Tim Balai Bahasa Provinsi Aceh (BBPA) Sosialisasikan Revitalisasi Tradisi Gayo “Kekitiken” 01 Oktober 2021 ← Back
Aceh, Kemendikbudristek --- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Tim Balai Bahasa Provinsi Aceh (BBPA) mendatangi beberapa sekolah di Kabupaten Aceh Tengah untuk menyosialisasikan kegiatan revitalisasi kekitiken. Sekolah yang dikunjungi tersebut di antaranya adalah SMA Al Azhar Terpadu dan SMAN 8, Takengon.
Dua orang narasumber, Johny dan Salman Yoga menyampaikan materi mengenai Kekitiken. “Berkekitiken membutuhkan kecepatan berpikir, pertanyaan yang diberikan pihak penanya kepada temannya penuh dengan bahasa yang mengandung pernyataan yang membutuhkan daya nalar, sehingga hal ini akan menambah daya nalar orang berkekitiken,” ujar Johny saat menyambangi beberapa sekolah di Kabupaten Aceh Tengah.
Ditambahkan Salman Yoga, ia mengingatkan betapa pentingnya melestarikan budaya Kekitiken dalam masyarakat khususnya masyarakat Gayo. “Jika ingin cerdas, berkeitikenlah!” ajaknya.
Sekolah pertama yang dikunjungi tim BBPA adalah SMA terpadu Al-Azhar. Sekolah yang dikepalai Cut Ida Agustina ini menerima penjelasan dari tim Balai Bahasa tentang revitasiliasi kekitiken. Selain SMA Terpadu Al-Azhar, ada beberapa sekolah yang menjadi target kunjungan tim balai. Di sekolah-sekolah tersebut, tim balai mencari responden untuk mengisi kuesioner tentang kekitiken.
“Dari hasil pengisian, diketahui bahwa tradisi berkekitiken di masyarakat Gayo, sudah mulai hilang. Mereka mengetahui kekitiken yang merupakan teka teki dalam bahasa Gayo dari nenek mereka ketika mereka masih kecil dan kini mereka sudah tidak begitu mengingatnya lagi,” sebut Salman.
Senada dengan keduanya, dikepalai Cut Ida Agustina menyampaikan bahwa berkekitiken adalah kegiatan yang dapat menambah daya nalar orang melakukannya. “Kami mendukung siswa-siswa untuk terus melestarikan kekitiken,” katanya.
Dengan diketahuinya fakta bahwa tradisi berkekitiken hampir hilang di masyarakat Gayo, Kepala BBPA, Karyono mengingatkan betapa pentingnya melestarikan kembali budaya ini dalam masyarakat khususnya masyarakat Gayo.
Para responden begitu antusias menyambut kedatangan tim Revitalisasi Sastra Folklor Kekitiken di Kabupaten Aceh Tengah. “Kami semua berharap agar Kekitiken dapat terus dilestarikan dalam kehidupan masyarakat Gayo,” ucap Cut Ida Agustina mewakili responden yang hadir.
Sepanjang 2021, selain kegiatan di atas, BBPA juga telah menginventarisasi kosakata bahasa dan sastra yang ada di daerah Aceh. Kegiatan inventarisasi ini dilakukan dalam berbagai bidang, namun di tahun ini fokusnya ada di bidang kemaritiman. Berpusat di Kabupaten Aceh Timur dan Kota Lhokseumawe, serta Kabupaten Aceh Barat, tim BBPA terjun ke daerah pesisir untuk mengamati dan bertanya langsung kepada narasumber mengenai istilah dalam pekerjaan di bidang kemaritiman.
Selain menggali potensi kosakata baru di bidang kemaritiman, tim BBPA juga menyusun hasil inventarisasi tersebut dalam sebuah kamus kemaritiman. Penyusunan dilakukan dalam lokakarya yang dihelat Agustus lalu. Dalam lokakarya tersebut, pesertanya tak lain adalah informan dalam kegiatan inventarisasi kosakata Bahasa Aceh bidang Kemaritiman yang berasal dari tiga daerah pesisir di Provinsi Aceh, yaitu Aceh Timur, Aceh Barat, dan Lhokseumawe.
Terakhir, BPPA juga fokus pada revitalisasi sastra. Salah satunya adalah sastra yang digunakan sebagai sarana pembelajaran agama di Aceh Barat yang disebut dengan nazam. Kegiatan yang berlangsung Maret lalu ini, dilakukan untuk membangkitkan kembali semangat pelestarian nazam di masyarakat Aceh.*** *(Denty A.)*
Sumber :
Dua orang narasumber, Johny dan Salman Yoga menyampaikan materi mengenai Kekitiken. “Berkekitiken membutuhkan kecepatan berpikir, pertanyaan yang diberikan pihak penanya kepada temannya penuh dengan bahasa yang mengandung pernyataan yang membutuhkan daya nalar, sehingga hal ini akan menambah daya nalar orang berkekitiken,” ujar Johny saat menyambangi beberapa sekolah di Kabupaten Aceh Tengah.
Ditambahkan Salman Yoga, ia mengingatkan betapa pentingnya melestarikan budaya Kekitiken dalam masyarakat khususnya masyarakat Gayo. “Jika ingin cerdas, berkeitikenlah!” ajaknya.
Sekolah pertama yang dikunjungi tim BBPA adalah SMA terpadu Al-Azhar. Sekolah yang dikepalai Cut Ida Agustina ini menerima penjelasan dari tim Balai Bahasa tentang revitasiliasi kekitiken. Selain SMA Terpadu Al-Azhar, ada beberapa sekolah yang menjadi target kunjungan tim balai. Di sekolah-sekolah tersebut, tim balai mencari responden untuk mengisi kuesioner tentang kekitiken.
“Dari hasil pengisian, diketahui bahwa tradisi berkekitiken di masyarakat Gayo, sudah mulai hilang. Mereka mengetahui kekitiken yang merupakan teka teki dalam bahasa Gayo dari nenek mereka ketika mereka masih kecil dan kini mereka sudah tidak begitu mengingatnya lagi,” sebut Salman.
Senada dengan keduanya, dikepalai Cut Ida Agustina menyampaikan bahwa berkekitiken adalah kegiatan yang dapat menambah daya nalar orang melakukannya. “Kami mendukung siswa-siswa untuk terus melestarikan kekitiken,” katanya.
Dengan diketahuinya fakta bahwa tradisi berkekitiken hampir hilang di masyarakat Gayo, Kepala BBPA, Karyono mengingatkan betapa pentingnya melestarikan kembali budaya ini dalam masyarakat khususnya masyarakat Gayo.
Para responden begitu antusias menyambut kedatangan tim Revitalisasi Sastra Folklor Kekitiken di Kabupaten Aceh Tengah. “Kami semua berharap agar Kekitiken dapat terus dilestarikan dalam kehidupan masyarakat Gayo,” ucap Cut Ida Agustina mewakili responden yang hadir.
Sepanjang 2021, selain kegiatan di atas, BBPA juga telah menginventarisasi kosakata bahasa dan sastra yang ada di daerah Aceh. Kegiatan inventarisasi ini dilakukan dalam berbagai bidang, namun di tahun ini fokusnya ada di bidang kemaritiman. Berpusat di Kabupaten Aceh Timur dan Kota Lhokseumawe, serta Kabupaten Aceh Barat, tim BBPA terjun ke daerah pesisir untuk mengamati dan bertanya langsung kepada narasumber mengenai istilah dalam pekerjaan di bidang kemaritiman.
Selain menggali potensi kosakata baru di bidang kemaritiman, tim BBPA juga menyusun hasil inventarisasi tersebut dalam sebuah kamus kemaritiman. Penyusunan dilakukan dalam lokakarya yang dihelat Agustus lalu. Dalam lokakarya tersebut, pesertanya tak lain adalah informan dalam kegiatan inventarisasi kosakata Bahasa Aceh bidang Kemaritiman yang berasal dari tiga daerah pesisir di Provinsi Aceh, yaitu Aceh Timur, Aceh Barat, dan Lhokseumawe.
Terakhir, BPPA juga fokus pada revitalisasi sastra. Salah satunya adalah sastra yang digunakan sebagai sarana pembelajaran agama di Aceh Barat yang disebut dengan nazam. Kegiatan yang berlangsung Maret lalu ini, dilakukan untuk membangkitkan kembali semangat pelestarian nazam di masyarakat Aceh.*** *(Denty A.)*
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2751 kali
Editor :
Dilihat 2751 kali