Latih Kesadaran Warga Sekolah, SRI Tokyo Lakukan Simulasi Siaga dan Tanggap Bencana 06 Oktober 2021 ← Back
Tokyo, 6 Oktober 2021 – Untuk mewujudkan program sekolah di bidang keamanan dan keselamatan warga sekolah, Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT) melaksanakan Kegiatan Simulasi Siaga dan Tanggap Bencana. Kegiatan yang diikuti oleh seluruh siswa sejumlah 110 orang didampingi oleh guru, karyawan, kepala sekolah, petugas pemadam kebakaran dan kepolisian merupakan program tahunan sekolah.
Kegiatan ini diselenggarakan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, di SRIT, Selasa (5/10), bekerja sama dengan pemerintah kota Meguro. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat menggugah kesadaran dan melatih seluruh warga sekolah dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, mengingat Jepang merupakan negara dengan frekuensi tertinggi terjadinya bencana khususnya gempa bumi.
Istri Duta Besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Nuning Heri Akhmadi, menyampaikan pesan melalui kepala sekolah bahwa salah satu indikator satuan pendidikan layak anak adalah sekolah yang sudah aman dari bencana. “Kita menyambut baik kegiatan simulasi siaga bencana bagi anak-anak SRIT sebagai upaya sekolah untuk menyediakan tempat belajar yang aman dari bencana, dan terima kasih kepada pemerintah kota Meguro dan jajaranya yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa SRIT yang keberadaannya di tengah pemukiman warga Meguro selalu bekerja sama tiap tahunnya dengan pemerintah setempat untuk melaksanakan pelatihan dan simulasi darurat bencana.
Pada kesempatan yang sama, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno menyampaikan rasa syukurnya bahwa program latihan simulasi bencana yang sangat penting dan bermanfaat bagi anak-anak tahun ini dapat dilaksanakan.
“Secara geologi dan geografi, Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan dari sudut pandang peluang terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami atau angin topan sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana menghadapi bencana sangat diperlukan siswa-siswi SRIT. Pengetahuan tersebut dapat ditularkan kepada orang lain bila siswa-siswi SRIT ada yang pulang ke Indonesia. Demikian juga dengan sikap dan perilaku masyarakat Jepang pasca bencana yang tetap antre bila harus mendapatkan bantuan makanan, minuman atau keperluan lain. Hal seperti ini patut ditiru,” papar Yusli
Kegiatan simulasi siaga bencana diawali dengan penjelasan teknis pelaksanaan kegiatan dari petugas pemadam kebakaran dan pemutaran video suasana dan dampak bencana gempa bumi, tanah longsor, dan kebakaran. Kemudian petugas memberikan arahan mengenai prosedur penyelamatan diri pada saat bencana terjadi. Pada sesi penjelasan, petugas memberikan kesempatan para siswa untuk bertanya tentang tindakan yang harus dilakukaan saat bencana.
Selanjutnya, para siswa dengan dibimbing para wali kelas masuk ke ruang kelas masing-masing untuk menyimulasikan seolah-olah sedang melaksanakan pembelajaran seperti biasa, tiba-tiba sirene berbunyi dan pengumuman bencana dalam bahasa Jepang dan Indonesia dari sentral suara.
Para siswa didampingi guru di kelas latihan menyelamatkan diri di bawah meja seolah ada goncangan hebat gempa bumi. Setelah beberapa saat, kemudian disimulasikan pengumuman lewat sentral suara bahwa gempa sudah mereda dan para siswa dipandu guru keluar dari kelas masing-masing menuju halaman sekolah dengan berjalan secara tenang, tertib dan hati-hati, tidak boleh berteriak, tidak boleh saling mendorong maupun bercanda. Simulasi evakuasi ke lokasi yang lebih tinggi dilakukan di halaman sekolah dengan dampingan guru dan petugas untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan tsunami pasca gempa di Rinshinomori Park dengan jarak sekitar 750 meter dari kompleks SRIT.
Para siswa dan guru secara bergantian melakukan simulasi merasakan goncangan gempa dengan menaiki mobil simulasi gempa yang telah disediakan oleh petugas. Untuk siswa jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) goncangan gempa diatur level 6 skala richter, sedangkan siswa jenjang Sekolah Menegah Atas (SMA) dan guru diatur untuk merasakan goncangan gempa level 7 skala richter.
Kepala SRIT Saidan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, khususnya petugas pemadam kebakaran dan kepolisian Meguro serta wali siswa serta Bapak/Ibu guru atas sukses dan lancarnya kegiatan Simulasi Siaga dan Tanggap Bencana.
Senada dengan itu, Nuning Heri Akhmadi, menyampaikan syukur bahwa kegiatan ini dapat berjalan dengan baik setelah tertunda tahun lalu. “Puji syukur alhamdulillah, kegiatan yang tahun lalu sempat tidak bisa dilaksanakan akibat pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Jepang, di tahun 2021 ini dapat dilaksanakan lagi setelah dicabutnya keadaan darurat ke-4 akibat Covid-19 di wilayah Tokyo,” imbuhnya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#SiagaBencana
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 571/sipres/A6/X/2021
Kegiatan ini diselenggarakan secara luring dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, di SRIT, Selasa (5/10), bekerja sama dengan pemerintah kota Meguro. Dengan kegiatan tersebut diharapkan dapat menggugah kesadaran dan melatih seluruh warga sekolah dalam kesiapsiagaan menghadapi bencana, mengingat Jepang merupakan negara dengan frekuensi tertinggi terjadinya bencana khususnya gempa bumi.
Istri Duta Besar Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo, Nuning Heri Akhmadi, menyampaikan pesan melalui kepala sekolah bahwa salah satu indikator satuan pendidikan layak anak adalah sekolah yang sudah aman dari bencana. “Kita menyambut baik kegiatan simulasi siaga bencana bagi anak-anak SRIT sebagai upaya sekolah untuk menyediakan tempat belajar yang aman dari bencana, dan terima kasih kepada pemerintah kota Meguro dan jajaranya yang telah memfasilitasi kegiatan tersebut,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa SRIT yang keberadaannya di tengah pemukiman warga Meguro selalu bekerja sama tiap tahunnya dengan pemerintah setempat untuk melaksanakan pelatihan dan simulasi darurat bencana.
Pada kesempatan yang sama, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno menyampaikan rasa syukurnya bahwa program latihan simulasi bencana yang sangat penting dan bermanfaat bagi anak-anak tahun ini dapat dilaksanakan.
“Secara geologi dan geografi, Jepang dan Indonesia memiliki kesamaan dari sudut pandang peluang terjadinya bencana alam seperti gempa bumi, tsunami atau angin topan sehingga pengetahuan dan pemahaman tentang bagaimana menghadapi bencana sangat diperlukan siswa-siswi SRIT. Pengetahuan tersebut dapat ditularkan kepada orang lain bila siswa-siswi SRIT ada yang pulang ke Indonesia. Demikian juga dengan sikap dan perilaku masyarakat Jepang pasca bencana yang tetap antre bila harus mendapatkan bantuan makanan, minuman atau keperluan lain. Hal seperti ini patut ditiru,” papar Yusli
Kegiatan simulasi siaga bencana diawali dengan penjelasan teknis pelaksanaan kegiatan dari petugas pemadam kebakaran dan pemutaran video suasana dan dampak bencana gempa bumi, tanah longsor, dan kebakaran. Kemudian petugas memberikan arahan mengenai prosedur penyelamatan diri pada saat bencana terjadi. Pada sesi penjelasan, petugas memberikan kesempatan para siswa untuk bertanya tentang tindakan yang harus dilakukaan saat bencana.
Selanjutnya, para siswa dengan dibimbing para wali kelas masuk ke ruang kelas masing-masing untuk menyimulasikan seolah-olah sedang melaksanakan pembelajaran seperti biasa, tiba-tiba sirene berbunyi dan pengumuman bencana dalam bahasa Jepang dan Indonesia dari sentral suara.
Para siswa didampingi guru di kelas latihan menyelamatkan diri di bawah meja seolah ada goncangan hebat gempa bumi. Setelah beberapa saat, kemudian disimulasikan pengumuman lewat sentral suara bahwa gempa sudah mereda dan para siswa dipandu guru keluar dari kelas masing-masing menuju halaman sekolah dengan berjalan secara tenang, tertib dan hati-hati, tidak boleh berteriak, tidak boleh saling mendorong maupun bercanda. Simulasi evakuasi ke lokasi yang lebih tinggi dilakukan di halaman sekolah dengan dampingan guru dan petugas untuk menyelamatkan diri dari kemungkinan tsunami pasca gempa di Rinshinomori Park dengan jarak sekitar 750 meter dari kompleks SRIT.
Para siswa dan guru secara bergantian melakukan simulasi merasakan goncangan gempa dengan menaiki mobil simulasi gempa yang telah disediakan oleh petugas. Untuk siswa jenjang Taman Kanak-kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) goncangan gempa diatur level 6 skala richter, sedangkan siswa jenjang Sekolah Menegah Atas (SMA) dan guru diatur untuk merasakan goncangan gempa level 7 skala richter.
Kepala SRIT Saidan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak, khususnya petugas pemadam kebakaran dan kepolisian Meguro serta wali siswa serta Bapak/Ibu guru atas sukses dan lancarnya kegiatan Simulasi Siaga dan Tanggap Bencana.
Senada dengan itu, Nuning Heri Akhmadi, menyampaikan syukur bahwa kegiatan ini dapat berjalan dengan baik setelah tertunda tahun lalu. “Puji syukur alhamdulillah, kegiatan yang tahun lalu sempat tidak bisa dilaksanakan akibat pandemi Covid-19 yang melanda seluruh dunia termasuk Jepang, di tahun 2021 ini dapat dilaksanakan lagi setelah dicabutnya keadaan darurat ke-4 akibat Covid-19 di wilayah Tokyo,” imbuhnya.
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Laman: kemdikbud.go.id
Twitter: twitter.com/Kemdikbud_RI
Instagram: instagram.com/kemdikbud.ri
Facebook: facebook.com/kemdikbud.ri
Youtube: KEMENDIKBUD RI
Pertanyaan dan Pengaduan: ult.kemdikbud.go.id
#MerdekaBelajar
#SiagaBencana
Sumber : Siaran Pers Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor: 571/sipres/A6/X/2021
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1180 kali
Editor :
Dilihat 1180 kali