Pelestarian Rumah Tuo Rantau Warisan Budaya Jambi 14 Oktober 2021 ← Back
Jambi, Kemendikbudristek --- Dalam upaya pengayaan lema Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) melalui kosakata bahasa daerah Jambi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Kantor Bahasa Provinsi Jambi memilih berbagai daerah sebagai lokasi pengambilan data/Daerah Pengamatan (DP) di Jambi. Salah satu DP yang dipilih yaitu Desa Rantau Panjang, Merangin, Kecamatan Tabir.
Kepala Kantor Bahasa Jambi, Sukardi Gau mengatakan, pemilihan jatuh pada warisan budaya berupa rumah trasional Desa Rantau Panjang yaitu Rumah Tuo Rantau Panjang. Rumah ini masih berdiri kokoh yang dapat ditemukan di desa adat Rantau Panjang.
Rumah ini terbuat dari kayu dan berbentuk seperti rumah panggung dengan disangga dengan beberapa tiang di bawahnya. Bentuk rumah memanjang ke samping, dengan tangga pada pintu masuk dan beberapa jendela dengan ukuran besar. Dahulu, atap Rumah Tuo Rantau Panjang dibuat dari ijuk, namun karena semakin sulitnya mencari ijuk, kini atapnya diganti dengan seng.
Tata krama masih sangat dijunjung oleh masyarakat sekitar, hal ini terlihat ketika wisatawan harus menunduk kerena pintu rumah hanya setinggi satu meter saja. Wisatawan harus menunduk karena pintu rumah hanya setinggi satu meter. Hal ini melambangkan kesopanan dan tata krama yang senantiasa dilestarikan penduduk setempat.
Rumah Tuo Rantau Panjang memiliki warna seragam, yaitu coklat terang dengan tiga ruangan. Ruang yang pertama merupakan ruang pertemuan dengan lantai yang dibagi menjadi tiga bagian. Antara bagian satu dengan lainnya dipisahkan dengan sekat kayu berukuran 10 cm.
“Lantai yang agak tinggi disebut Balai Melintang, diperuntukkan bagi ninik mamak dan ulama; lantai tengah untuk keluarga; dan serta lantai lorong yang menuju ke ruang kedua diperuntukkan bagi para pekerja. Ruang kedua pada Rumah Tuo Rantau Panjang digunakan sebagai kamar tidur dan ruang ketiga merupakan dapur untuk memasak,” jelasnya.
Rumah kokoh dengan adanya kayu sendi yang digunakan sebagai bantalan tiang penyangga tampak dari rumah panggung yang terletak di ujung kampung. Konon rumah itu merupakan rumah paling tua dan dijadikan sebagai museum serta pusat wisata budaya. Rumah tersebut dijaga dan dirawat oleh generasi ketujuh Suku Batin bernama Iskandar. “Koleksi benda tradisional di Rumah Tuo ini cukup lengkap, pengambilan data kosakata dipusatkan di sini,” terang Sukardi.
“Adanya wujud fisik rumah tradisional ini diharapkan dapat memudahkan pengambilan data kosakata di bidang arsitektur,” harapnya.* (Devy P./Denty A.)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4100 kali
Editor :
Dilihat 4100 kali