pada 8–11 November depan. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin,” tutur Nunuk pada Webinar Silaturahmi Merdeka Belajar Episode 11 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dengan tema "Guru Belajar dan Berbagi - Sukses Seleksi ASN PPPK” secara daring, Kamis (14/10).
Seleksi Tahap 2, diakui Nunuk, terbuka bagi para guru untuk berkompetisi seluruhnya. “Afirmasi untuk sekolah induk hanya diberikan di ujian tahap 1. Sedangkan ujian tahap 2 sudah terbuka berkompetisi seluruhnya dan dilihat nilai tertingginya. Baik guru induk atau noninduk, lulusan guru PPG, individu yang memiliki sertifikat guru, dan belum mengajar. Seleksi kedua boleh memilih sekolah lain dan bukan sekolah sendiri tetapi masih dalam satu daerah kewenangan,” terang Nunuk.
Mekanisme ujian, dipastikan Nunuk, masih sama dengan seleksi tahap 1. “Bagi peserta yang belum maupun sudah lulus melewati NAB tetapi belum mendapat formasi, silakan daftar lalu memilih formasi lagi di SSCN BKN,” ujar Nunuk memaksudkan Sistem Seleksi Calon Aparatur Sipil Negara (SSASN) milik Badan Kepegawaian Negara (BKN), suatu portal digital resmi pendaftaran ASN secara nasional.
“Jika yang dipilih mata pelajaran dan jenjang yang sama, maka nilai yang sudah diperoleh di ujian 1, yang sudah melebihi ambang batas, itu masih bisa digunakan. Tetapi tetap harus daftar lagi untuk sebagai bukti sebagai peserta ujian kedua dan lalu nanti akan mendapat lokasi dan jadwal ujian,” jelas Nunuk.
“Bagi yang belum lulus (seleksi tahap 1) jangan berkecil hati. Yang lulus sebanyak 173 ribu itu baru 35 persen dari formasi yang tersedia. Kami terus berusaha agar 306 ribu yang ada terisi semua di seleksi saat ini,” imbuhnya.
Menyoal pengumuman hasil seleksi tahap 1, Nunuk menjelaskan, “Kami ingin mengumumkan sesuai jadwal, tetapi dari hasil yang diperoleh, jumlah kelulusan jika dilihat pada passing grade yang tertuang pada Peraturan Menteri PAN-RB, tidak cukup banyak, meskipun kita mendapatkan guru-guru (yang lulus) sesuai harapan,” terang Nunuk.
“Lalu, terjadi dinamika dan masukan dari beberapa pihak, ada permohonan dari Komisi X, asosiasi-asosiasi guru, organisasi profesi yang memohon kepada Kemendikbudristek untuk memperjuangkan agar jumlah kelulusan meningkat,” jelas Nunuk. Ditambahkan dia, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim bersama Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan mengusulkan kebijaksanaan tambahan peserta yang lulus ujian tahap 1.
“Seperti diketahui, tahap 1 difokuskan untuk afirmasi guru-guru yang mengabdi di sekolah induk, atau guru-guru yang sudah lama mengabdi di sekolah negeri. Lalu kami mengusulkan berbagai permohonan kebijakan yang tidak mengubah Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan RB) Nomor 28 Tahun 2021. Karena terkait tuntutan berbagai asosiasi untuk mengubah terkait afirmasi masa kerja tidak bisa kita akomodir, karena harus mengubah Permenpan,” lanjut Nunuk.
Nunuk menguraikan, yang dilakukan adalah mengusulkan afirmasi atau bonus Nilai Ambang Batas (NAB) untuk guru usia 50 tahun ke atas. “Kebijakannya, nilai kompetensi teknisnya diakui, pengalaman mengajar hingga usia 50 tahun itu sudah cakap, lalu ada penyesuaian nilai ambang batas untuk kompetensi manajerial, sosiokultural, dan wawancara,” terang Nunuk.
Selebihnya, dijelaskan Nunuk, diberikan penyesuaian NAB untuk seluruh peserta tanpa kecuali, agar seluruh guru honorer mendapatkan manfaat usulan Mendikbudristek. “Itulah sebabnya, perlu waktu hingga dua minggu dari pengumuman yang seharusnya, untuk menetapkan hal ini menjadi Keputusan Menteri PAN-RB,” tutur Nunuk.
NAB 1, 2, dan 3 yang terdapat pada Permenpan dan RB Nomor 1169 Tahun 2021 ini, dijelaskan Nunuk, akan terus dipakai untuk ujian-ujian selanjutnya. “Mekanisme ujian tahap 2 dan 3 tidak berubah, sama persis dengan ujian 1, sebagaimana tertuang dalam Permenpan dan RB Nomor 28 Tahun 2021,” tegas Nunuk.
Terkait opini dan keluhan masyarakat, Nunuk mengaku terbuka melayani. “Menghindari ketidakpuasan hasil ujian itu dituangkan melalui sanggah, kami menyiapkan layanan helpdesk lewat call center di 1-500-997 yang dapat dihubung dari pukul 7 pagi hingga 11 malam. Bisa juga melalui telegram yang tersedia, dan portal bantuan pada kontak di laman gurupppk.kemdikbud.go.id,” terang Nunuk.
Seleksi tenaga kependidikan (tendik), dijelaskan Nunuk, belum mendapatkan formasi untuk tahun 2021 dan 2022 dari kementerian yang berwenang menetapkan formasi, yaitu Kemenpan dan RB. “Kemendikbudristek tetap mengusulkan sesuai kebutuhan, dan semoga harapan teman-teman tendik yang ingin mendapatkan kepastian status dan kesejahteraan bisa terealisasi. Saya tegaskan, kewenangan menetapkan formasi di Kemenpan dan RB, sedangkan Kemendikbudristek hanya mengusulkan formasi,” ungkap dia.
Giat Para Guru Ikuti Seleksi PPPK
Guru SMP Negeri 5 Lingsar Lombok Barat, Siti Ratma Suryani, mengaku dirinya telah mengajar sejak 2005. “Waktu itu, sekolah baru didirikan dan kekurangan guru. Saya tertarik mengajar dan seiring waktu, saya sangat mencintai dan bangga bisa mendidik anak bangsa,” ungkap Siti. Diceritakan Siti, ia terkesan ketika anak didik bisa berprestasi. “Contohnya, ketika anak didik saya jadi Juara 1 Olimpiade Sains Nasional (OSN) Tingkat Kabupaten. Ada kepuasan tersendiri jika peserta didik berhasil,” ungkap perempuan yang juga pernah meraih Juara 2 OSN Kabupaten.
Diakui Siti, ia dapat melampaui passing grade dengan bertekad memanfaatkan kesempatan seleksi. “Ini kesempatan bagus dari pemerintah, dan saya mengambil peluang dengan belajar sungguh-sungguh. Membaca buku mata pelajaran IPS, dan juga saya mencari bahan-bahan belajar dari internet untuk soal-soal yang bentuknya pedagogi. Kemudian saya mendapat informasi dari kanal-kanal GTK Kemendikbudristek, dan makin dekat ujian, saya lebih rutin lagi dalam membaca. Saya senang sekali bisa lulus seleksi ASN PPPK,” ungkap Siti.
Berbeda dengan Siti, Guru SMA Negeri 1 Pamijahan, Kabupaten Bogor, Ade Taufik Kurahman, mengakui awal mulanya menjadi guru karena melatih ekstrakurikuler pencak silat di beberapa SMA di tengah kesibukannya sebagai karyawan. “Di situlah awal saya dekat dengan siswa dan saya banyak mengobrol dengan guru senior yang masih aktif di sana. Saya jadi tertarik masuk dunia pendidikan,” ungkap Ade yang kini telah mengabdi sebagai guru selama lebih dari 14 tahun.
Ade menilai, pengalaman paling berkesan sebagai guru adalah interaksi-interaksinya dengan siswa. “Kita dituntut untuk terus mengembangkan diri kita, untuk terus berproses bagaimana kita menjadi pendengar yang baik, menjadi teman berbagi yang baik untuk anak-anak, dan menuntun mereka menuju harapan-harapan mereka,” urai Ade.
“Ketika melatih pencak silat, saya belajar menjadi pendengar yang baik bagi siswa, dan kemudian saya belajar menuntun mereka. Hingga kini saya ‘tersesat’ di jalan yang benar menjadi seorang guru,” ungkapnya yang bersyukur dapat lulus ujian Seleksi PPPK.
“Terima kasih pada pemerintah yang sudah membuat regulasi fantastis, yaitu Seleksi PPPK. Ini sangat berkaitan dengan kesejahteraan para guru,” tutur Ade yang mengaku mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk seleksi, karena dirinya tidak mungkin mengikuti Seleksi CPNS berhubung telah melewati syarat usia. “Saya banyak belajar bersama rekan-rekan, dan ikut Program Guru Belajar Kemendikbudristek. Kita harus bisa membaca dan melihat inti soal untuk menemukan kata kunci setiap soal,” tutur Ade memberi tips seraya menyemangati rekan-rekannya. “Ayo terus semangat mengembangkan diri,” kata Ade.
Guru Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kota Langsa Provinsi Aceh, Amri Saputra, mengungkapkan, ia tidak menyangka akan menjadi guru SLB. “Saya seorang disabilitas, tapi dari SD sampai SMA saya bersekolah di sekolah umum. Awalnya cita-cita saya ingin menjadi dosen. Tapi qadarullah, saya bergabung ke SLB, dan sebagai sesama penyandang disabilitas, tidak sulit untuk menyatukan chemistry antara saya sebagai guru dengan murid-murid,” terang Amri yang mengaku senang dan telah bekerja selama 14 tahun sebagai guru SLB.
Salah satu pengalaman berkesan, diuraikan Amri, adalah mendidik siswa dengan celebral palsy, suatu kondisi kelumpuhan atau kerusakan fungsi otak yang mengganggu pergerakan dan koordinasi gerak. Penyandang celebral palsy, secara teori, memiliki kecerdasan di bawah rata-rata.
“Anak ini menyandang disabilitas motorik. Tapi, setelah saya didik kurang lebih 4-5 tahun, anak ini memiliki kecerdasan normal, dia bisa membaca walaupun tidak bisa menulis karena tangannya lumpuh. Tapi dia bisa membaca walau dengan terbata-bata, bisa berhitung hitungan sederhana. Itu bagi saya sangat membanggakan dan menyenangkan, karena secara teori anak-anak seperti itu kecerdasannya di bawah rata-rata,” ungkap Amri.
Sementara itu, Amri mengaku memelihara sikap optimis dan menjaga kesehatan fisik dan mental lewat istirahat cukup dan beribadah. “Saya juga terus melatih kecepatan membaca karena ini berkaitan dengan manajemen waktu, untuk menghindari stres saat menjawab soal. Jadi kita tidak akan takut kehabisan waktu,” ungkap Amri.
Amri pun rajin mencari berbagai referensi soal-soal berbentuk High Order Thinking Skills (HOTS), yaitu soal-soal yang membutuhkan proses penalaran tinggi. “Saya percaya soal-soal akan banyak yang berbentuk HOTS, contohnya soal-soal ketika saya mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG), banyak soal-soal HOTS,” terang Amri.
Siti berharap, para peserta seleksi tahap 2 dan 3 dapat lebih intensif belajar. “Lebih banyak membaca, memanfaatkan wadah yang disediakan, dan semangat meningkatkan kualitas kita sebagai guru dengan berusaha sungguh-sungguh,” tegas Siti yang diamini Amri. “Insyaallah kalau kita terus berusaha dan berdoa, Allah akan memberikan apa yang kita pinta,” pungkas Amri.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#SerentakBergerak
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 607/sipres/A6/IX/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 75491 kali
Editor :
Dilihat 75491 kali