Ketika Warga Negeri Kangguru Belajar Daring Seni Tari, Angklung, dan Gamelan Nusantara  14 Oktober 2021  ← Back

Canberra, 13 Oktober 2021 --- Para Pelajar Defence Force School of Languages Australia di Canberra antusias mengikuti lokakarya budaya dan bahasa Indonesia secara daring dengan tajuk In-Country Training Activities yang digelar bekerja sama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Canberra, Selasa (12/10).  Kegiatan tersebut berlangsung selama sembilan hari ke depan.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Canberra, Mukhamad Najib, mengatakan bahwa lokakarya tersebut dirancang untuk para pelajar yang nantinya akan bertugas di Indonesia. “Selain belajar mengenai Bahasa Indonesia, mereka juga diperkenalkan dengan budaya Indonesia dan mempraktikkannya secara langsung. Kali ini, mereka belajar Tari Bali, mengenal dan memperagakan beragam pakaian adat Indonesia, dan belajar memainkan dua alat musik tradisional, yaitu Gamelan Bali dan Angklung,” ungkap Atdikbud Najib.

Dituturkan Najib, para peserta diajak mempelajari ragam atribut budaya Indonesia dari mulai tarian, pakaian adat seperti batik, makanan khas daerah, sampai alat musik dan seni bela diri silat. “Peserta juga diajak tur virtual keliling beberapa provinsi Indonesia untuk lebih dekat mengenal Indonesia,” ucap Najib.

Pemerintah Canberra, jelas Najib, masih memberlakukan kebijakan tutup wilayah (lockdown) hingga 15 Oktober 2021, sehingga kegiatan tatap muka tidak dimungkinkan. “Maka, semua program dilakukan daring, termasuk berlatih alat musik pun dilakukan secara daring. Tapi ini tidak mengurangi antusiasme para peserta untuk berlatih menari dan memainkan alat musik tradisional Indonesia dengan semangat dan gembira,” terang Najib.

Dalam sambutan pembukaannya, Atdikbud Najib menyampaikan bahwa para peserta akan dikenalkan sebagian kecil dari tradisi dan budaya Indonesia. “Indonesia tak hanya luas wilayahnya dari Sabang sampai Merauke, tapi juga sangat kaya budaya dan tradisi. Sehingga, tidak mungkin dalam waktu yang singkat bisa dipelajari seluruhnya,” terangnya.

“Jika ingin belajar keragaman, maka Indonesia adalah tempatnya. Indonesia terdiri dari beragam etnis dengan beragam tradisi, budaya dan bahasa. Jadi kalau saat ini para peserta belajar Bahasa Indonesia, ketahuilah bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, sementara di setiap daerah di Indonesia juga terdapat banyak sekali bahasa daerah, sehingga jangan kaget jika nanti anda datang ke Yogyakarta, misalnya, mereka akan bicara dengan Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia,” tutur Atdikbud Najib pada para peserta.

Pelatihan menari dan bermain Gamelan Bali dalam lokakarya ini dibimbing langsung oleh I Gede Eka Riadi yang merupakan seniman Indonesia asal Bali. Sementara untuk pelatihan Angklung para peserta dibimbing langsung oleh Rubby Al Burhan, seniman asal Jawa Barat. Keduanya merupakan staf KBRI Canberra yang memiliki kompetensi di bidang masing-masing. Tentu tidak mudah melakukan pelatihan musik dan tari secara daring, terlebih lagi untuk angklung yang harus dimainkan secara bersama-sama.

“Sebenarnya pelatihan secara daring tidak terlalu mudah, karena perbedaan jaringan internet dari masing-masing akan menyebabkan bunyi yang beragam. Sementara, gamelan harus dimainkan secara bersama-sama di tempat yang sama, sehingga dengan pelatihan secara daring maka menyelaraskan bunyi antar peserta menjadi tidak mudah mengingat masing-masing peserta berada di tempat yang berbeda,” jelas Gede.

Senada dengan Gede, Rubby mengatakan bahwa pelatihan angklung secara daring memberikan tantangan tersendiri. “Angklung harus dimainkan berkelompok secara bersama. Pelatihan Angklung secara daring mensyaratkan jaringan yang stabil agar bisa menghasilkan bunyi asli yang jelas, karena jika bunyi asli dari masing-masing angklung tidak jelas, maka akan sulit untuk menyelaraskan bunyinya. Pelatihan angklung daring ini sangat menarik meski secara teknis sedikit rumit karena panitia harus mengirimkan dulu angklungnya ke masing-masing peserta dan memastikan jaringan yang digunakan berkualitas baik,” tutur Rubby.

Sejarah angklung, kronologi kapan angklung mulai dimainkan, apakah ada waktu khusus untuk memainkan angklung, apa saja jenis-jenis angklung yang ada, dan berapa harga angklung, seluruhnya ditanyakan para peserta. “Mereka sangat menikmati bermain angklung, bahkan mereka berminat untuk memiliki angklung sendiri,” jelas Rubby.

Menurut Najib, pelatihan daring untuk gamelan dan angklung ini merupakan inovasi pembelajaran yang menarik. Najib berharap dengan pelatihan budaya secara daring ini akan memudahkan promosi budaya secara digital. “Pelatihan tari, gamelan dan angklung secara daring ini memungkinkan kita mempromosikan budaya Indonesia secara digital dengan lebih luas lagi. Ke depan, kantor Atdikbud Canberra juga akan membuat tutorial bermain gamelan dan angklung secara digital sehingga mudah didistribusikan ke sekolah-sekolah maupun universitas di Australia,” pungkas Atdikbud Najib.
 






Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
 
Laman: kemdikbud.go.id                        
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
 
#MerdekaBelajar
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 604/sipres/A6/X/2021

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 687 kali